• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

LANDASAN TEORI

II. 1. Umum

Dalam perencanaan kelistrikan kapal perlu memeperhatikan peraturan-peraturan rekayasa kemaritiman yaitu:

1. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)

2. SOLAS (Internasional conference Of Live At Sea) 1974 dan 1980 3. Regulation for preventing collision at sea

4. IEC (International Electrotecnical Commission)

5. IMCO (Inter-goverment Marine Consultative Organisasion) 6. ISO (Intenational Standard Organisasion)

II.2. Alat-alat navigasi

II.2.1. Radar

Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari Radio Detection and Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu sistem

gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor dan informasi cuaca (hujan).

Panjang gelombang yang dipancarkan radar adalah beberapa milimeter hingga satu meter. Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan dan dipantulkan dari suatu benda tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan menganalisa sinyal yang dipantulkan tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan lokasinya dan terkadang dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun sinyal yang diterima relatif lemah/kecil, namun radio sinyal tersebut dapat dengan mudah dideteksi dan diperkuat oleh radar.

Dalam bidang pelayaran, radar digunakan untuk mengatur jalur perjalanan kapal agar setiap kapal dapat berjalan dan berlalu lalang di jalurnya masing-masing dan tidak saling bertabrakan, sekalipun dalam cuaca yang kurang baik, misalnya cuaca berkabut.

Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak tersebut didapat dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang elektromagnetik selama penjalarannya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi ke sensor.

Prinsip Kerja Radar

Seperti telah diketahui radar menggunakan prinsip pancaran gelombang radio dalam bentuk „microwave band‟. Pulsa yang dihasilkan oleh unit pemancar (transmitter unit) dikirim ke antena melalui swich pemilih pancar/terima elektronik (T/R electronic switch). Pada saat pengiriman sinyal antena akan berputar 10 hingga 30 kali/menit dengan memancarkan denyutan/pulsa 500 hingga 3000 kali/detik. Ketika pemancaran, pulsa ini akan dipantulkan kembali apabila mengenai sasaran dalam bentuk gema radio (radio echo). Pulsa yang dipantulkan ini akan diterima kembali oleh antena dan dikirim ke unit penerima (receiver) melalui switch pemilih pancar/terima. Pulsa ini akan di kuatkan dan akan dideteksi dalam bentuk sinyal radio yang seterusnya dibesarkan lagi kekuatannya pada indicator. Setiap kali gelombang elektrik dipancarkan, bintik-bintik putih akan terbentang dari pusat skrin/skop radar dengan kecepatan konstan dan akan membuat garis sapuan. Garis sapuan ini akan bergerak disekeliling pusat skop dan berputar searah jarum jam dimana putarannya selaras dengan putaran antena. Apabila sinyal video (video signal) digunakan dalam indikator, bintik putih diatas garis sapuan ini akan diubah kedalam bentuk gambar/bayang-bayang. Posisi gambar ini akan sejalan dengan arah gelombang elektrik yang dipancarkan serta jarak posisi gambar ini dengan pusat skop radar adalah berdasarkan jarak kapal dengan sasaran di suatu tempat. Dengan demikian posisi penerima sinyal kapal senantiasa berada dipusat skop pada tabung sinar katoda dan dikelilingi oleh objek/sasaran.

II.2.2.Radio Direction Finder (RDF)

Prinsip Kerja RDF

Antena pesawat Radio Direction Finder (RDF) akan menerima gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh stasion pemancar. Oleh karena antena itu merupakan suatu penghantar yang baik maka gelombang elektromagnetik dari pemancar yang diterima oleh antena akan membangkitkan arus gelombang yang getarannya sama dengan getaran gelombang elektromagnetik dari pemancar. Bila bidang bingkai antena searah dengan arah datangnya isyarat dari pemancar maka tegangan yang dijangkitkan dalam antena akan maksimum dan bila bidang bingkai antena diputar 90o tidak searah lagi dengan arah datangnya isyarat maka tidak ada tegangan yang terjangkit dalam antenna dan isyarat tidak akan terdengar isyarat yang diterima oleh antenna diteruskan ke kotak penerima dan arah pemancar akan berada pada suara yang terkeras. Karena petunjuk arah dihubungkan dengan antena maka arah datangnya isyarat dapat dibaca pada indikatornya. Pada sistem dua bingkai, bingkai yang satu mengarah ke haluan dan buritan sedangkan yang lain ke sisi iri dan kanan pada kapal. Ujung masing-masing bingkai dihubungkan pada dua buah kumparan yang terpisahkan dan berkedudukan tegak lurus satu sama lain di dalam pesawat penerima. Bila pemancar berada antara dua bingkai itu maka kedua bingkai itu akan menghasilkan tegangan yang menimbulkan medan magnit. Tiap medan magnit akan menggambarkan sebagai vektor, jumlah vektor itulah menunjukkan arah tempat di mana pemancar berada.

