Bab ini penulis memberikan kesimpulan dari apa yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan memberikan saran untuk pengembangan keamanan wireless yang lebih baik lagi.
8 2.1 Pengertian Pengukuran
Ukur adalah pengukur, ukuran, atau sudah tentu, sedangkan pengukuran adalah proses atau cara perbuatan melakukan sebuah pengukuran. (KBBI :2008)
2.2 Pengertian Interferensi
Interferensi adalah dari sinyal-sinyal yang berkompetisi dalam band frekuensi yang saling tumpang tindih dapat mengubah atau menghapuskan sinyal. Interferensi menjadi perhatian khusus untuk media kabel, namun bagi media tanpa kabel interferensi juga menjadi masalah yang cukup besar. (Stallings, 2001:111).
Penyebab terjadinya interferensi pada jaringan lain yaitu interferensi yang disebabkan pada jaringan wireless lain yang bekerja pada band frekuensi yang sama, sedangkan interferensi yang terjadi pada jaringan kita sendiri terjadi jika kita menggunakan frekuensi yang sama lebih dari satu kali, menggunakan channel yang tidak mempunyai cukup jarak/ spasi antar channelnya, atau menggunakan urusan frekuensi hopping yang tidak benar, dan interferensi yang terjadi dari sinyal out-of-band disebabkan oleh sinyal yang kuat di luar frekuensi band yang kita gunakan, misalnya pemancar AM, FM, atau TV(Onno,2006:229)
2.3Arsitektur Protokol TCP/IP
Arsitektur protokol TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protokol yang dilaksanakan pada jaringan penyambungan
paket eksperimental, ARPANET, yang dibiayai oleh DARPA (Defense
Advanced Research Projects Agency), dan umumnya di rujuk sebagai paket protokol TCP/IP. Paket ptotokol ini terdiri dari sekumpulan besar protokol yang telah diterbitkan sebagai standar Internet dan IAB (Internet Architecture Board). (Stallings, 2007:76).
2.3.1 Lapisan-lapisan TCP/IP
Dalam istilah umum, komunikasi dapat dikatakan melibatkan tiga agen : aplikasi, komputer, dan jaringan. Contoh aplikasi termasuk perpindahan berkas dan surat elektronik. Aplikasi-aplikasi yang kita bahas disini adalah aplikasi-aplikasi tersebar yang melibatkan pertukaran data antara dua sistem komputer. Aplikasi-aplikasi ini, dan yang lainnya, berjalan pada komputer-komputer yang sering kali dapat mendukung aplikasi berganda secara simultan. Komputer terhubung ke jaringan, dan data yang hendak dipertukarkan dipindahkan menggunakan jaringan dari satu komputer ke komputer lain. Maka, perpindahan data dari satu aplikasi ke yang lain pertama-tama melibatkan perpindahan data ke komputer tempat aplikasi berada lalu memindahkan data ke aplikasi tujuan dalam komputer.(Stallings, 2007:76).
Sambil menginggat konsep-konsep ini, kita dapat mengorganisasikan tugas komunikasi ke dalam lima lapisan yang relatif berdiri sendiri :
a) Lapisan fisik (physical layer)
Mencakup antarmuka fisik antara sebuah perangkat transmisi data (misal workstation, komputer) dan media transmisi atau jaringan. Lapisan ini berurusan menentukan karakteristik media transmisi, sifat sinyal, laju data, dan masalah-masalah terkait lainnya.
b) Lapisan akses jaringan (network access layer)
Berurusan dengan pertukaran data antara sistem akhir (server, workstation, dan lain-lain) dan jaringan yang terhubung. Komputer pengirim harus menyediakan alamat komputer tujuan kepada jaringan, sehingga jaringan dapat merutekan data ke tujuan yang sesuai. Komputer pengirim dapat menggunakan layanan-layanan tertentu, seperti prioritas, yang mungkin disediakan jaringan.
