• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perbandingan bentuk penyajian kelompok Reog Glodogan dengan Reog Kridha Beksa Lumaksana memiliki persamaan dan perbedaan. Setiap unsur bentuk penyajian tidak sepenuhnya sama hanya beberapa bagian memiliki persamaan. Unsur tersebut adalah cerita, susunan baris, tata busana, tata rias, desain lantai, alat musik, dan properti.

Perbedaan yang signifikan pada bentuk penyajian kelompok Reog Glodogan dengan Reog Kridha Beksa Lumaksana dilatarbelakangi kepengurusan Reog. Pertama, perbedaan karena perubahan. Reog Glodogan tidak melakukan perubahan dari segi cerita, berbeda dengan Reog kridha Beksa Lumaksana yang melakukan perubahan. Perbedaan cerita berdampak memperbanyak jumlah perbedaan karena mempengaruhi aspek atau unsur bentuk penyajian lainnya. Misalnya susunan baris, properti, dan tata busana.

Kedua, dari segi tata busana dan rias, kedua reog sama-sama berkiblat dari wayang orang. Reog Glodogan dalam hal tata busana dan rias hanya sebatas merujuk dari wayang orang gaya Surakarta maupun Yogyakarta atau tidak keduanya. Berbeda dengan Reog Kridha Beksa Lumaksana sesuai dengan tata busana dan rias yang sesuai dengan wayang orang gaya Surakarta. Dengan kata lain dalam unsur tersebut

Reog Glodogan lebih bebas, sedangkan Reog Kridha Beksa Lumaksana sesuai pakem.

Berdasarkan dua kelompok reog tersebut, maka Reog Wayang dapat diklasifikasikan menjadi dua versi. Reog Wayang versi kelompok Reog Glodogan: bentuk penyajian atau pertunjukannya adalah sekumpulan pertarungan antar ksatria dari berbagai cerita yang dikemas menjadi satu cerita. Adegan kesurupan adalah bagian penting sebagai puncak pertunjukan atau klimaks. Tata busana dan rias meniru dari wayang orang, gaya Yogyakarta dan Surakarta. Memiliki tiga desain lantai yaitu lurus, dua lingkaran kecil, dan lingkaran besar. Alat musik yang dimainkan masih tradisional, yakni kempul, kecrek dan dhogdog. Properti yang digunakan pun masih sebatas pedang, bendera merah putih, dan bendera identitas Reog Glodogan.

Reog Wayang versi kelompok Reog Kridha Beksa Lumaksana: bentuk penyajian bercerita tentang Hanoman Obong (Ramayana) dan Burisrawa Rante (Mahabarata). Tidak terdapat kesurupan pada penari Reog Kridha Beksa Lumaksana. Tata busana dan rias meniru sesuai dengan wayang orang gaya Surakarta. Memiliki desain lantai bervariasi dengan bermacam-macam jenis: lurus, dua lingkaran kecil, lingkaran besar, miring, berbentuk panah, berbentuk huruf A, berbentuk huruf X, variasi lurus satu, dan variasi lurus dua. Alat musik yang digunakan beragam dari tradisional maupun modern. Alat musik tradisional terdiri dari kendang, kempul, kecrek, dhogdog, japan dan angklung, sedangkan alat musik modern, yaitu drum.

Selain itu, properti yang dipakai beraneka ragam, yaitu keris, pedang, bendera identitas, selendang panjang, kawat api dan api unggun.

Perbandingan ini mewakili beragam bentuk penyajian Reog Wayang di Kab Bantul. Masih banyak beragam bentuk penyajian lainnya yang diolah oleh kelompok reog. Dengan kata lain, tidak hanya dua versi tersebut karena masih ada kelompok reog yang belum dibahas. Masing-masing kelompok mengkreasikan bentuk penyajian sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka

4.2 Saran

Penelitian ini masih belum sempurna. Ada satu unsur bentuk penyajian yang penulis tidak mampu menganalisis yaitu dari segi gerak. Pada dasarnya gerak yang digunakan oleh kedua Reog merujuk pada tari klasik Yogyakarta dan Surakarta yang digunakan oleh wayang orang (Warsito, wawancara pribadi, Oktober 2011). Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis dari segi gerak. Dengan begitu dapat menguatkan penelitian ini. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan membahas perbandingan jenis Reog Wayang dengan Reog Prajurit.

