10
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Vektor
Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah, seperti perpindahan (displacement), kecepatan, gaya dan percepatan (Spiegel, 1999:1).
Vektor digambarkan oleh suatu anak panah ๐๐ yang mendefinisikan arahnya sedangkan besarnya dinyatakan oleh panjang anak panah. Ujung pangkal ๐ dari anak panah disebut titik asal atau titik pangkal vektor dan ujung kepala ๐ disebut titik terminal dan besarnya dinyatakan oleh ๐ด atau ๐จ (Spiegel, 1999:1).
Gambar 2. 1 Vektor OP
Sedangkan skalar adalah besaran yang mempunyai besar tetapi tanpa arah, seperti massa, panjang, waktu, suhu dan sebarang bilangan riil. Skalar dinyatakan oleh huruf-huruf biasa seperti dalam aljabar elementer. Operasi-operasi dengan skalar mengikuti aturan-aturan yang sama seperti dalam aljabar elementer (Spiegel, 1999:1).
Definisi 1
Jika ๐ adalah vektor yang memiliki titik awal dan akhir ๐ฃ1, ๐ฃ2, ๐ฃ3 , maka komponen pembentuk ๐ diberikan oleh:
Koordinat ๐ฃ1, ๐ฃ2dan ๐ฃ3 disebut komponen ๐ . Jika kedua titik awal dan akhir tetap pada asalnya, maka ๐ disebut vektor nol (zero vector) dan dinotasikan oleh 0 = 0, 0, 0 (Larson dan Edward, 2010:765).
2.1.1 Panjang (Besaran) Vektor
Jika ๐(๐1, ๐2, ๐3) dan ๐(๐1, ๐2, ๐3) merupakan titik awal dan akhir ๐ pada segmen garis, komponen pembentuk vektor ๐ direpresentasikan oleh ๐๐ yaitu ๐ฃ1, ๐ฃ2, ๐ฃ3 = ๐1โ ๐1, ๐2โ ๐2, ๐3โ ๐3 . Formula panjang (atau besaran) ๐ adalah
๐ = (๐1โ ๐1)2+ (๐2โ ๐2)2+ (๐3โ ๐3)2
= ๐ฃ12+ ๐ฃ22+ +๐ฃ32 (Larson dan Edward, 2010: 765). Contoh:
Diberikan titik ๐(1,1,1) dan ๐(2,4,3), untuk mengetahui besaran ๐ , digunakan rumus panjang vektor.
๐ = (๐1โ ๐1)2+ (๐2โ ๐2)2+ (๐3โ ๐3)2 = (2 โ 1)2+ (4 โ 1)2+ (3 โ 1)2
= 3,74
Jadi ๐ memiliki besaran 3,74
2.1.2 Penjumlahan Vektor dan Perkalian Skalar
๐ด + ๐ต = ๐ด๐ต adalah vektor yang diwakili oleh segmen garis berarah yang pangkalnya berimpit dengan pangkal ๐ด dan ujungnya berimpit dengan ujung ๐ต dan pangkal ๐ต berimpit dengan ujung ๐ด (Soebari, 1995:1-2).
Definisi 2
Diberikan vektor ๐ด = ๐ด1, ๐ด2, ๐ด3 dan vektor ๐ต = ๐ต1, ๐ต2, ๐ต3 , dan ๐ scalar, didefinisikan:
1. Penjumlahan vektor ๐ด dan ๐ต adalah ๐ด + ๐ต = ๐ด1+ ๐ต1, ๐ด2+ ๐ต2, ๐ด3+ ๐ต3 . 2. Perkalian skalar ๐ dan ๐ด adalah vektor ๐๐ด = ๐๐ด1, ๐๐ด2, , ๐๐ด3 .
3. Bentuk negatif ๐ต adalah vektor โ ๐ต = โ1 ๐ต = โ๐ต1, โ๐ต2, โ๐ต3
4. Selisih ๐ด dan ๐ต adalah ๐ด โ ๐ต = ๐ด + โ๐ต = ๐ด1โ ๐ต1, ๐ด2โ ๐ต2, ๐ด3โ ๐ต3 (Larson dan Edward, 2010:766).
2.1.3 Perkalian antara Dua Vektor
Perkalian vektor antara dua vektor ๐ด dan ๐ต ditulis ๐ด ร ๐ต (dibaca ๐ด kros๐ต ) dan didefinisikan ๐ด ร ๐ต = ๐ด ๐ต sin ๐ ๐ dengan ๐ adalah sudut antara ๐ด dan ๐ต dan ๐ adalah vektor satuan yang tegak lurus ๐ด dan tegak lurus ๐ต sesuai dengan sistem yang digunakan (sistem putar kanan atau putar kiri).
Suatu skrup putar kanan jika diputar sesuai arah sumbu ๐ฅ positif menuju sumbu ๐ฆ positif, skrup tersebut akan bergerak ke arah ๐ง positif. Sistem semacam ini dinamakan sistem putar kanan. Sedangkan sebaliknya disebut sistem putar kiri. Pada sistem putar kanan, berlaku:
๐ ร ๐ = ๐ ร ๐ = ๐ ร ๐ = 0 ๐ ร ๐ = ๐ ๐ ร ๐ = โ๐ ๐ ร ๐ = ๐ ๐ ร ๐ = โ๐ ๐ ร ๐ = ๐ ๐ ร ๐ = โ๐ Jadi : ๐๐ด ร ๐๐ต = ๐ฅ๐๐ + ๐ฆ๐๐ + ๐ง๐๐ ร ๐ฅ๐๐ + ๐ฆ๐๐ + ๐ง๐๐
= ๐ฆ๐๐ฅ๐โ ๐ง๐๐ฆ๐ ๐ โ ๐ฅ๐๐ง๐โ ๐ง๐๐ฅ ร๐ ๐ โ ๐ฅ๐๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐๐ฅ๐ ๐ = ๐ฆ๐ฆ๐ ๐ง๐ ๐ ๐ง๐ ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ง๐ ๐ฅ๐ ๐ง๐ ๐ + ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ = ๐ ๐ ๐ ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐ ๐ฅ๐ ๐ฆ๐ ๐ง๐
(Larson dan Edward, 2010:769).
