Seluruh rangkaian pembahasan yang berisikan kesimpulan dan
saran. Kesimpulan dibuat dengan memberikan saran dengan
realitas hasil peneitian agar keberhasilan dan pencapaian tujuan
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Metode An Nashr
a. Pengertian Metode An Nashr
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Meta” dan “Hodos” berarti cara atau rencana untuk melakukan sesuatu. Metode adalah cara yang
teratur dan berfikir untuk mencapai suatu maksud.1
Dalam bahasa Arab metode dikenal sebagai istilah Thariq yang berarti
jalan atau cara. Bila metode dihubungkan dengan pendidikan, maka metode ini
harus diwujudkan dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian
agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat diterima
dengan baik.2
1. Asal mula dinamakan An Nashr
Dipilihnya nama An Nashr bagi metode terjemah Al Qur‟an ini adalah yang penulis susun ini adalah berdasarkan beberapa alasan :
Pertama, An Nashr artinya pertolongan.Itulah yang penulis rasakan dalam upaya menemukan dan menyusun pembelajaran terjemah Al Qur‟an ini.Begitu pula saat diuji cobakan, disebarkan, dipraktekkan dan bukunya dicetak. Semua
terjadi semata-mata karena adanya pertolongan Allah Swt. Nama ini
1 Anika Erlina Arindawati dan Hasbullah Huda, Beberapa Alternatif Pembelajaran di Sekolah
Dasar (Malang : Bayu Publishing,2004),hlm. 39.
diharapkan akan senantiasa menjadi pengingat bagi penulis dan siapapun yang
menerapkan metode ini, bahwa hanya apabila mendapat pertolongan Allah
Swt, kita dapat memahami Kalam-Nya, tanpa pertolongan dari-Nya,
betapapun bagus cara teknik maupun metodologi pembelajaran yang
diterapkan hasilnya akan jauh dari yang diinginkan.
Kedua, alasan dipilihnya nama An Nashr berikutnya adalah sebagai bentuk harapan akan datangnya kejayaan dan kemenangan bagi umat islam.
Karena An Nashr juga merupakan nama bagi surat ke-110 dari Al Qur‟an
yakni surat An Nashr yang artinya pertolongan.3
Nama An Nashr merupakan harapan akan datangnya pertolongan
dari Allah Swt dan kemenangan bagi umat islam atas para musuhnya.
Berbondong-bondongnya umat untuk masuk kedalam Islam secara
kaffah,diampuninya dosa dan kesalahan. Sebagaimana tersebut dalam surat An Nashr.
2. Cara mengajarkan metode An Nashr adalah seperti berikut :
a. Pertama, guru membacakan Al Qur‟an dari ayat yang hendak
dihafalkan artinya, kemudian murid disuruh menirukan.
b. Hafalan arti dimulai dari surat Al Fatihah dan doa-doa sholat,
kemudian dilanjutkan dengan surat An Nass, Al Falaq, Al Ikhlas sampai dengan surat An Naba‟, sesuai urutan yang ada dibuku panduan guru.
3 Muhammad Taufik,Belajar cepat & mudah terjemah Al Qur‟an Metode An Nashr Buku
17
c. Bila juz 30 telah selesai, dilanjutkan pada juz 29 dimulai dari surat Al
Mulk lalu surat Al Qolam dan surat-surat berikutnya sampai surat Al
Mursalat.
d. Pelajaran tentang nahwu, cukup dipelajari oleh guru. Dan boleh
disampaikan kepada murid disela-sela pelajaran menghafal arti kepada
yang siudah dianggap mampu.
e. Hafalan terbaiknya secara kelompok, dengan satu orang pemandu.
Pemandu adalah guru atau bila kurang guru, maka pemandu boleh
sesama murid yang sudah diajari oleh guru.
f. Pemandu harus memahami cara membaca kalimat bahasa arab dengan
putus-putus per kata atau per kelompok kata bersama artinya.
g. Pemandu menggunakan buku panduan guru sedangkan murid
menggunakan buku panduan murid.
h. Usia murid dalam satu kelompok tidak boleh sama, namun hendaknya
bedanya tidak terlalu jauh, yang penting kelancaran membaca Al Qur‟annya hampir sama.
i. Metode ini sangat bagus bila pembelajaran dilakukan setiap hari
dengan waktu belajar antara 30 sampai 60 menit setiap tatap muka.