c) Lapisan internet (internet layer)
Pada kasus-kasus ketika dua perangkat terhubung ke jaringan-jaringan berbeda, diperlukan prosedur-prosedur untuk memungkinkan data melewati banyak jaringan yang saling terhubung. Ini adalah fungsi Lapisan internet. Internet protokol (IP, Protokol Internet) digunakan pada
lapisan ini untuk menyediakan fungsi perutean melalui banyak jaringan. Protokol ini diimplementasikan tidak hanya pada sistem akhir tetapi juga dalam router. Router adalah pengolah yang menghubungkan dua jaringan dan fungsi utamanya adalah meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lain dalam rutenya dari sistem akhir sumber menuju tujuan.
d) Lapisan host-to-host, atau transport (transport layer)
Seperti yang akan kita lihat, mekanisme penyediaan keandalan pada dasarnya terpisah dari sifat aplikasi. Maka, masuk akal untuk mengumpulkan mekanisme-mekanisme itu dalam lapisan bersama yang digunakan bersama oleh semua aplikasi, lapisan ini disebut dengan lapisan transport layer.
e) Lapisan aplikasi (application layer)
Berisi logika yang diperlukan untuk mendukung berbagai aplikasi pengguna. Untuk tiap jenis aplikasi berbeda, seperti perpindahan berkas, modul terpisah diperlukan khusus untuk aplikasi tersebut.
2.3.2Cara Kerja TCP/IP
Agar jelas bahwa fasilitas komunikasi keseluruhan dapat terdiri dari banyak jaringan, tiap jaringan penyusun biasanya
disebut subjaringan (subnetwork). Sejenis protokol akses jaringan, seperti misalnya logika Ethernet, digunakan untuk menghubungkan komputer ke subjaringan. Protokol ini memungkinkan host mengirimkan data menyeberangi subjaringan ke host lain atau, dalam kasus host pada subjaringan lain, ke sebuah router. IP diimplementasikan di semua sistem akhir dan router. IP bertugas sebagai penerus untuk memindahkan suatu blok data dari satu host, melalui satu atau lebih router, ke host lain. TCP diimplementasikan hanya di sistem-sistem akhir. TCP mengawasi blok-blok data untuk menjamin semua blok terkirim dengan andal ke aplikasi yang sesuai.
Agar komunikasi berhasil, tiap entitas dalam sistem keseluruhan harus memiliki alamat unik. Sebenarnya, diperlukan dua tingkat pengalamatan. Tiap host dalam satu subjaringan harus memiliki alamat internet global unik. Hal ini memungkinkan data dikirimkan ke host yang benar. Tiap proses dalam host harus memiliki alamat yang unik dalam host itu. Hal ini memungkinkan protokol host-to-host (TCP) mengirimkan data ke proses yang benar. Alamat-alamat yang disebut belakangan ini disebut juga sebagai port. (Stallings, 2007:78).
2.4Model OSI
Model rujukan Open Systems Interconnection (OSI) di
kembangkan oleh International Organization for Standardlization (ISO) sebagai model arsitektur protokol computer dan sebagai bingkai kerja untuk pengembangan standar-standar protokol. Model OSI terdiri dari tujuh lapisan:
Gambar 2.1. Model OSI (Sumber : Danny, 2009 : 35) 2.4.1 Application
Menyediakan akses ke lingkungan OSI untuk pengguna dan juga menyediakan layanan-layanan informasi tersebar.
2.4.2 Presentation
Menyediakan kemandirian kepada proses-proses aplikasi
2.4.3 Session
Menyediakan struktur kendali untuk komunikasi antar
aplikasi; membentuk, mengelola, dan memutuskan sambungan (sesi) antar aplikasi yang berkerja sama.
2.4.4 Transport
Menyediakan perpindahan data andal, transparan antar titik akhir menyediakan pemulihan galat dan kendali aliran ujung ke ujung.