Pada perkalian vektor dua vektor berlaku hukum-hukum sebagai berikut: 1. ๐ด ร ๐ต = โ๐ต ร ๐ด (Hukum Komutatif tak berlaku Hasil-Kali Silang) 2. ๐ด ร ๐ต + ๐ถ = ๐ด ร ๐ต + ๐ด ร ๐ถ (Hukum Distributif) 3. ๐ ๐ด ร ๐ต = ๐๐ด ร ๐ต = ๐ด ร ๐๐ต = ๐ด ร ๐ต ๐ di mana m scalar 4. ๐ ร ๐ = ๐ ร ๐ = ๐ ร ๐ = 0, ๐ ร ๐ = ๐ ร ๐ = ๐ ร ๐ = 1
5. Jika ๐ด = ๐ด 1๐ + ๐ด 2๐ + ๐ด 3๐ dan ๐ต = ๐ต 1๐ + ๐ต 2๐ + ๐ต 3๐, maka
๐ด ร๐ต = ๐ ๐ ๐ ๐ด 1 ๐ด 2 ๐ด 3 ๐ต 1 ๐ต 2 ๐ต 3
6. Besarnya ๐ด ร ๐ต sama dengan luas jajaran genjang dengan sisi-sisi ๐ด dan ๐ต . 7. Besarnya ๐ด ร ๐ต = 0 dan ๐ด beserta ๐ต bukanlah vektor-vektor nol, maka ๐ด dan
๐ต sejajar (Larson dan Edward, 2010:771).
2.2 Sistem Koordinat Kartesius Ruang (R3)
Dalam sistem ini (sistem koordinat kartesius siku-siku) terdapat tiga sumbu yang saling tegak lurus diantaranya, yaitu sumbu ๐, sumbu ๐ dan sumbu ๐. Disamping koordinat siku-siku ada pula koordinat miring. Koordinat ini pada dasarnya sama, hanya bedanya pada koordinat kartesius miring ketiga sumbunya tidak saling tegak lurus. Sebuah titik ๐ dengan koordinat ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง , berarti jarak titik ๐ terhadap ๐๐๐ , ๐๐๐ dan ๐๐๐ berturut-turut ๐ฅ, ๐ฆ dan ๐ง disebut absis, ordinat dan aplikat. Harga ๐ฅ, ๐ฆ dan ๐ง dapatn positif, dapat pula negatif, maupun
nol. Positif jika searah dengan sumbu positif dan negatif jika searah dengan negatif (Soebari, 1995:6).
Gambar 2. 2 Oktan Pertama Koordinat ๐๐๐
Dalam sistem koordinat kartesius, ruangan dibagi menjadi 8 (delapan) oktan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Oktan Sistem Koordinat Kartesius
Koord. Okt.1 Okt.2 Okt.3 Okt.4 Okt.5 Okt.6 Okt.7 Okt.8
๐ง + + + + โ โ โ โ
๐ฅ + โ โ + + โ โ +
๐ฆ + + โ โ + + โ โ
Sumber: Soebari, 1995:6
2.3 Geometri Tegas
2.3.1 Titik, Garis, dan Bidang
Titik dinyatakan dengan noktah, dan diberi nama dengan huruf besar. Contoh: ๐ ๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ง๐ (Rich, 2002:2). Titik juga ditunjukkan atau dilukiskan dengan โ โโ. Melalui dua titik yang berlainan, dapat dibuat tepat satu garis (Alisah dan Idris, 2009:237).
Garis lurus terbetuk oleh suatu titik yang selalu bergerak kearah yang sama. Suatu garis lurus dapat diperpanjang ke segala arah secara tidak terbatas (Rich, 2002:2). Garis tidak memiliki batas, baik ke kiri maupun kekanan,
sehingga panjangnya tidak terbatas, dan yang digambar hanya sebagai wakilnya saja. Garis biasanya diberi simbol, yaitu dengan huruf kecil, misalnya: a, b, c, d dan seterusnya (Alisah dan Idris, 2009:237). Gambar suatu garis adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 3 Garis ๐ dan Garis yang Melalui Titik ๐ด dan ๐ต
Garis yang melalui titik A dan B dilambangkan dengan ๐ด๐ต. Di samping itu dikenal pula ruas garis (segmen), ruas garis adalah bagian dari garis lurus yang terbatas pada pangkal dan ujungnya. Sedangkan bidang adalah suatu permukaan di mana suatu garis yang menghubungkan dua titik pada permukaan tersebut secara keseluruhan akan terletak pada permukaan tersebut (Rich, 2002:2).
Gambar 2. 4 Bidang ABCD
2.3.2 Persamaan Bidang
Persamaan umum bidang datar adalah ๐ด๐ฅ + ๐ต๐ฆ + ๐ถ๐ง + ๐ท = 0 , bidang tersebut tegak lurus dengan vektor ๐ด๐ + ๐ต๐ + ๐ถ๐ atau yang sering disebut dengan normal bidang dan dinotasikan dengan ๐ . Jika suatu bidang melalui titik ๐ dan mempunyai normal ๐ด๐ + ๐ต๐ + ๐ถ๐ , maka persamaan bidang tersebut adalah (Soebari, 1995:12-13).
2.3.3 Persamaan Garis
Garis lurus dapat diartikan sebagai perpotongan antara dua bidang datar, jadi persamaan suatu garis lurus merupakan gabungan antara persamaan dua bidang datar (Soebari, 1995:20).