3. Pola Metode An Nashr
Cara menghafal arti dengan metode An Nashr dikelompokkan berdasarkan usia
:
Usia 12-15 th ; dengan pola 3-3-2-1.
Usia diatas 15 th ; dengan pola 3-3-2-1
a. Pola 4-3-2-1: Pertama, guru membaca mufrodat beserta artinya sekali, lalu
ditirukan murid sebanyak empat kali, Kemudian guru membaca mufrodat
berikutnya sekali, lalu ditirukan oleh murid empat kali., Kemudian guru
membaca mufrodat berikutnya berikutnya sekali, lalu ditirukan oleh murid
empat kali. Cara ini berlaku sampai akhir ayat atau tanda waqof yang
diperbolehkan behenti.
b. Pola 3-3-2-1: Pertama, guru membaca mufrodat beserta artinya sekali, lalu
ditirukan murid sebanyak tiga kali.Kemudian guru membaca mufrodat
berikutnya sekali, lalu ditirukan oleh murid tiga kali.Kemudian guru membaca
mufrodat berikutnya sekali, lalu ditirukan oleh murid tiga kali.Cara ini berlaku
sampai akhir ayat atau tanda waqof yang diperbolehkan berhenti. (sekitar 5-6
mufrodat) setelah sampai diakhir waqof maka :Tanpa bantuan guru, murid
disuruh mengulang dari awal sampai akhir, masing-masing dibaca tiga kali
sampai akhir ayat atau tanda waqof.Kemudian, murid mengulang lagi dari awal
sampai akhir, masing-masing mufrodat dibaca dua kali.Kemudian murid
mengulang dari awal sampai akhir. Masing- masing kata dibaca satu kali.
c. Apabila murid sudah hafal satu juz, pola menghafal boleh sedikit berubah,
yaitu apabilasatu mufrodat dibacakan dan murid secara spontan menyebutkan
artinya dengan benar, maka tidak perlu diulang lagi, cukup sekali itu saja.
Kemudian dilanjudkan kepada mufrodat berikutnya. Namun pada pengulangan
19
d. Pada kondisi tertentu, misalkan murid masih kurang lancar dalam menyebut
arti dari satu mufrodat, maka mufrodat beserta artinya tersebut diulang lagi
dengan jumlah tertentu (bisa tiga kali atau dua kali) sampai benar-benar hafal.
e. Pengelompokan tidak mutlak berdasarkan usia, demikian pula pola
menghafalnya, walaupun usia masih kurang dari dua belas tahun, namun jika
hafalannya sudah lebih dari dua juz. Pola menghafal boleh diubah dengan
mencoba pola yang paling sesuai dengan kemampuan kelompok tersebut.
4. Syarat pengajar dalam metode an Nashr
Untuk menjadi pengajar metode An Nashr paling tidak sudah memenuhi
beberapa syarat, yaitu: a) Fasih bacaan Al Qur‟annya, fasih artinya
memahami cara membaca secara benar, seperti dalam makhorijul huruf, mad
( Panjang Pendek), ikhfa‟, iqlab dan hukum tajwid lainnya. Karena sebelum
mengajar arti, hendaknya guru membimbing muridnya membaca Al Qur‟an.
b) Memahami cara membaca terputus-putus per-mufradat beserta artinya. c)
Memahami cara mengajar dengan pola yang sesuai dengan peserta didik.
Caranya adalah dengan mengikuti pelatihan mengajar metode An Nashratau
bertanya pada orang yang sudah mengikuti pelatihan. d) Memiliki sifat
rendah hati, sehingga ketika akan menjelaskan maksud suatu ayat yang sulit,
tidak segan-segan bertanya dulu kepada para ulama atau guru yang faham
tafsir atau belajar melalui kitab-kitab tafsir.4
4
5. Metode-metode menghafal Al-Qur’an
Selain metode An Nashr yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa metode
dalam menghafal Al-Qur‟an yang diterapkan yakni :
a. Metode (Thariqah) Wahdah
Yang dimaksu dengan metode ini, yaitu menghafal satu per satu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal,
setiap ayat bisa dibaca sebanyaksepuluh kali atau dua puluh kali, atau lebih
sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan
demikian penghafal akan mampu mengondisikan ayat-ayat yang
dihafalkannya bukan saja dalam bayangnya, akan tetapi sehingga
benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah benar-benar-benar-benar hafal
barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama,
demikian seterusnya sehingga mencapai satu muka. Untuk menghafal yang
demikian maka langkah selanjutnya ialah membaca dan mengulang-ulang
lembar tersebut sehingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat
dalam satu muka tersebut secara alami atau refleks. Demikian selanjutnya,
sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin
representatif.5
b. Metode Kitabah
Kitabah Artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain
daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu
menulis ayat-ayat yang dihafalnnya pada secarik kertas yang telah
21
disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga
lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa
dengan metode wahdah atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga
dengan berkali-kali menuliskannya dalam hati.
c. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan
metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja
khitabah (menulis) disini lebih memiliki fungsional sebagai ujicoba
terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini setelah
penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba
menuliskannya diatas kertas yang telah disediakan untuknya dengan
hafalan pula.jika ia telah mampu memproduksi kembali ayat-ayat yang
dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa melanjutkan kembali untuk
menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal belum mampu
mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali
menghafalkannya.6
d. Bin-Nazhar
Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al Qur‟an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al Qur‟an secara berulang-ulang. Proses bin-nazharini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafazh
6
maupun urutan ayat-ayatnya. Agar lebih mudah dalam proses
menghafalnya, maka selama proses bin-nazhar ini diharapkan calon hafizh
juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
e. Tahfizh
Yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al Qur‟an yang
telah dibaca berulang-ulang secara bin nazhar tersebut. Misalnya
menghafal satu baris, beberapa kalimat atau sepotong ayat pendek sampai
tidak ada kesalahan.Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah
dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau
kalimat berikutnya sehingga sempurna.Kemudian rangkaian ayat tersebut
diulang kembali sampai benar-benar hafal.Setelah materi satu ayat dapat
dihafal dengan lancar kemudian pindah kepada materi ayat
berikutnya.Untuk merangkaikan hafalan urutan kalimat dan ayat dengan
benar, setiap selesai menghafal materi ayat berikutnya harus selalu
diulang-ulang mulai dari ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua
dan seterusnya.Setelah satu halaman selesai dihafal, diulang kembali dari
awal sampai tidak ada kesalahan, baik lafazh maupun urutan ayat-ayatnya.
Setelah halaman yang ditentukan dapat dihafal dengan baik dan lancar,
lalu dilanjutkan dengan menghafal halaman berikutnya, sehingga halaman
itu akan terus sambung-menyambung. Karena itu, setiap selesai satu
halaman perlu juga diulang dengan rangkaian halaman-halaman
23
f. Talaqqi
Yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru
dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru tersebut haruslah seorang hafizh Al Qur‟an, telah mantap agama dan ma‟rifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya. Proses talaqqi ini dilakukan untuk
mengetauhi hasil hafalan seorang calon hafizh dan mendapatkan
bimbingan seperlunya. Seorang guru tahfizh juga hendaknya yang
benar-benar mempunyai silsilah guru sampai kepada nabi Muhammad saw.
g. Takrir
Yaitu mengulang hafalan atau men-sima‟-kan hafalan yang pernah
dihafalkan/sudah pernah di-sima-kan kepada guru tahfizh. Takrir
dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan
baik.selain dengan guru, takrir juga dilakukan sendiri-sendiri dengan
maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mungkin
dan lupa. Misalnya pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru, dan
sore harinya untuk men-takrir materi yang telah dihafalkan.
h. Tasmi‟
Yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun jamaah. Dengan tasmi‟ ini seorang penghafal Al Qur‟an akan diketauhi kekuangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengah dengan mengucapkan huruf atau harakat. Dengan tasmi‟ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan.7
7
B. Motivasi Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Motivasi Menghafal Al Qur’an
Menghafal berasal dari kata “hafal” yang artinya telah masuk dalam ingatan atau dapat mengucapkan sesuatu diluar kepala tanpa melihat buku atau
dapat mengucapkan sesuatu di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain.