2.4.5 Network
Menyediakan kemandirian kepada lapisan-lapisan atas dari teknologi transmisi dan penyambungan data yang digunakan untuk menghubungkan sistem bertganggung jawab membentuk, mengelola, dan memutuskan sambungan.
2.4.6 Data link
Menyediakan perpindahan data andal menyebrangi tautan fisik mengirimkan blok-blok (bingkai-bingkai) dengan pensinkronan, kendali galat, dan kendali aliran yang diperlukan. 2.4.7 Physical
Berurusan dengan transmisi aliran bit tidak terstruktur
melalui media fisik; berurusan dengan ciri-ciri mekanis, elektris, fungsional, dan prosedural terhadap akses ke media fisik. (Stallings, 2007:82).
Gambar 2.2. Interferensi pada Layer TCP/IP (Sumber : Danny, 2009 : 36)
2.5 Jaringan Wireless
Komunikasi tanpa kabel/nirkabel (wireless) telah menjadi
kebutuhan dasar atau gaya hidup baru masyarakat informasi. LAN nirkabel yang lebih dikenal dengan jaringan Wi-Fi menjadi teknologi alternatif dan relatif lebih mudah untuk diimplementasikan di lingkungan kerja (SOHO/ Small Office Home Office), seperti di perkantoran, laboratorium, komputer, dan sebagainya. Instalasi perangkat jaringan Wi-Fi lebih fleksibel karena tidak membutuhkan penghubung kabel antar computer. Tidak seperti halnya Ethernet LAN (Local Area Network)/ jaringan konvensional yang menggunakan jenis kabel koaksial dan kabel UTP (unshield twisted pair) sebagai media transfer. Computer dengan Wi-Fi Device dapat saling terhubung yang hanya membutuhkan ruang atau
space dengan syarat jangkauan dibatasi kekuatan pancaran sinyal radio dari masing-masing komputer. (Priyambodo, 2005:1).
Chanel pada wireless merupakan Pembagian lebar pita frekuensi pada jaringan wireless atau untuk mudahnya chanel itu ibarat pembagian lajur lalu lintas jalan raya misalnya ada lajur khusus pejalan kaki, lajur pengendara sepeda motor, lajur mobil, lajur busway dan lainnya agar tidak terjadi keruwetan lalu lintas. Berikut tabel Chanel jaringan wireless 2.4 GHz, ditunjukkan pada tabel 2.3 (Wahidin, 2008:31)
Tabel 2.1 Chanel Jaringan Wireless 2.4 GHz
(Sumber: Wahidin, 2008:31)
2.6 Teknologi Jaringan Wi-Fi
Wi-Fi atau Wireless Fidelity adalah satu standar Wireless Networking tanpa kabel, hanya dengan komponen yang sesuai dapat terkoneksi ke jaringan. Teknologi Wi-Fi memiliki standar, yang ditetapkan oleh sebuah institusi internasional yang bernama Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE), yang secara umum sebagai berikut:
a. Standar IEEE 802.11a yaitu Wi-fi dengan frekuensi 5 GHz yang
memiliki kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.
Chanel Frekuensi (Mhz) Chanel Frekuensi (Mhz)
1 2412 8 2447 2 2417 9 2452 3 2422 10 2457 4 2427 11 2462 5 2432 12 2467 6 2437 13 2472 7 2442
b. Standar IEEE 802.11b yaitu Wi-fi dengan frekuensi 2.4 GHz yang memiliki kecepatan 11 Mbps dan jangkauan jaringan 100 m.
c. Standar IEEE 802.11g yaitu Wi-fi dengan frekuensi 2.4 GHz yang
memiliki kecepatan 54 Mbps dan jangkauan jaringan 300 m.