         

DAFTAR PUSTAKA

Astiyanto, Heniy. 2006. Filsafat Jawa. Yogyakarta:Warta Pustaka

Brakel-Papenhuyzen, Clara. 1991. Seni Tari Jawa. Jakarta: ILDEP-RUL

Endraswara, Suwardi. 2006. Penelitian kebudayaan; Ideologi, Epistomologi, dan Aplilkasi. Yogyajarta: Pustaka Widyatama

Fitrianto, Otok. 2011. Perkembangan Bentuk Penyajian Reyog Wayang Kridha Beksa Lumaksana di Dusun Mangiran, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Harymawan. 1988. Dramaturgi. Bandung: CV Rosda

Kaplan, David dan Manners, Robert A. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta:Universitas Indonesia Nuraini, Indah. 2011. Diktat Tata Rias dan Busana Wayang Wong Gaya Surakarta.

Yogyakarta : Institut Seni Indonesia

Pendit. S Nyoman. 2006. Ramayana. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum Pendit. S Nyoman. 2006. Mahabarata. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

“Reog Sunda”. Stable URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Reog_(Sunda). Diunduh: 05/06/2012, 20:00.

Soedarsono. 1976. Mengenal Tari-tarian Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.

Soedarsono dan Narawati, Tati. 2011. Drama Tari. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sri Prihatini, Nanik . 2007. Joged Tari Gaya Kasunanan Surakarta. Surakarta: ISI Press Solo.

Sudarsono. 1972. Djawa dan Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sudarsono. 1978. Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI

Sugono, Dendy. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Sunny. 2010. “Antareja Takon Bapak” Stable URL:http://wayangantarejatakonbapa.  blogspot.com/. Diunduh: 05/06/2012, 20:00.

“Wisanggeni Lahir”. 2012. Stable URL: http://caritawayang.blogspot.com/2012/08/ wisanggeni-lahir.html. Diunduh: 25/08/2012, 20:00

LAMPIRAN 1

Daftar Narasumber:

1. Nama :Joko Dwiyono

Pekerjaan :Kepala Dukuh Glodogan 2. Nama : Jadi

Pekerjaan : Ketua Reog Glodogan Jabatan : Petani 

3. Nama : Purwanto Pekerjaan : EO

Jabatan : Wakil Ketua Reog Glodogan  4. Nama : Agus

Pekerjaan : Guru Musik

Jabatan : Sekeretaris Reog Glodogan 5. Nama : Tri Widodo

Pekerjaan : Petani

Jabatan : Penari senior Reog Glodogan 6. Nama : Juarno

Pekerjaan : Kepala Dukuh Mangiran dan

Jabatan : Penari senior Reog Kridha Beksa Lumaksana 7. Nama : Warsito

Pekerjaan : Guru seni pertunjukan

Jabatan : Pemimpin dan Pembina Reog Kridha Beksa Lumaksana  

 

LAMPIRAN 2

Biodata Penulis

Andri Cahyadi ,lahir di Serang, 31 Januari 1990. Lulusan SDN 1 Anyer, Mtsn Anyer, SMA Informatika Serang dan Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

Selama kuliah aktif berkegiatan di organisasi Mediasastra USD, Mediasastra.com, Bengkel Sastra, BEM USD, Kepanitian Insadha 2009, dan lain- lain. Saat ini aktif di mediasastra.com dan Perpustakaan Semesta Anyer. Puisi- puisinya dipublikasikan dalam antologi bersama Bengkel Sastra USD yang diterbitkan tahun 2009 dan 2011, antologi KMSI UNY yang diterbitkan tahun 2013, antologi Flows Into the sink Into The Gutter yang diterbitkan tahun 2012, dan mediasastra.com. 

     

Dokumen terkait