Persamaan garis yang melalui misal titik ๐(๐ฅ1, ๐ฆ1, ๐ง1) dan mempunyai vektor arah ๐๐ + ๐๐ + ๐๐ adalah:
๐ฅ โ ๐ฅ1 ๐ = ๐ฆ โ ๐ฆ1 ๐ = ๐ง โ ๐ง1 ๐
Persamaan tersebut dikatakan persamaan garis dalam bentuk standar. Dengan jalan yang sama, akan diperoleh persamaan garis yang misalnya melalui titik ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ง๐) dan ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ง๐), yaitu:
๐ฅ โ ๐ฅ๐ ๐ฅ๐โ ๐ฅ๐ = ๐ฆ โ ๐ฆ๐ ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐ = ๐ง โ ๐ง๐ ๐ง๐โ ๐ง๐ Dalam bentuk parameter, persamaan garis dapat dituliskan:
๐ฅ = ๐ + ๐๐ก, ๐ฆ = ๐ + ๐๐ก, ๐ง = ๐ + ๐๐ก dengan t merupakan parameter
Sedangkan ๐, ๐, ๐ dinamakan bilangan arah garis. Jika ada ๐, ๐ atau ๐ yang sama dengan nol, maka persamaan garis harus dinyatakan dalam gabungan persamaan dua bidang. Maka persamaan garis tersebut
๐ โก ๐ด๐ด1๐ฅ + ๐ต1๐ฆ + ๐ถ1๐ง + ๐ท = 0
2๐ฅ + ๐ต2๐ฆ + ๐ถ2๐ง + ๐ท = 0 (Soebari, 1995:21). Vektor arah garis ๐ tersebut adalah:
๐ =
๐ ๐ ๐ ๐ด1 ๐ต1 ๐ถ1 ๐ด2 ๐ต2 ๐ถ2
2.3.4 Jarak Titik ke Garis pada Ruang (R3)
Untuk menentukan jarak antara titik dan garis, ditentukan titik yang terletak pada garis. Misalkan akan ditentukan jarak antara titik P dengan garis ๐. Tentukan sebarang titik Q pada ๐, maka berlaku:
Gambar 2. 5 Jarak Titik ๐ ke Garis ๐
๐๐ ร ๐ = ๐๐ โ ๐ sin ๐ ๐๐ ร ๐ = ๐๐ โ ๐ ๐
๐๐ Jadi jarak titik ๐ ke garis ๐ adalah
๐ = ๐๐ ร ๐
๐ Soebari, 1995: 25 . Contoh :
Untuk menentukan jarak titik ๐(2, 5, 1) ke garis ๐ = 4๐ฅ + 5๐ฆ โ ๐ง = 7
2๐ฅ + 3๐ฆ โ 4๐ง = 1 , maka ditentukan terlebih dahulu titik ๐ (sebarang yang terletak pada ๐) untuk lebih mudahnya peneliti memilih titik yang berpotongan dengan bidang koordinat ๐๐๐, yang berarti koordinat ๐ง = 0. Misalkan titik potong tersebut ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, 0).
4๐ฅ๐+ 5๐ฆ๐ = 7 dan 2๐ฅ๐ + 3๐ฆ๐ = 1 Dari perhitungan subtitusi didapatkan nilai ๐ฅ๐ = 8 dan ๐ฆ๐ = โ5. Jadi titik potong tersebut adalah ๐(8, โ5, 0) dan ๐๐ adalah
8 โ 2 ๐ + โ5 โ 5 ๐ + (0 โ 1)๐ , atau 6๐ โ 10๐ โ ๐ Sedangkan vektor arah garis ๐ adalah
๐ = 4 5๐ ๐ โ1๐ 2 3 โ4 = โ20 + 3 ๐ โ โ16 + 2 ๐ + (12 โ 10)๐ = โ17๐ + 14๐ + 2๐ ๐ ร ๐๐ = โ17๐ 14๐ ๐ 2 6 โ10 โ1 = โ14 + 20 ๐ โ 17 โ 12 ๐ + (170 โ 84)๐ = 6๐ โ 5๐ + 86๐ ๐ ร ๐๐ = 36 + 25 + 7396 = 7457 = 86,35 Jadi jarak titik ๐ terhadap garis ๐ adalah
๐ = ๐๐ ร ๐
๐ =
7475 289 + 196 + 4
2.3.5 Jarak Titik ke Bidang
Untuk menentukan jarak titik ๐(๐, ๐, ๐) terhadap bidang ๐ โก ๐ด๐ฅ + ๐ต๐ฆ + ๐ถ๐ง + ๐ท = 0, ditentukan terlebih dahulu sebarang titik yang terletak pada bidang tersebut (Soebari, 1995:16).
Untuk lebih mudahnya, ambil salah satu titik potongnya dengan sumbu koordinat, misal sumbu ๐ฅ, yaitu: ๐ โ๐ท
๐ด, 0,0 dengan pemisalan posisi ๐ pada gambar berikut:
๐๐ = ๐ +๐ท ๐ด ๐ + ๐๐ + ๐๐ ๐๐ = ๐ด๐ + ๐ต๐ + ๐ถ๐ ๐๐ โ ๐ = |๐๐|๐ โ |๐ ๐๐๐ ๐ โฆ โฆ โฆ (1) ๐|
๐ = Sudut antara ๐ dan ๐๐๐
๐๐๐ ๐ = ๐
| ๐๐ |โฆ โฆ โฆ (2) ๐ = Jarak antara titik ๐ terhadap bidang ๐
Berdasarkan Persamaan (1) dan (2) diperoleh:
๐๐ โ ๐ = |๐๐|๐ โ |๐ ๐| ๐ ๐๐ (๐ harus positif) ๐ =๐๐ โ ๐ ๐ |๐ ๐| = ๐ + ๐ท ๐ด ๐ด + ๐๐ต + ๐๐ถ ๐ด2+ ๐ต2+ ๐ถ2 Perhitungan lebih lanjut diperoleh:
๐ = ๐ด๐ + ๐ต๐+ ๐ถ๐ + ๐ท
๐ด2+ ๐ต2+ ๐ถ2 (Soebari, 1995: 17) Contoh:
Diberikan titik ๐(4,1,2) dan bidang ๐ โก ๐ฅ โ ๐ฆ + ๐ง โ 1 = 0, untuk mengetahui jarak titik ๐ ke bidang ๐ (๐), digunakan rumus jarak titik ke bidang.
๐ = ๐ด๐ฅ๐+ ๐ต๐ฆ๐ + ๐ถ๐ง๐ + ๐ท
๐ด2+ ๐ต2+ +๐ถ2 = 1 4 โ 1 1 + 1 2 โ 1 (1)2+ (โ1)2+ (1)2 = 2,31 Jadi jarak titik ๐ ke bidang ๐ adalah 2,31.
2.3.6 Titik pada Segmen Garis
Ditentukan titik ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ง๐) dan titik ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ง๐) untuk menentukan koordinat titik ๐ yang terletak pada segmen garis ๐๐ sedemikian sehingga ๐๐
โถ ๐ ๐ adalah ๐ โถ ๐ (Soebari, 1995:9).