Jadi menghafal adalah berusaha meresepkan ke dalam pikiran agar selalu ingat
tanpa melihat buku ataupun catatan.8Hafalan adalah sesuatu yang dihafalkan
dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).9
Menghafal Al Qur‟an adalah suatu prosesmengingat dimana seluruh materi ayat(rincian bagian-bagiannya seperti fonetik, waqaf, dan lain-lain)
harus diingat secara sempurna. Karena itu seluruh proses pengingatan terhadap
ayat dan bagian-bagiannya itu mulai dari proses awal hingga peringatan
kembali harus tepat.keliru dalam memasukkan atau menyimpannya akan keliru
pula dalam mengingatnya kembali, atau bahkan sulit ditemukan dalam
memori.10
Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang berarti menggerakkan.
Yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu
yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku
tersebut.Menurut Mc. Donald :motivation is an energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reaction.Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (Pribadi) seseorang yang
8 Tim penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Inddonesia Pusat bahasa (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,2008), hlm. 473
9 Tim Pustaka agung harapan, Kamus ilmiah populer(Surabaya : CV Pustaka Agung Harapan Surabaya) hlm.189
25
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di
dalam perumusan ini kita dapat lihat, bahwa ada tiga unsur yang saling
berkaitan, yaitu sebagai berikut :
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari Perubahan-perubahan-Perubahan-perubahan tertentu
didalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya
karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaa maka timbul motif lapar.
Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketauhi.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula
merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana
emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin
bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam
perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik
pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan
kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar.
c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.pribadi
yang bermotivasi mengadakan resons-respons yang tertuju ke arah suatu
tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons
merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.11
Sedangkan motivasi menurut S. Nasution dalam buku Ramayulis adalah
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa
yang dapat dilakukankannya.12
Motivasi adalah dorongan individu untuk berprestasi. Motivasi muncul
dengan cara yang berbeda- beda karena harus disesuaikan dengan kekuatan
kebutuhan akan prestasi,teori ini dikemukakan oleh Mc Clelland.Dari paparan
beberapa tokoh diatas maka peneliti mengambil teori Mc Clelland untuk
dikembangkan.
Mc Clelland menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang
yang berhasil adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu. Inti
teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang
motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang
mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu : (1) Need for Achievement (2) Need
for Power (3) Need for Affiliation.
1. Kebutuhan akan Prestasi (Need of Achievement)
Setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam
hidupnya. Keberhasilan itu bahkan mencakup seluruh segi kehidupan dan
penghidupan seseorang. Misalnya keberhasilan dalam dunia pendidikan,
keberhasilan dalam membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera,
keberhasilan dalam usaha, keberhasilan dalam pekerjaan dan bidang-bidang
kehidupan lainnya.
27
Seorang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang besar adalah orang
yang berusaha berbuat sesuatu. Misalnya dalam menyelesaikan tugas yang
dipercayakan kepadanya lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Untuk itu
orang demikian biasanya berusaha menemukan situasi untuk dapat menunjukkan
keunggulannya. Mereka menyukai pekerjaan yang kemungkinan berhasil besar
akan tetapi tidak senang pada tugas yang terlalu berat atau terlalu ringan. Berarti
orang tersebut tidak terlalu senang mengambil resiko yang besar hanya saja
dorongan kuat terdapat dalam dirinya untuk secara bertanggung jawab terhadap
keberhasilan dan kegagalan melaksanakan tugasnya dan tidak melemparkan
tanggung jawab itu kepada orang lain.13
Individu-individu dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi , mereka
mencari peluang dalam menyelesaikan tugsnya. Mereka memiliki keinginan yang
kuat mendapatkan umpan balik pada prestasi mereka. Orang-orang seperti mereka
mendapatkan kepuasan dalam melakukan hal-hal yang lebih baik. Prestasi yang
tinggi secara langsung sesuai dengan usaha yang tinggi.
2. Kebutuhan untuk menguasai sesuatu ( Need For Power)
Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada
keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Penelitian dan
pengalaman memang menunjukkan bahwa setiap orang ingin berpengaruh
terhadap orang lain dengan siapa ia melakukan interaksi.