Teknologi Wi-fi yang Akan diimplementasikan adalah standar
IEEE 802.11g karena standar tersebut lebih cepat untuk proses transfer data dengan jangkauan jaringan yang lebih jauh serta dukungan vendor (perusahaan pembuat hardware). Perangkat tersebut bekerja di frekuensi 2.4 GHz atau di sebut sebagai pita frekuensi ISM (Industrial, Scientific, and Medical) yang juga digunakan oleh peralatan lain, seperti microwave open, cordless phone, dan bluetooth. (Priyambodo, 2005:2).
2.7 Sinyal Propagasi
Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis rambatan yang akan terjadi. Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita memasang kedua perangkat pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka penurunan kwalitas sinyal akan terjadi dan mengganggu komunikasinya. Pohon, gedung, tanki air, dan tower adalah perangkat yang sering mengganggu rambatan sinyal.
Kehilangan daya terbesar dalam sistem wireless adalah free space propagation loss. Free space loss dihitung dengan rumus.
Jadi free space loss pada jarak 1 km yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz : FSL (dB) = 32.45 + 20 Log10 (2400) + 20 Log10 (1) = 32.45 + 67.6 + 0 = 100.05 dB (Sunggiardi, 2006:49). 2.7.1 Line of Sight
Menerapkan Line of Sight (LOS) antara antena radio
pengirim dan penerima merupakan hal paling penting, ada dua jenis LOS yaitu:
a.Optical LOS – kemampuan untuk saling melihat antara satu
tempat dengan tempat lainnya
b.Radio LOS – kemampuan radio penerima untuk ‘melihat’ sinyal yang dipancarkan
Untuk menentukan Line of Sight, teori Fresnel Zone harus diterapkan. Fresnel Zone adalah bentuk bola rugby yang berada diantara dua titik yang membentuk jalur sinyal RF.
WaveRider masih dapat bekerja pada kondisi Line of Sight minimal 60% dari Fresnel Zone pertama ditambah 3 meter yang bebas dari gangguan atau halangan.
Gambar 2.3. Line of sight (Sumber : Sunggiardi, 2006:53).
2.7.2 Fresnel Zones
Gambar 2.4. Fresnel zone (Sumber : Sunggiardi, 2006:54).
Pada saat terjadi gangguan di Fresnel Zone pertama, akan banyak terjadi berbagai masalah yang akan berakibat di menurun-nya unjuk kerja, Masalah utamanya adalah :
1. Reflection
a. gelombang yang merambat diluar kurva
b. Multipath fading terjadi pada saat gelombang yang kedua tiba yang menyebabkan penurunan kwalitas sinyal
2. Refraction
a. gelombang yang merambat di dalam kurva bergerak membentuk sudut
b. frequency yang kurang dari 10GHz tidak berpengaruh terhadap hujan besar atau kabut.
c. Pada 2,4 GHz, redamannya 0.01 dB/Km untuk keadaan hujan 150mm/hr
3. Diffraction
a. gelombang merambat disekitar gangguan menuju ke bagian bayang-bayang
2.7.3 Perhitungan Link Budget
Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya
yang dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth).
Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan di receiver. Parameter-parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan propagasi
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi. Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi redaman juga semakin besar. Parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi yaitu rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan interferensi.
b. Rugi-rugi propagasi
Dalam lingkungan radio, konfigurasi alam yang tidak beraturan, bangunan, dan perubahan cuaca membuat perhitungan rugi-rugi propagasi sulit. Kombinasi statistik dan teori elektromagnetik membantu meramalkan rugi-rugi propagasi dengan lebih teliti. c. Fading
Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi., yang nilainya tergantung pada
kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan. Nilai fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik sebesar 15 dBm.
d. Noise
Noise dihasilkan dari proses alami seperti petir, noise thermal pada sistem penerima, dll. Disisi lain sinyal transmisi yang mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi.