II.2.3. GPS (Global Position System)

GPS (Global Positioning System) merupakan sistem navigasi satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD = United

States Department of Defense). GPS memungkinkan kita mengetahui posisi

geografis kita (lintang, bujur, dan ketinggian di atas permukaan laut). Jadi dimanapun kita berada di muka bumi ini, kita dapat mengetahui posisi kita dengan tepat.

Dalam hal penentuan posisi, GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup luas, dari yang sangat teliti sampai yang biasa- biasa saja. Ketelitian posisi yang diperoleh secara umum akan bergantung pada empat faktor, yaitu :

• Metode penentuan posisi yang digunakan

• Geometri dan distribusi dari satelit – satelit yang diamati. • Ketelitian data yang digunakan.

• Strategi / metode pengolahan data yang diterapkan.

Selain memeberikan informasi tentang waktu, GPS juga dapat digunakan untuk mentransfer waktu dari satu tempat ke tempat lain. Ketelitian sampai beberapa nanodetik dapat diberikan oleh GPSuntuk transfer waktu antar benua.

GPS juga telah banyak digunakan sebagai alat penentu posisi dan navigasi untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya rekreatif dan berkaitan dengan olahraga, seperti halnya pendakian gunung, reli mobil dan safari, lomba perahu layar, olah raga memancing ( Fishing ) atau pun ski.

GPS terdiri dari 3 segmen: Segmen angkasa, kontrol/pengendali, dan pengguna., dimana :

-Segmen angkasa: terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada

ketinggian 20.200 km dan inklinasi 55 derajat dengan periode 12 jam (satelit akan kembali ke titik yang sama dalam 12 jam). Satelit tersebut memutari orbitnya sehingga minimal ada 6 satelit yang dapat dipantau pada titik manapun di bumi ini. Satelit tersebut mengirimkan posisi dan waktu kepada pengguna seluruh dunia.

-Segmen Kontrol/Pengendali: terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di

Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang tersebar di bumi ini. Stasiun pemantau memantau semua satelit GOS dan mengumpulkan informasinya. Stasiun pemantau kemudian mengirimkan informasi tersebut kepada pusat pengendali utama yang kemudian melakukan perhitungan dan

pengecekan orbit satelit. Informasi tersebut kemudian dikoreksi dan dilakukan pemuktahiran dan dikirim ke satelit GPS.

-Segmen Pengguna: Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS (selanjutnya kita

sebut perangkat GPS) yang biasanya terdiri dari penerima, prosesor, dan antena, sehingga memungkinkan kita dimanapun kita berada di muka bumi ini (tanah, laut, dan udara) dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan kemudian menghitung posisi, kecepatan dan waktu.

Cara kerja GPS

Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS. Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan ketinggian). Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan semakin tinggi. Untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang terbuka. Apabila perangkat GPS kita berada dalam ruangan atau kanopi yang lebat dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka sinyal yang diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk menentukan posisi dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.

Kegunaan

Militer

GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menetukan pergerakan pasukan.

Navigasi

GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu nivigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu

pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sistem Informasi Geografis

Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran.

II.2.4 Echosounder

Seiring dengan perkembangan ilmu akustik dan penerapannya diberbagai bidang menyebabkan banyak peralatan-peralatan baru yang dibuat yang berfungsi untuk memudahkan pekerjaan manusia, di segala bidang. Salahsatunya yaitu alat yang bernama “Echo Sounder”. Sesuai dengan namanya „echo„ yang berarti gema dalam bahasa Inggris, alat ini mempunyai prinsip memancarkan bunyi dan kemudian gema-nya atau bunyi pantulannya ditangkap kembali untuk mengetahui keberadaan benda-benda di bawah air.

Prinsip Echo Sounder

Perangkat akustik ini memiliki beberapa komponen seperti pemancar, penerima gelombang dan beberapa peralatan pendukung lainnya seperti komputer dan GPS (Global Positioning Sistem).

Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah enargi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.

Gambar . Prinsip Echosounder

Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah dangan suatu program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program tersebut. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi.