Gambar 2. 7 Perbandingan ๐ dan ๐ Terlihat pada gambar 2.7 bahwa
๐๐
โถ ๐ ๐ = ๐ โถ ๐ Dengan demikian:
๐ ๐ฅ๐โ ๐ฅ๐ ๐ + ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐ ๐ + ๐ง๐ โ ๐ง๐ ๐
= ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ ๐ + ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐ ๐ + ๐ง๐ โ ๐ง๐ ๐ Persamaan tersebut benar, jika:
๐ ๐ฅ๐โ ๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ , ๐ ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐ = ๐ ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐ , ๐ ๐ง๐ โ ๐ง๐ = ๐ ๐ง๐ โ ๐ง๐ . Berdasarkan ketiga persamaan tersebut diperoleh koordinat ๐ :
๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ ๐ + ๐ , ๐ฆ๐ = ๐ ๐ฆ๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐ + ๐ , ๐ง๐ = ๐ ๐ง๐ + ๐ ๐ง๐ ๐ + ๐
Jika ๐ berada pada perpanjangan ๐๐ sedemikian sehingga ๐๐ โถ ๐ ๐ = ๐ โถ โ๐ maka koordinat titik ๐ adalah
๐ฅ๐ = ๐ ๐ฅ๐ โ ๐ ๐ฅ๐ ๐ โ ๐ , ๐ฆ๐ = ๐ ๐ฆ๐ โ ๐ ๐ฆ๐ ๐ โ ๐ , ๐ง๐ = ๐ ๐ง๐ โ ๐ ๐ง๐ ๐ โ ๐ (Soebari, 1995: 10).
2.3.7 Teorema Pythagoras
Pythagoras adalah seorang ahli matematika dan filsafat berkebangsaan Yunani yang hidup pada tahun 569 โ 475 sebelum Masehi. Sebagai ahli metematika, Pythagoras terkenal dengan teorema Pythagoras yang berbunyi : kuadrat panjang sisi miring suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat panjang sisi-sisi yang lain (Sundawa, 2009).
Gambar 2. 8 Segitiga Siku-siku
Gambar 2.8 di atas menunjukkan suatu segitiga siku-siku ABC dengan panjang sisi miring b, panjang sisi alas a, dan tinggi c. Berdasarkan teorema Pythagoras, dalam segitiga siku-siku tersebut berlaku :
๐2 = ๐2+ ๐2 atau ๐ = ๐2+ ๐2
Untuk menentukan panjang sisi-sisi yang lainnya seperti panjang sisi alas a atau tinggi c, dengan menggunakan rumus umum teorema Pythagoras diperoleh perhitungan sebagai berikut :
๐2 = ๐2+ ๐2 โ ๐2 = ๐2โ ๐2 atau ๐ = ๐2โ ๐2 ๐2 = ๐2+ ๐2 โ ๐2 = ๐2 โ ๐2 atau ๐ = ๐2 โ ๐2
Dari uraian tersebut, penulisan teorema Pythagoras pada setiap sisi segitiga siku-siku dapat dituliskan sebagai berikut (Sundawa, 2009):
2.4 Proyeksi Geometri Tegas
Proyeksi suatu titik adalah pembentukan bayangan suatu titik terhadap satu garis atau bidang, dengan syarat garis hubung titik dan titik hasil proyeksinya harus tegak lurus dengan garis atau bidang tersebut (Sundawa, 2009).
Menentukan panjang proyeksi titik P (x, y, z), jika titik hasil proyeksi Pโ (x, y, z) diketahui yaitu :
Panjang proyeksi = (๐ฅ2โ ๐ฅ1)2+ (๐ฆ2โ ๐ฆ1)2+ (๐ง2โ ๐ง1)2
Sedangkan untuk menentukan panjang jarak proyeksi titik P (x, y, z), jika persamaan garis ๐ด๐ฅ + ๐ต๐ฆ + ๐ถ๐ง + ๐ท = 0 diketahui yaitu :
Panjang jarak proyeksi = ๐ด๐ฅ๐+๐ต๐ฆ๐+๐ถ๐ง๐+๐ท ๐ด2+๐ต2+๐ถ2
Selain pada titik, proyeksi pun dapat dilakukan pada suatu garis. Gambar di bawah ini terdapat berbagai macam proyeksi suatu garis terhadap garis yang lain. Misalkan suatu garis AB di proyeksikan terhadap ๐. Hasil yang diperoleh adalah garis AโBโ. Kedua garis yang diproyeksikan selalu tegak lurus dengan garis proyektornya (Sundawa, 2009).
Gambar 2. 9 Garis ๐ดโ๐ตโ โ ๐ Merupakan Hasil Proyeksi dari Garis ๐ด๐ต
Gambar 2. 11 Garis ๐ด๐ต Tegak Lurus Garis ๐ terhadap Garis Proyektor
2.4.1 Definisi Proyeksi Ruang (Tegas)
Proyeksi geometri merupakan pembentukan bayangan suatu unsur geometri yang diproyeksikan terhadap unsur proyektor, dengan sifat tegak lurus yang diwakili oleh masing-masing unsurnya (Stein dan Barchellos, 1992:688). Pembahasan proyeksi pada ruang ditekankan pada tiga hal, yaitu proyeksi titik ke garis, proyeksi titik ke bidang, dan proyeksi garis ke bidang.
Gambar 2. 12Proyeksi Garis ๐ด๐ต pada Bidang ๐
Diberikan segmen garis ๐ด๐ต dan ruang ๐. Tegak lurus dari A dan B pada ๐, lihat gambar 2.13, dua titik A dan B bertemu di ๐ di titik Aโ dan Bโ. Segmen ๐ดโฒ๐ตโฒ disebut proyeksi pada ๐ด๐ต pada Bidang ๐. Maka akan ditemukan panjang pada ๐ดโฒ๐ตโฒ
, gambar garis L sejajar ๐ดโฒ๐ตโฒ dan melewati A. Jika ๐ sudut antara ๐ด๐ต dan L, 0 โค ๐ โค ๐ 2 . Sudut ๐ disebut sudut antara ๐ด๐ต dan bidang ๐.