2.8 Antena
Antena dapat didefinisikan sebagai konduktor elektrik atau suatu sistem konduktor elektrik yang digunakan baik untuk meradiasikan energi elektromagnetik atau untuk mengumpulkan energi elektromagnetik. Untuk transmisi suatu sinyal, energi listrik frekuensi radio dari pemancar diubah menjadi energi elektromagnetik oleh antena dan diradiasikan ke lingkungan sekeliling (atmosfer, ruang ankasa, air) untuk penerimaan sinyal, energi elektromagnetik yang menjalari antena diubah menjadi energi elektrik frekuensi radio dan dimasukkan ke penerima. (Stallings, 2007:102).
Pada komunikasi dua arah, antena yang sama dapat dan sering digunakan baik untuk transmisi dan penerimaan. Hal ini dapat dilakukan karena antena apapun memindahkan energi dari lingkungan sekeliling ke terminal penerima masukan dengan efisiensi yang sama saat antena
memindahkan energi dari terminal pemancar keluar ke lingkungan sekeliling, dengan anggapan frekuensi yang sama digunakan pada kedua arah. Dengan kata lain, ciri-ciri antena pada dasarnya sama baik antena sedang mengirim ataupun menerima energi elektromagnetik.
Antena mengubah getaran listrik dari radio menjadi getaran
elektromagnetik yang disalurkan melalui udara. Ukuran fisik dari radiasinya akan setara dengan panjang gelombangnya. Semakin tinggi frekwensinya, antena-nya akan semakin kecil, Kedua perangkat radio harus bekerja di frekwensi yang sama, dan antena akan melakukan dua pekerjaan sekaligus, mengirim dan menerima sinyal.
Jenis antena yang akan dipasang harus sesuai dengan sistem yang akan kita bangun, juga disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran sinyalnya. Ada dua jenis antena secara umum:
2.8.1 Antena Directional
Antena jenis ini merupakan jenis antena dengan narrow beamwidth, yaitu punya sudut pemancaran yang kecil dengan daya lebih terarah, jaraknya jauh dan tidak bisa menjangkau area yang luas, contohnya : antena Yagi, Panel, Sektoral dan antena Parabolik 802.11b yang dipakai sebagai Station atau Master bisa menggunakan jenis antena ini di kedua titik, baik untuk Point to Point atau Point to Multipoint.
Gambar 2.5 Jangkauan area antena directional (Sumber : Siwacak, 2008)
2.8.2 Antena Omni Directional
Antena ini mempunyai sudut pancaran yang besar (wide beamwidth) yaitu 3600 dengan daya lebih meluas, jarak yang lebih pendek tetapi dapat melayani area yang luas, Omni antena tidak dianjurkan pemakaian-nya, karena sifatnya yang terlalu luas sehingga ada kemungkinan mengumpulkan sinyal lain yang akan menyebabkan interferensi.
Gambar 2.6 Jangkauan area Antena omnidirectional (Sumber : Siwacak, 2008)
Dalam hal ini penulis menggunakan antena Directional yang terdapat pada access point yang digunakan.
2.9 Topologi Jaringan Wireless
Kaidah atau aturan untuk menghubungkan unsur-unsur penyusun jaringan atau dikenal dengan istilah topologi pada jaringan wireless terdiri atas:
2.9.1 Topologi Ad-Hoc (Mode Ad-Hoc)
Dalam topologi ini komputer dihubungkan secara langsung tanpa melalui perantara atau untuk lebih mudahnya topologi ini mirip dengan model koneksi peer to peer pada jaringan konvensional.
Gambar 2.7. Ad Hoc 2.9.2 Topologi Infrastruktur (Mode Infrastruktur)
Komunikasi antar client anggota jaringan dalam topologi ini di jembatani oleh alat yang bernama access point.
Gambar 2.8. Infrastruktur
Penulis menggunakan topologi infrastruktur untuk melakukan pengujian interferensi.