II. 3. Distribusi Daya

Energi untuk beban penerangan dan beban daya Sistem kelistrikan suatu kapal biasanya disuplai oleh 2 atau lebih generator. Selain itu juga dapat disuplai dari emergency generator atau dari battery (aki). Daya listrik keluaran dari generator ini biasanya semuanya akan dipusatkan menuju ke satu Main Switch Board (MSB). Biasanya, emergency switchboard dan sistem emergency distribution dayanya terhubung dengan bus tie dari switchboard di kapal. Jika sistem pelayanan daya di kapal mengalami kegagalan/kerusakan, sistem emergency distribution akan secara otomatis berpindah dari pelayanan normal ke pelayanan Emergency Generator. Ada banyak disain yang berbeda untuk distribusi daya pada instalasi beban listrik di kapal tergantung type kapalnya.

Pada kapal penumpang yang besar, 2 atau 3 sub distribusi atau load center switchboard harus tersedia untuk distribusi daya dan sistem penerangan. Secara umum satu switchboard terletak pada bagian depan kapal, satu pada bagian depan dan jika memungkinkan yang ketiga diletakkan pada bagian tengah kapal. Tiap bagian switchboard pusat daya disuplai dari switchboard layanan kapal dengan menggunakan Bus feeder. Disain ini lebih ekonomis dari pada memberikan banyak jalur yang panjang dari switchboard layanan kapal ke seluruh bagian kapal. Masing-masing switchboard diletakkan/dipasang pada ruangan yang sesuai. Kompartemen ini biasanya juga bertindak sebagai pusat untuk pelayanan kebutuhan listrik dan perawatan serta masing-masing mungkin juga menyediakan meja kerja dan locker untuk komponen peralatan lampu sekring dan kebutuhan listrik lainnya.

Selanjutnya daya listrik atau arus listrik keluaran dari MSB dibagi dalam beban-beban yang terdiri dari 3 kelompok besar:

- Beban penerangan; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220 V satu phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban ini berupa penerangan pada gang-gang, ruangan-ruangan tertutup, ruangan terbuka dan socket keluaran untuk peralatan untuk peralatan-peralatan power yang relatif rendah.

- Beban daya; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220 V/380 V tiga phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban pada kelompok ini adalah peralatan berupa mesin pompa (ballast, bilga, FW, dan lain-lain), mesin angkat (crane, jangkar, dan lain-lain), refrigerator dan sistem air condition (AC).

- Beban komunikasi dan navigasi; terdiri dari peralatan navigasi bertegangan 220 V dengan frekwensi 50 Hz. Beban-beban instrumentasi pada tegangan 36 V DC/ 24 V DC yang diambil dari rectifier dan di back up oleh battery melalui UPS

Supplai utama dari output generator mempunyai tegangan line 390 V atau tegangan phase 225 V pada frekwensi 50 Hz. Kabel transmisi akan menimbulkan drop tegangan dan ini harus tidak boleh lebih dari 3 % menurut rule BKI. Jadi tegangan pada tiap terminal dari beban-beban adalah 380 V (line voltage) / 220 V (tegangan phase) pada frekwensi 50 Hz.

Pelayanan sistem beban daya secara prinsip terdiri dari motor penggerak peralatan bantu dan peralatan pemanas yang tersedia baik secara tersendiri atau dalam kelompok oleh feeder dari layanan switchboard distribusi. Feeder normalnya digunakan untuk sumber daya peralatan bantu sistem propulsi yang besar. Dan diletakkan pada ruangan yang sama dengan switchboard distribusi. Tapi mungkin digunakan untuk motor yang besar pada salah satu tempat di kapal. Kelompok beban disuplai oleh feeder melalui panel distribusi. Panel ini menjadi pusat tempat penyuplaian beban. Dibawah ini dapat dilihat diagram distribusi daya di kapal.

Gambar.1 : Diagram Distribusi Daya

II. 3. 1. Pembangkit Tenaga Listrik Utama

Pada kapal-kapal baru, sistem distribusi DC saat ini jarang digunakan karena untuk semua sistem, sistem AC lebih mudah dan murah dibandingkan sistem DC. Dimana sistem AC lebih simple, ringan dan mudah dalam perawatan. Sistem kawat kabel tunggal dengan Hull Return sekarang ini jarang digunakan. Dan berdasarkan SOLAS 1960, tindakan pencegahan harus dilakukan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kelemahan dari sistem kawat tunggal dalam kaitannya dengan keselamatan apabila dilakukan isolasi terhadap kabel tidak dapat menjadi indikator untuk kondisi underload. Dan jika dilakukan survey terhadap kondisi sirkuit ke

kebutuhan peralatan tidak dapat dilakukan pengujian Megger tanpa membuka lampu atau alat pemutus hubungan/stop kontak (Circuit breaker).