๐ดโ๐ตโ
2.4.2 Prosedur Proyeksi Geometri Tegas pada Ruang (R3)
1. Proyeksi Titik pada Garis
Gambar 2. 13Proyeksi Titik ๐ pada Garis ๐
Misalkan suatu titik ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ง๐) diproyeksikan terhadap garis ๐ โก ๐ด1๐ฅ + ๐ต1๐ฆ + ๐ถ1๐ง = ๐ท
๐ด2๐ฅ + ๐ต2๐ฆ + ๐ถ2๐ง = ๐ท . Untuk mencari hasil proyeksi, yaitu koordinat titik ๐โฒ, dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menentukan sebarang dua titik pada garis ๐, misal titik ๐ด(๐ฅ๐, ๐ฆ๐ ,๐ง๐) dan ๐ต(๐ฅ๐, ๐ฆ๐,๐ง๐), sedemikian hingga ๐ด โ ๐ต.
Gambar 2. 14Sebarang Titik ๐ด dan ๐ต pada ๐
Kemudian menurut Larson dan Edward (2010:765) dapat dicari besar dari vektor ๐ด๐ dan ๐๐ต sebagai berikut:
๐ด๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ 2+ ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐ 2+ ๐ง๐ โ ๐ง๐ 2
Setelah itu menurut Soebari (1995:25) dapat ditentukan jarak antara titik ๐ dan ๐โฒ.
๐๐โฒ = ๐ด๐ ร ๐
๐ โฆ โฆ โฆ (4)
Setelah diketahui ๐๐ , ๐ด๐โฒ , dan ๐๐ต . Selanjutnya akan dicari nilai ๐ด๐ dan โฒ
๐ dengan menggunakan teorema Pythagoras. โฒ๐ต
Gambar 2. 15 Sebarang Titik ๐ dan ๐ di ๐
๐ด๐ = m = APโฒ 2โ ๐๐โฒ 2 ๐ = n = ๐๐ตโฒ๐ต 2โ ๐๐โฒ 2โฆ โฆ โฆ . โฆ . . โฆ โฆ โฆ . . (5)
Setelah didapatkan ๐ dan ๐ maka koordinat ๐โฒ menurut Soebari (1995:10) dapat dicari dengan perbandingan.
Gambar 2. 16 Perbandingan antara ๐ dan ๐
๐ด๐โฒ โถ ๐ = ๐ โถ ๐ โฒ๐ต ๐ ๐ฅ๐โ ๐ฅ๐โฒ + ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐โฒ + ๐ง๐ โ ๐ง๐โฒ = ๐ ๐ฅ๐โฒโ ๐ฅ๐ + ๐ฆ๐โฒ โ ๐ฆ๐ + ๐ง๐โฒ โ ๐ง๐ ๐ฅ๐โฒ =๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ ๐ + ๐
๐ฆ๐โฒ = ๐ ๐ฆ๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐ + ๐
๐ง๐โฒ =๐ ๐ง๐ + ๐ ๐ง๐ ๐ + ๐ Jadi didapatkan koordinat ๐โฒ(๐ฅ๐โฒ, ๐ฆ๐โฒ, ๐ง๐โฒ). 2. Proyeksi Titik pada Bidang
Gambar 2. 17Proyeksi Titik ๐ ke Bidang ๐
Misalkan suatu titik ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ง๐) di proyeksikan terhadap bidang ๐ โก ๐ด๐๐ฅ + ๐ต๐๐ฆ + ๐ถ๐๐ง + ๐ท = 0 . Untuk mencari hasil proyeksi, yaitu koordinat titik ๐โฒ, dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menetukan sebarang titik di bidang ๐ (misalnya titik ๐ด, untuk lebih mudahnya, ambil titik ๐ด berpotongan dengan koordinat misal sumbu ๐ dan titik ๐ต berpotongan dengan koordinat misal sumbu ๐).
Kemudian menurut Larson dan Edward (2010:765) dapat dicari besar dari vektor ๐ด๐ dan ๐๐ต seperti pada persamaan (3) sebagai berikut:
๐ด๐ = ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ 2+ ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐ 2+ ๐ง๐ โ ๐ง๐ 2
๐๐ต = ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐ 2 + ๐ฆ๐โ ๐ฆ๐ 2 + ๐ง๐ โ ๐ง๐ 2
Setelah itu menurut Soebari (1995:17) dapat ditentukan jarak antara titik ๐ dan ๐โฒ sebagai berikut:
๐๐โฒ = ๐ด๐ฅ๐ + ๐ต๐ฆ๐ + ๐ถ๐ง๐ + ๐ท
๐ด2 + ๐ต2 + ๐ถ2 โฆ โฆ โฆ . โฆ . . โฆ โฆ โฆ . . (6)
Setelah diketahui ๐๐โฒ , ๐ด๐ , dan ๐๐ต . Selanjutnya akan dicari ๐ด๐โฒ dan ๐โฒ๐ต dengan teorema Pythagoras seperti pada persamaan (5).
๐ด๐ = m = APโฒ 2โ ๐๐โฒ 2 ๐ = n = ๐๐ตโฒ๐ต 2โ ๐๐โฒ 2
Setelah didapatkan ๐ dan ๐ maka koordinat ๐โฒ menurut Soebari (1995:10) dapat dicari dengan perbandingan sebagai berikut:
Gambar 2. 19Perbandingan antara ๐ dan ๐
๐ด๐โฒ โถ ๐ = ๐ โถ ๐ โฒ๐ต ๐ ๐ฅ๐โ ๐ฅ๐โฒ ๐ + ๐ฆ๐ โ ๐ฆ๐โฒ + ๐ง๐โ ๐ง๐โฒ = ๐ ๐ฅ๐โฒ โ ๐ฅ๐ ๐ + ๐ฆ๐โฒ โ ๐ฆ๐ + ๐ง๐โฒ โ ๐ง๐ ๐ฅ๐โฒ =๐ ๐ฅ๐ + ๐ ๐ฅ๐ ๐ + ๐
๐ฆ๐โฒ = ๐ ๐ฆ๐ + ๐ ๐ฆ๐ ๐ + ๐
๐ง๐โฒ =๐ ๐ง๐ + ๐ ๐ง๐
๐ + ๐ (Soebari, 1995: 10). Jadi didapatkan koordinat ๐โฒ(๐ฅ๐โฒ, ๐ฆ๐โฒ, ๐ง๐โฒ).