2.10 Komponen Utama Jaringan Wireless
Terdapat empat komponen utama untuk membangun jaringan
wireless:
2.10.1 Access Point
komponen yang berfungsi menerima dan mengirimkan data dari adapter wireless. Access Point mengonversi sinyal frekuensi radio menjadi sinyal digital atau sebaliknya. Komponen tersebut bertindak layaknya sebuah hub/switch pada jaringan Ethernet. Satu Access Point secara teori mampu menampung beberapa sampai
ratusan klien. Walaupun demikian, Access point direkomendasikan dapat menampung maksimal 40-an klien.
Gambar 2.9. Access Point dari produk, Symaster,Linksys, D-link (Sumber : S’To, 2007 : 39)
2.10.2 Wireless LAN Device
komponen yang dipasangkan di Mobile/Desktop PC. 2.10.3 Mobile/Desktop PC
komponen akses untuk klien, mobile PC pada umumnya sudah terpasang port PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association), sedangkan Desktop PC harus ditambahkan PCI (Peripheral Componen Interconnect) Card, serta USB (Universal Serial Bus) Adapter.
Gambar 2.10. WLAN Card (Sumber : Thomas Kuther, 2006)
2.10.4 Ethernet LAN
Jaringan kabel yang sudah ada (bila perlu).
Pada Komponen utama jaringan wireless penulis hanya menggunakan access point sebagai media pedukung pada proses penelitian.
2.11 Keamanan Jaringan Wi-Fi
Pancaran sinyal yang ditransmisikan pada jaringan Wi-Fi menggunakan frekuensi secara bebas sehingga dapat di tangkap oleh komputer lain sesama user Wi-fi. Untuk mencegah user yang tidak berhak masuk kedalam jaringan, ditambahkan system pengamanan, misalnya WEP (Wired Equivalent Privacy). Jadi, user tertentu yang telah memiliki otorisasi saja yang dapat menggunakan sumber daya jaringan Wi-Fi. Keamanan jaringan Wi-Fi secara umum terdiri dari NonSecure dan Share key (Secure).
a. Non Secure/ Open: computer yang memiliki Wi-Fi dapat menangkap transmisi pancaran dari sebuah Wi-Fi dan langsung dapat masuk ke dalam jaringan tersebut.
b. Share Key: untuk dapat masuk ke jaringan Wi-Fi diperlukan kunci atau password, contohnya sebuah network yang menggunakan WEP.
Selain pengamanan yang telah dituliskan diatas, masih terdapat cara lain agar jaringan Wi-Fi dapat berjalan dengan baik dan aman, antara lain: a. Membeli access point dengan fasilitas password bagi administrator-nya sehingga user dapat dengan mudah mengacak-acak jaringan.
b. Selain menggunakan WEP, dapat ditambahkan WPA (Wi-Fi Protected
Access).
c. Membatasi akses dengan mendaftarkan MAC Address dari computer
klien yang berhak mengakses jaringan.
Pada Keamanan dari wireless tersebut penulis menggunakan Wired Equivalent Privacy (WEP) yang sudah di setting pada access point tersebut.
2.12 Keunggulan dan Kelemahan Jaringan Wi-Fi 2.12.1 Keunggulan jaringan Wi-Fi :
a. Biaya pemeliharaan murah b. Infrastuktur berdimensi kecil c. Pembangunannya cepat
e. Mendukung portabilitas 2.12.2 Kelemahan jaringan Wi-Fi
a. Biaya peralatan mahal b. Delay yang sangat besar
c. Kesulitan karena masalah propagasi radio d.Mudah untuk terinterferensi.
e. Kapasitas jaringan kecil karena keterbatasan spectrum (pita frekuensi yang tidak dapat diperlebar).
f. Keamanan/kerahasiaan data kurang terjamin
2.13 Quality of Service (QoS)
Dewasa ini, jaringan-jaringan tumbuh semakin kompleks. Beragam tipe data (Voice, Video, and Dokumen) dibawa dari satu poin ke poin lain dengan kapasitas besar. Trafik yang tinggi tanpa didukung infrastruktur yang memadai dapat menimbulkan permasalahan pada performa dan sumber daya jaringan. QoS atau Quality of Service diakui menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan ini.