Distribusi AC sistem 3 phase dengan isolasi netral adalah yang biasa digunakan. Untuk sistem tegangan menengah 440 V biasanya lebih disukai digunakan dibandingkan 380 V karena tegangan 440 V dapat menghasilkan penghematan secara ekonomis yaitu ukuran kawat tembaga yang lebih kecil. Tetapi distribusi pada 415 V kadang-kadang digunakan pada saat kebutuhan beban kapal yang besar, dimana memerlukan jaringan ke tegangan netral 240 V dan standar tertentu terhadap peralatan yang digunakan. Sehingga sistem akan menggunakan kabel 4 kawat dengan netral earthed tetapi tanpa Hull Return. Sedangkan untuk sistem 380 V yang banyak digunakan di eropa daratan. Pada 3,3 kV sistem kabel 3 kawat dengan netral earthed melalui sebuah resistor. Tetapi ada kalanya seorang perancang lebih suka mengisolasi dengan sistem netral seperti pada tegangan menengah.

II. 3. 2. Daya dan Penerangan Kondisi Darurat.

Beberapa bentuk penerangan untuk kondisi darurat harus tersedia diatas kapal yang berupa sistem penerangan dengan tenaga listrik. Kecuali untuk :

1. Kapal penumpang kecil yang hanya dioperasikan mulai matahari terbit sampai dengan matahari terbenam.

2. Kapal penumpang kecil yang dioperasikan tidak lebih dari 15 mil dari garis pantai yang daya untuk sistem penerangan umum sumbernya terpisah dari sistem propulsi dan terletak pada deck diatas sekat kedap.

Daya sesaat untuk kebutuhan pada kondisi darurat/emergency diwajibkan ada pada kapal penumpang yang besar kapasitasnya terbatas. Sehingga perlu mempertimbangkan beban-beban apa saja yang akan disuplai untuk waktu yang singkat. Daya terbesar yang terjadi pada kondisi darurat adalah pada saat start. Beban-beban yang harus disuplai dayanya dari sumber tenaga sesaat adalah sebagai berikut ;

a. Lampu-lampu navigasi

b. Beberapa lampu di kamar mesin yang digunakan untuk menunjukkan kondisi operasional peralatan pada kondisi darurat.

c. Penerangan untuk gang-gang, tangga, jalur untuk penyelamatan, ruang penumpang dan ABK, kamar mesin.

d. Lampu-lampu untuk penunjuk arah jalan keluar ruangan kapal seperti tanda “keluar/exit” dengan tulisan warna merah.

e. Penerangan umum untuk pengamanan keselamatan pengoperasian pintu kedap.

f. Satu atau lebih lampu penerangan untuk di dapur, ruang makan, ruang radio, ruang mesin kemudi, ruang emergency generator, ruang peta, ruang kendali/anjungan, ruang ABK.

g. Penerangan pada deck sekoci.

h. Sistem komunikasi elektrik utama yang tidak memiliki sumber penyimpanan daya sendiri.

i. Daya untuk pengoperasian pintu kedap. j. Sistem pengeras suara darurat.

k. Satu pompa bilga, pompa pemadam kebakaran dan pompa sprinkler. l. Sistem untuk smoke detector.

Daya yang disuplai dari sistem darurat harus bekerja secara otomatis dan paling lambat 45 detik setelah terjadi kegagalan dari sistem daya listrik utama. Suplai daya dari sistem emergency harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk kapal penumpang diatas 65 m perairan samudra, daya yang disuplaikan harus mampu memenuhi kebutuhan untuk kondisi emergency selama 36 jam. Untuk suplai daya dengan menggunakan aki/battery harus mampu melayani untuk kebutuhan selama 30 menit. b. Selain kapal penumpang perairan samudra, pada kapal 100 GT keatas

yang sumber tenaga untuk kondisi darurat menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan selama 8 jam terus-menerus.

c. Selain kapal penumpang perairan samudra, pada kapal 15 - 100 GT keatas yang sumber tenaga untuk kondisi darurat menggunakan

penggerak diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan selama 8 jam terus-menerus.

d. Untuk kapal barang 1600 ton keatas yang sumber tenaga untuk kondisi darurat menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan selama 12 jam terus-menerus.

e. Kapal barang 300 - 1600 GT keatas yang sumber tenaga untuk kondisi darurat menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan selama 12 jam.