3. Proyeksi Garis pada Bidang
Gambar 2. 20Proyeksi Garis ๐ด๐ต ke Bidang ๐
Misalkan suatu garis ๐ด๐ต = ๐ด1๐ฅ + ๐ต1๐ฆ + ๐ถ1๐ง = ๐ท
๐ด2๐ฅ + ๐ต2๐ฆ + ๐ถ2๐ง = ๐ท diproyeksikan terhadap bidang ๐ โก ๐ด๐๐ฅ + ๐ต๐๐ฆ + ๐ถ๐๐ง + ๐ท = 0. Untuk mencari hasil proyeksi, yaitu koordinat garis ๐ดโฒ๐ตโฒ , dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menentukan sembarang titik ๐ด dan titik ๐ต pada ๐ (perpanjangan garis ab), untuk lebih mudahnya ambil titik ๐ด yang merupakan perpotongan antara garis ๐ dengan bidang ๐๐๐, sedangkan titik ๐ต merupakan perpotongan antara garis ๐ dengan bidang ๐๐๐.
Setelah itu mencari persamaan bidang ๐ yang melalui titik ๐ด dan titik ๐ต serta tegak lurus dengan bidang ๐.
Gambar 2. 22Bidang ๐ Tegak Lurus Bidang ๐
Karena ๐ tegak lurus dengan ๐, berarti ๐ tegak lurus ๐๐ dan karena ๐ melalui ๐ A dan B berarti ๐ tegak lurus ๐ด๐ต๐ , menurut Soebari (1995:16) maka:
๐๐
= ๐ ร ๐ด๐ต๐
Sehingga dapat diketahui persamaan garis ๐โ (hasil proyeksi) yang mana perpotongan antara bidang ๐ dan bidang ๐ . Jadi persamaan ๐โ merupakan gabungan persamaan bidang ๐ dan bidang ๐.
Bentuk proyeksi garis ke bidang di atas dapat dibilang jika garis dan bidang sejajar. Selain bentuk tersebut terdapat bentuk lain yakni di antaranya:
a. Bentuk proyeksi jika garis dan bidang saling tegak lurus
Gambar 2. 23Proyeksi Jika Garis ๐ dan Bidang ๐ Saling Tegak Lurus
Gambar 2.23 di atas menunjukkan garis ๐ tegak lurus dengan bidang ๐ dan proyeksinya diwakili titik ๐ dan hasilnya juga berupa titik
bukan berupa garis. Kemungkinan proyeksi ini terjadi jika garis ๐ tegak lurus dengan setiap garis pada bidang ๐ (Krismanto, 2008:9).
b. Bentuk proyeksi jika garis dan bidang tidak saling tegak lurus dan sejajar
Gambar 2. 24Proyeksi Jika Garis ๐ dan Bidang ๐ Tidak Saling Tegak Lurus dan Tidak
Sejajar
Gambar 2.24 menunjukkan garis ๐ saling berpotongan dengan bidang ๐ dan proyeksinya diwakili titik ๐ด dan titik ๐ต dan hasilnya berupa titik ๐ด โ dan titik ๐ต โ yang apabila dihubungkan menjadi garis ๐ดโ๐ตโ . Kemungkinan ini terjadi jika terdapat garis ๐ tidak tegak lurus dengan bidang ๐, serta garis ๐ menembus bidang ๐ (Krismanto, 2008:8).
2.5 Teori Himpunan Fuzzy
Teori himpunan fuzzy diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi karakteristik sedemikian hingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan real pada interval [0,1]. Nilai keangotaannya menunjukkan bahwa suatu unsur dalam semesta pembicaraanya tidak hanya berada interval 0 atau 1, namun juga terletak di antaranya. Dengan kata lain, nilai kebenarannya suatu unsur tidak hanya bernilai benar atau salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar, dan masih ada nilai-nilai yang terletak antara benar dan salah (Kusumadewi dkk, 2002:17).
Teori himpunan fuzzy merupakan kerangka matematis yang digunakan untuk mempresentasikan ketidakpastian, ketidakjelasan (Kusumadewi dkk, 2006:2).
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qurโan, di mana pada manusia sering terjadi ketidak jelasan dalam hal kepercayaan, seperti dalam surat An-Nisaa ayat 142-143 yang berbunyi :
๏จ๏ข๏๏ฉ ๏ด๏ป๏ผ๏๏ฉ๏๏ฟ๏ป๏ต๏๏๏๏ธ๏น๏ค๏ฃ ๏ด๏ข๏ฑ๏ฃ๏ฃ๏๏๏ป๏ณ๏๏ค๏ ๏ฉ๏ก๏ค๏ฃ ๏ต๏ฑ๏จ๏ค๏ต๏ฒ ๏ถ๏๏๏ง๏ฃ๏ฃ๏๏๏ป๏น๏บ ๏ฃ๏ณ๏๏๏ฉ๏ต๏ฒ ๏จ๏ฃ๏พ๏ฑ๏ฃ๏๏ค๏ณ๏ฅ ๏๏ฎ๏ผ๏๏ฉ ๏๏ฏ๏ด๏ฑ๏ฎ๏ฝ๏ข๏๏น๏ค๏ฃ ๏จ๏ฃ๏ฑ๏ฃ๏๏ค๏ณ๏ฅ ๏ด๏๏ฎ๏ผ๏ค๏ผ๏ก๏ค๏ฎ ๏ด๏ข๏ฒ๏ข๏ค๏ก๏ฃ๏ด๏๏ฃ๏ ๏ฝ๏จ๏ค๏จ๏๏น๏ค๏ฃ ๏๏ท๏ต๏ฒ ๏๏ฃ๏ฒ๏ฃ๏๏ค๏ฎ๏ต๏๏ด๏ ๏ฉ๏ก๏ค๏ฃ ๏๏ท๏๏ฉ ๏๏ธ๏๏๏ฝ๏ณ๏ฅ ๏๏๏๏๏ ๏ด๏ป๏ผ๏๏ฏ๏ธ๏๏ถ๏ฏ๏ธ๏๏๏ ๏ด๏ป๏ท๏ผ๏ด๏ฏ ๏น๏ท๏๏น๏บ๏ณ๏ ๏๏ท ๏ด๏๏ฎ๏ผ๏๏ฉ ๏๏ค๏๏ท๏ ๏ณ๏ฏ๏ป๏น๏ค ๏๏ท๏ต๏ฒ ๏ด๏๏ฎ๏ผ๏๏ฉ ๏๏ค๏๏ท๏ ๏ณ๏ฏ๏ป๏น๏ค ๏ด ๏ ๏ด๏๏ต๏ฒ ๏๏๏๏ฝ๏ด๏๏ฃ๏ ๏ช๏ก๏ค๏ฃ ๏ ๏ฎ๏ฝ๏ณ๏น ๏น๏๏ ๏ง๏ฒ๏ ๏ผ๏ฃ๏ฆ๏ณ๏ก ๏๏ธ๏๏๏ถ๏น๏ ๏๏๏๏๏
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. mereka dalam Keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.