13 Sondang P Siagian, “ Teori Motivasi dan Aplikasinya” (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004) hlm
Mereka biasanya menyukai persaingan dan orientasi status serta akan lebih
memberikan perhatiannya pada hal-hal yang yang memungkinkannya
memperbesar pengaruhnya terhadap orang lain, antara lain dengan memperbesar
ketergantungan orang lain itu padanya. Bagi mereka, efektivitas pelaksanaan
pekerjaan sendiri tidak teramat penting kecuali hal tersebut memberi peluang
kepadanya untuk memperbesar dan memperluas pengaruhnya. 14
“Based on McClelland, he stated that another factor which is influenced achievement motivation is a power. Power is categorized become two, they are personal and institutional. The personal power refers to how person wants to direct others. While institutional power is well-known as social power which is dealing with how they want to organize the other to further of the organization‟s goal “.15 Berdasarkan teorinya McClelland, Ia mengemukakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi motivasi prestasi adalah adanya kekuasaan. Kekuasaan
dibagi menjadi dua yakni secara individu dan institusi. Kekuasaan personal adalah
kekuasaan di mana seseorang ingin memberi arahan pada orang lain. Sedangkan
kekuasaan secara institusi merupakan kekuasaan di mana mereka ingin mengatur
orang lain dengan tujuan selanjutnya pada organisasi tersebut.
Individu-individu yang termotivasi dengan kekuasaan ini memiliki
keinginan yang kuat agar dapat menjadi berpengaruh dan bisa mengendalikan.
Mereka menginginkan pandangan serta ide-ide mereka harus mendominasi.
Dengan kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar akan lebih baik dibanding
mereka yang memiliki daya kekuatan yang lebih kecil. Kekuasaan disini tidak
14 Ibid, hlm. 169
15
29
harus selalu negatif tetapi hal ini bisa dipandang sebagai kebutuhan yang memiliki
efek positif untuk mendukung dalam mencapai sebuah tujuan.
3. Kebutuhan untuk berteman (Need for Afiliative)
Kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap manusia,
kebutuhan ini pada umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang
bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain itu teman dengan teman
sebaya, satu pekerjaan maupun atasan. Kebutuhan akan afiliasi biasanya
diusahakan agar terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain. Berarti guna
pemuasan kebutuhan itu suasana persaingan akan dihindari sejauh
mungkin.Meskipun demikian tetap perli diingat bahwa sampai sejauh mana
seseorang bersedia bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupan tetap
diwarnai oleh persepsinya tentang apa yang akan diperolehnya dari usaha
kerjasama tersebut.16
Mereka memiliki hubungan pertemanan dan dorongan untuk lingkungan
yang ramah dan mendukung. Mereka ingin disukai orang lain. Dan mereka yang
memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi biasanya lebih berhasil dalam pekerjaan
yang memerlukan interaksi pribadi yang lebih besar.
Dalam membangun teori tersebut, McClelland disini mengajukan teori
kebutuhan motivasi yang berkaitan erat dengan konsep belajar. Ia percaya bahwa
banyak kebutuhan yang akan kita peroleh dari adanya kebudayaan suatu
masyarakat.
16
Disini peneliti terfokus mengembangkan kebutuhan Achivment dan
kebutuhan Afilliasi. Dikarenakan dengan alasan 2 faktor tersebut sudah bisa
mewakili dari teori McCelland ini. Keberhasilan dalam belajar atau menghafal
seseorang tidak terlepas dari peran pada pendidik yang mampu memberukan
motivasi dan dapat menciptakan suasana yang kondusif dan mampu memberikan
semangat kepada siswanya. Dan selain itu sebuah keberhasilan juga ditentukan
oleh seberapa besar tujuan seseorang dalam belajar ataupun menghafal yang
ingin dicapai, yang diukur dari hasil tersebut dan dinyatakan sebagai efektifitas
belajar.
2. Jenis Motivasi Dan faktor Penyebab Munculnya Motivasi
Disini Dorongan atau kekuatan dalam motivasi memilikiarti yang
sangat tinggi dalambelajar. Apabila memiliki motivasi yang kuat untuk
mencapai tujuan tertentudan kondisi memungkinkan, orang akan berusaha
sekuat tenaga untuk mempelajari cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan
tersebut.17
Menghafal Al-Qur‟an pun banyak ditentukan oleh motivasi, makin
tepatmotivasi yang diberikan akan semakin berhasil pembelajaran
tersebut.Karena motivasi menentukan intensitas usaha seseorang dalam
menghafalal-Qur‟an. Dengan kata lain seseorang yang tidak mempunyai