II. 3. 3. Power Feeder (Pengisi Daya)

Feeder yang terpisah diharapkan dapat memberikan pelayanan ke panel dan grup control board melayani peralatan bantu pada kamar mesin dan perlengkapan pendingin yang tidak disuplai secara tersendiri. Kipas ventilasi pada kamar mesin, kipas ventilasi untuk tempat tinggal dan tempat kerja serta kipas ventilasi ruang muat disuplai oleh feeder tersendiri. Tiap feeder ventilasi, sirkuit breaker dapat dioperasikan dengan remote control/kendali jarak jauh untuk memutuskan daya pada feeder dalam kasus kebakaran. Peralatan remote control dapat menghentikan daya dari feeder untuk ventilasi kamar mesin dari tempat atau lorong di luar kamar mesin. Untuk semua saluran ventilasi, peralatan pengendali jarak jauh biasanya ditempatkan pada wheel house ataupun daerah sekitar wheel house, selama memenuhi ketentuan dari rules klasifikasi. Maksud dari pengendalian jarak jauh untuk feeder ventilasi tersebut bahwa secara normal tombol untuk tertutup yang mana pada saat pengoperasian untuk kondisi „stop‟ berarti pemutusan daya dibawah tegangan tiap peralatan pada sirkuit breaker.

Feeder yang terpisah sebaiknya tersedia untuk peralatan dapur, air heater selain unit isolasi dan tiap peralatan cargo handling. Peralatan ini harus dapat beroperasi pada saat berlayar tanpa disuplai dari feeder untuk peralatan cargo handling. Oleh karena itu feeder biasanya terputus hubungan dari switchboard distribusi pada saat dilaut. Motor windlass dan capstan mungkin bisa disuplai dari feeder ini jika sesuai. Steering gear disuplai dengan 2 feeder yang independen,

terpisah untuk mengurangi kemungkinan kehilangan daya akibat ganguan pada salah satunya. Kedua feeder secara normal disuplai dari layanan switchboard distribusi.

II. 4. Kabel

II. 4. 1. Intalasi Listrik

Kabel intalasi listrik digunakan sebagai saluran penghantar daya listrik dari sumber tenaga listrik ke peralatan pemakaian daya listrik. Kawat kabel yang digunakan di kapal haruslah sesuai dengan ketentuan dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

Pada distribusi intalasi listrik kapal, penggunaan kabel sebagai penghantar diklasifikasikan atas:

1. Kabel intalasi tenaga 2. Kabel intalasi penerangan 3. Kabel intalasi control dan sinyal 4. Kabel intalasi telepon dan instrument.

II. 4. 2. Jalur Kabel

Jalur kabel adalah kabel-kabel terentang yang disatukan dalam suatu alur penyangga kabel (kabel hanger) dan diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengerjaan perbaikan dan pemeliharaan. Jalur kabel terdiri dari:

1. Penyangga kabel, yang terbuat dari material baja galvanis yang berbentuk seperti huruf U dengan berbagai tipe dan ukuran nominal penyangga penyangga kabel serta kontruksinya.

2. Pengikat kabel, yang berfungsi menyatukan kabel-kabel yang diletakkan pada jalur kabel. Pengikat kabel ini terdiri dari pita pengikat dan kancing pengikat. Bahan pengikat kabel ini terbuat dari bahan baja galvanis yang lebarnya 14 mm. penentuan jarak antara pengikat harus sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

3. Tembusan kabel, ini digunakan untuk intalasi kabel yang menghendaki adanya tembusan kabel yang digunakan pada kabel,

4. Pipa pelindung kabel, yang bertujuan untuk melindungi intalasi kabel dari kemungkinan terjadinya kerusakan fisik kabel. Jenis pelindung kabel yang digunakan; antara lain:

a. Pipa pelindung non metalik (bukan logam), digunakan di ruang akomodasi dan intalasi penerangan yang mempunyai tegangan kerja sampai 250 volt.

b. Pipa pelindung non metalik (plice tube PA-2), digunakan di bawah lantai grating atau sejenisnya dalam kamar mesin

c. Pipa pelindung untuk tembusan kabel, digunakan bila intalasi kabel menghendaki adanya tembusan sehingga dinamakan pipa coming. Tipe dan dimensi pipa pelindung ini diberi symbol PV.

Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) mensyaratkan pengisian kabel dalam pipa

Dalam dokumen Perancangan Instalasi Listrik Kapal (Halaman 9-48)

Dokumen terkait