Akan tetapi karena orang munafik memiliki sifat-sifat khusus yang membuat beberapa orang menganggap munafik dan fasik itu berbeda. Sehingga dianggap perlu untuk memperlakukan munafik sebagai kategori yang berbeda yang sama tingkatannya dengan kafir dan iman dalam pembagian seluruh bidang akhlak islam menjadi 3 kategori utama: (1) Mukmin โorang yang percayaโ, (2) Kafir โorang yang tidak percayaโ, (3) Munafik โhipokritโ. Beberapa ahli filologi Arab menilai munafik sebagai salah satu jenis dari kafir, dan menyebutkan โkufr al- nifaq โ, yang secara harfiah โjenis munafik dari kafir โ. Akan tetapi terdapat pendapat tertentu di mana munafik muncul lebih diperlakukan secara tepat sebagai suatu kategori semantik independen yang terdapat diantara โpercayaโ dan
โtidak percayaโ. Jika diintegrasikan dalam teori fuzzy, maka orang munafik merupakan suatu anggota himpunan yang memiliki derajat keanggotaan pada interval [0, 1]. Di mana derajat keanggotaan 1 untuk orang yang beriman dan derajat keanggotaan 0 untuk orang yang kafir (Izutsu, 1993: 213).
2.5.1 Konsep Dasar Himpunan Fuzzy
Pada dasarnya konsep himpunan fuzzy merupakan perluasan dari konsep himpunan klasik. Pada teori himpunan tegas (Crisp), keberadaan suatu unsur pada suatu himpunan (A), hanya akan memiliki dua kemungkinan keanggotaan, yaitu menjadi anggota himpunan (A) atau tidak manjadi anggota (A). Suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu elemen (๐ฅ) dalam suatu himpunan (๐ด) , sering dikenal dengan nama derajat keanggotaan, dinotasikan dengan ๐๐ด(๐ฅ). Pada himpunan tegas, hanya ada dua nilai derajat keanggotaan, yaitu ๐๐ด(๐ฅ) = 1 untuk ๐ฅ adalah anggota himpunan (๐ด) dan ๐๐ด(๐ฅ) = 0 untuk ๐ฅ bukan anggota himpunan (๐ด) (Kusumadewi dkk, 2006:3).
Secara matematis suatu himpunan fuzzy ๐ด dalam semesta wacana ๐ dapat dinyatakan sebagai himpunan pasangan terurut
๐ด = ๐ฅ|๐๐ด ๐ฅ |๐ฅ โ ๐
di mana ๐๐ด adalah fungsi keanggotaan dari himpunan fuzzy ๐ด, yang merupakan suatu pemetaan dari himpunan semesta ๐ ke selang tertutup 0,1 . Apabila semesta ๐ adalah himpunan yang kontinu, maka himpunan fuzzy ๐ด dinyatakan dengan
๐ด = ๐ฅ|๐๐ด ๐ฅ ๐ฅโ๐
di mana lambang โซ di sini bukan lambang integral seperti yang dikenal dalam kalkulus, tetapi melambangkan keseluruhan unsur-unsur ๐ฅ โ ๐ bersama dengan derajat keanggotaannya dalam himpunan fuzzy ๐ด . Apabila semesta ๐ adalah himpunan yang diskrit, maka himpunan fuzzy ๐ด dinyatakan dengan
๐ด = ๐ฅ|๐๐ด ๐ฅ ๐ฅโ๐
Susilo, 2006: 51 .
lambang ฮฃ di sini tidak melambangkan operasi penjumlahan seperti yang dikenal dalam aritmatika, tetapi melambangkan keseluruhan unsur-unsur ๐ฅ โ ๐ bersama dengan derajat keanggotaannya dalam himpunan fuzzy ๐ด (Susilo, 2006:51).
Pada himpunan fuzzy nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1. Apabila ๐ฅ memiliki nilai keanggotaan fuzzy ๐๐ด ๐ฅ = 0 berarti ๐ฅ tidak menjadi anggota himpunan ๐ด, demikian pula apabila ๐ฅ memiliki nilai keanggotaan fuzzy ๐๐ด ๐ฅ = 1 berarti ๐ฅ menjadi anggota penuh pada himpunan ๐ด.
a. Jika derajat keanggotaan 1, maka elemen itu pasti anggota himpunan. b. Jika derajat keanggotaan 0 , maka elemen itu pasti bukan anggota
himpunan.
c. Jika derajat keanggotaan 0 โ 1 maka nilai itu menyatakan derajat kepercayaan bahwa elemen itu didalam anggota himpunan (Kusumadewi dan Purnomo, 2004:6).
2.5.2 Notasi-notasi Himpunan Fuzzy
Himpunan fuzzy mempunyai dua atribut yaitu Linguistik dan Numeris. Himpunan fuzzy linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: muda, parobaya, tua. Sedangkan numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan
ukuran dari suatu variable seperti: 40, 25, 50, dan sebagainya (Kusumadewi dan Purnomo, 2004:6).
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy, yaitu:
1. Variabel fuzzy
Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. Contoh: umur, temperature, permintaan, dan lain-lain.
2. Himpunan fuzzy
Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy.
Contoh :
a. Variabel umur terbagi menjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu: muda, parobaya, dan tua.
b. Variabel temperatur terbagi menjadi lima himpunan fuzzy, yaitu: dingin, sejuk, normal, hangat, dan panas.
3. Semesta pembicaraan
Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya. Contoh :
b. Semesta pembicaraan untuk variabel temperature: 0, 40 (Kusumadewi dan Purnomo, 2004:8).