QoS sangat membantu menjaga dan meningkatkan kapabilitas jaringan, apakah itu jaringan-jaringan kompleks, jaringan perusahaan kecil, Internet Service Provider (ISP), atau jaringan-jaringan enterprise. QoS memberikan jaminan dan layanan yang lebih baik terhadap trafik-trafik jaringan dalam beragam teknologi, termasuk jaringan frame relay,
ATM, Ethernet dan 802.1, dan SONET. Software Cisco IOS memberi dukungan penuh terhadap layanan-layanan QoS.
Sasaran utama QoS tidak lain memberikan layanan jaringan yang lebih baik dan dapat di prediksi, dengan penanganan dedicated bandwidth, jitter, dan latensi yang terkontrol, juga karakteristik-karakteristik loss. QoS mencapai tujuan-tujuan tersebut melalui sejumlah tool untuk manajemen kongesti (kemacetan) jaringan, traffic shaping jaringan, setting policy jaringan, dan lain-lain.
Untuk melihat kualitas yang dihasillkan oleh access point dilakukan tiga pengujian. Dan pengujian tersebut dilakukan berdasarkan standarisasi ITU dan IEEE 802.
2.13.1 Pengujian Bandwidth
Pengujian Bandwidth dilakukan dengan menggunakan Rumus Bandwidth Nyquist dan Kapasitas Shannon.
a. Bandwidth Nyquist
Untuk memulai, mari kita lihat kasus suatu kanal yang bebas derau, dalam lingkungan ini, batasan laju data hanyalah bandwidth sinyal. Perumusan batasan ini, menurut nyquist, dinyatakan bahwa bila laju transmisi sinyal adalah 2B, maka suatu sinyal dengan frekuensi-frekuensi yang tidak lebih besar daripada B sudah cukup untuk membawa laju sinyal. Kebalikannya juga benar: bila dimiliki bandwidth B, laju sinyal tertinggi yang dapat dibawa adalah 2B. Batasan ini adalah akibat
interferensi intersimbol, seperti yang dihasilkan distorsi tundaan. Hasilnya berguna dalam pengembangan skema-skema penyandian digital-ke-analog.
Perhatikan bahwa dalam paragraph sebelumnya, kita merujuk kepada laju sinyal. Bila sinyal-sinyal yang hendak dipancarkan berupa biner (hanya memiliki dua nilai), maka laju data yang dapat didukung oleh B Hz adalah 2B bps. Contohnya, misalkan suatu kanal suara sedang digunakan, melalui modem, untuk memancarkan data digital. Anggap bandwidth 3100 Hz. Maka Kapasitas, C, dari kanal adalah 2B = 6200 bps. Sinyal-sinyal dengan lebih dari 2 tingkat dapat digunakan; yaitu, tiap unsur sinyal dan melambangkan lebih dari satu bit. Sebagai contohnya, bila digunakan empat kemungkinan tingkat tegangan sebagai sinyal-sinyal, maka tiap unsure sinyal dapat melambangkan dua bit. Dengan pensinyalan multitingkat, perumusan Nyquist menjadi
C = 2B log2 M
Dengan M adalah banyak unsur sinyal diskrit atau tingkat tegangan. Maka, untuk M=8, sebuah nilai yang digunakan beberapa modem, bandwidth B = 3100 Hz memberikan kapasitas C = 18.600bps.
Jadi, untuk suatu bandwidth, laju data dapat ditinggkatkan dengan cara meningkatkan banyak unsur sinyal yang berbeda. Namun,
cara ini meningkatkan beben penerima. Bukannya membedakan satu atau dua kemungkinan unsur sinyal selama tiap waktu sinyal,