4. Domain
Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif (Kusumadewi dan Purnomo, 2004:6-8). Contoh: a. Muda = 0, 45 b. Parobaya = 35, 55 c. Tua = [45, +โ] 2.5.3 Fungsi Keanggotaan
Setiap himpunan fuzzy dapat dinyatakan dengan suatu fungsi keanggotaan. Ada beberapa cara untuk menyatakan himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan. Untuk semesta hingga diskrit biasanya dipakai cara daftar, yaitu daftar anggota-anggota semesta bersama dengan derajat keanggota-anggotaannya. Seperti misalnya, dalam semesta X = {Rudi, Eny, Linda, Anton, Ika} yang terdiri dari para mahasiswa dengan indeks prestasi berturut-turut 3.2, 2.4, 3.6, 1.6, 2.8, himpunan
fuzzy ๐ด = โhimpunan mahasiswa yang pandaiโ dapat dinyatakan dengan cara daftar sebagai berikut (Susilo, 2006:55):
Untuk semesta tak hingga yang kontinu, cara yang paling sering digunakan adalah cara analitik untuk mempresentasikan fungsi keanggotaan himpunan fuzzy yang bersangkutan dalam bentuk suatu formula matematis yang dapat disajikan dalam bentuk grafik. Misalnya ๐ด adalah himpunan kabur โbilangan real yang dekat dengan 2โ. Maka ๐ด dapat disajikan dengan
๐ด = ๐ฅ|๐โ(๐ฅ โ2)2 ๐ฅ โ๐
Susilo, 2006: 55 .
2.5.4 Operasi Dasar Himpunan Fuzzy
Operasi-operasi dasar himpunan fuzzy menurut Kusumadewi dan Purnomo (2004:25-26):
1. Operasi โDanโ (Intersection)
Operasi ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan klasik. ๐ผ -predikat sebagai hasil operasi dengan operator โDanโ diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terkecil antar element pada himpunan-himpunan yang bersangkutan. Ditunjukkan sebagai ๐ด โฉ ๐ต adalah suatu fuzzy subset ๐ถ dari ๐ sehingga ๐ถ = ๐ด โฉ ๐ต dan derajat keanggotaannya:
๐๐ดโฉ๐ต = min ๐๐ด ๐ฅ , ๐๐ต ๐ฆ Contoh: ๐ = {1, 2, 3, โฆ , 10} ๐ด = {1|1, 2|0.8, 3|0.2, 4|0.1, 7|0,6} ๐ต = {1|0.1, 2|0.2, 3|0.7, 4|0,7 5|0.8} ๐ด๏๐ต = min ๐๐ด, ๐๐ต = {1|0.1,2|0.2,3|0.2, 4|0,1}
2. Operasi โAtauโ (Union)
Operasi ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan tegas. ๐ผ-predikat sebagai hasil operasi dengan operator โAtauโ diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar antar elemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan. Ditunjukkan sebagai ๐ด โช ๐ต adalah suatu fuzzy subset ๐ท dari ๐ sehingga ๐ท = ๐ด โช ๐ต dan derajat keanggotaannya:
๐๐ดโช๐ต = max ๐๐ด ๐ฅ , ๐๐ต ๐ฆ Contoh: ๐ = {1, 2, 3, โฆ , 10} ๐ด = {1|1, 2|0.8, 3|0.2, 4|0.1, 7|0,6} ๐ต = {1|0.1, 2|0.2, 3|0.7, 4|0,7 5|0.8} ๐ด โช ๐ต = max ๐๐ด, ๐๐ต = {1|1, 2|0.8, 3|0.7, 4|0.7, 5|0.8, 7|0.6} 3. Operasi โTidakโ (Complement)
Operasi ini berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan tegas. ๐ผ-predikat sebagai hasil operasi dengan operator โTidakโ diperoleh dengan mengurangkan nilai-nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dari 1. Ditunjukkan sebagai Aโ (a komplemen) dan derajat keanggotaannya:
๐๐ดโฒ = 1 โ ๐๐ด Contoh: ๐ = {1, 2, 3, โฆ , 10} ๐ด = {1|1, 2|0.8, 3|0.2, 4|0.1, 7|0,6} ๐ดโฒ = 1 โ ๐๐ด = {1|0, 2|0.2, 3|0.8, 4|0.9, 5|1, 6|1, 7|0.4, 8|1, 9|1, 10|1}
4. Operasi Relasi (Fuzzy Relation)
Relasi fuzzy ๐ antara elemen dalam himpunan ๐ dengan elemen-elemen dalam himpunan ๐ didefinisikan sebagai himpunan bagian fuzzy dalam ๐ ร ๐, yaitu himpunan fuzzy
๐ = ๐ฅ, ๐ฆ , ๐๐ ๐ฅ, ๐ฆ ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ ร ๐
Relasi fuzzy ๐ itu juga disebut relasi fuzzy pada himpunan (semesta) ๐ ร ๐. Jika ๐ = ๐, maka ๐ disebut relasi fuzzy pada himpunan ๐.
Relasi tegas hanya menyatakan adanya (yaitu (๐ฅ, ๐ฆ) โ ๐ ) atau tidak adanya (yaitu (๐ฅ, ๐ฆ) โ ๐ ) hubungan antara elemen-elemen dari suatu himpunan dengan elemen-elemen dari himpunan lainnya, sedangkan relasi fuzzy lebih luas dari itu juga menyatakan derajat eratnya hubungan tersebut. Dengan demikian relasi fuzzy memperluas konsep relasi tegas untuk dapat menangkap dan menyajikan realita dunia nyata dengan baik.
Contoh:
Misalnya X={31, 78, 205}, Y={1, 27, 119}, dan ๐ adalah relasi fuzzy โjauh lebih besarโ antara elemen-elemen dalam ๐ dengan elemen-elemen dalam ๐ . Maka relasi tersebut dapat disajikan sebagai
๐ = 31,1 |0.3 + 31,27 |0.1 + 31,119 |0.2 + 78,1 0.5 + 78,27 0.3 + 78,119 0.4 + 205,1 0.9 + 205,27 0.7 + 205,119 0.4
Jika ๐ adalah suatu relasi fuzzy pada semesta ๐ ร ๐, maka invers dari ๐ , yang dinyatakan dengan ๐ โ1, adalah relasi fuzzy pada semesta ๐ ร ๐ dengan fungsi keanggotaan
5. Operasi komposisi (Fuzzy Compotition)