Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan setelah program aplikasi selesai dibuat dan saran untuk proses pengembangan selanjutnya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Proyek
Proyek adalah suatu tugas yang perlu didefinisikan dan terarah ke suatu sasaran yang dituturkan secara konkrit serta harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan tenaga manusia terbatas dan dengan alat-alat terbatas pula, dan demikian rumit atau barunya, sehingga diperlukan suatu jenis pimpinan dan bentuk kerjasama yang berlainan dari pada yang biasa digunakan (Djojowirono, Soegeng. 2002).
Menurut Ervianto, WULFRAMI. 2002, tiap proyek memiliki tujuan khusus dan di dalam proses pencapaian tujuan tersebut ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besarnya biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan di atas disebut tiga kendala (triple konstrain).
2.2 Jaringan Kerja
Metode jaringan kerja diperkenalkan menjelang akhir dekade 1950-an, oleh suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerja sama dengan Rand Corporation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem kontrol manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah desain-engineering, konstruksi, dan pemeliharaan (Husen, A. 2009).
2.3 Critical Path Method (CPM)
Pada metode CPM dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek paling cepat. Jadi, jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Husen, A. 2009).
Metode CPM akan menjelaskan beberapa sistematika penyusunan jaringan kerja dan istilah - istilah, float, dan jalur kritis yang diperlukan di dalam perhitungan CPM nantinya. Jalur kritis sangat penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur /lintasan ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan pada proyek secara keseluruhan.
Dalam menyusun jaringan kerja dimulai dengan cara mengkaji serta mengidentifikasi lingkup proyek, lalu menguraikanya menjadi beberapa komponen. langkah kedua menyusun jaringan yang sesuai dengan logika ketergantungan yang dilanjutkan dengan memberikan perkiraan waktu
masing-masing kegiatan. Setelah itu mengidentifikasi jalur kitis waktu untuk penyelesaian proyek.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menggambar jaringan kerja adalah sebagai berikut:
1. Buat anak panah dengan garis penuh dai kiri ke kanan dan garis putus-putus untuk dummy. Dummy adalah kegiatan fiktif yang tidak memerlukan waktu kegiatan dan untuk menunjukan hubungan ketergantungan kegiatan C bisa dimulai bila kegiatan A, B selesai sedangkan kegiatan D dimulai setelah kegiatan B selesai.
2. Usahakan ada bagian untuk tempat keterangan kegiatan dan kurun waktu. 3. Hindari garis yang saling menyilang. Panjang anak panah tidak ada kaitannya
dengan lamanya kurun waktu.
4. Peristiwa atau kejadian dilukis sebagai lingkaran dengan nomor yang bersangkutan, jika mungkin ditulis didalamnya.
5. Nomor peristiwa disebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri.
Gambar 2. 2 Kegiatan Dummy
Setelah mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan, harus diketahui pula beberapa istilah yang dipakai dalam penyusunan jaringan kerja yaitu sebagai berikut:
1. EETi (Earliest Event Time) = ES (Earliest Start) = EST (Earliest Start Time), yaitu waktu mulai paling cepat dari event I atau waktu mulai paling awal suatu kegiatan.
2. LETi (Latest Event Time) = LS (Latest Start) = LST (Latest Start Time), yaitu waktu mulai paling lambat dari event I atau waktu mulai paling akhir suatu kegiatan.
3. EETj (Earliest Event Time) = EF (Earliest Finish) = EFT (Earliest Finish Time), yaitu waktu mulai paling cepat dari event j atuau waktu selesai paling awal suatu kegiatan.
4. LETj (Latest Event Time) = LF (Latest Finish) = LFT (Latest Finish Time), yaitu waktu mulai paling lambat dari event j atau waktu selesai paling akhir suatu kegiatan.
5. D (i-j), yaitu kurun waktu untuk melaksanakan kegiatan antara event I dan event j.
6. I dan j adalah Number Event.
Dalam metode CPM digunakan hitungan maju dan hitungan mundur. Hitungan maju dimaksudkan untuk mengetahui waktu paling awal untuk memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa penundaan waktu untuk itu diberikan beberapa rumus penyelesaian. Kecuali kegiatan awal, kegiatan baru dapat di mulai bila kegiatan yang mendahului telah selesai. Dimana:
EF : (Earliest Finish) waktu selesai paling awal ES : (Earliest Start) waktu mulai paling awal
D : kurun waktu kegiatan bersangkutan I : kegiatan awal atau sebelumnya J : kegiatan selanjutnya setelah i
Bila kegiatan memiliki dua atau lebih pendahulu yang bergabung, maka waktu mulai paling awal sama dengan waktu selesai paling awal yang terbesar kegiatan pendahulu. Sebagai contoh diberikan jaringan kerja dan alokasi waktu sebagai berikut:
Gambar 2.3 Dua Kegiatan atau Lebih Bergabung : Husen, A. 2009
Hitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu paling akhir untuk dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan dari hasil hitungan mundur. Beberapa rumus yang dipakai dalam hitungan mundur yaitu. Dimana
LS : (Latest Start) waktu mulai paling akhir suatu kegiatan. LF : (Latest Finish) waktu selesai paling akhir.
Bila kegiatan pecah menjadi dua kegiatan atau lebih maka waktu selesai paling akhir (LF) kegiatan sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
Gambar 2.4 Dua Kegiatan atau Lebih Memecah : Husen, A. 2009
2.4 System Development Life Cycle (SDLC)
Menurut Alan Dennis, (2013), dalam membangun sistem dengan menggunakan SDLC memiliki empat fase dasar yaitu perencanaan, analisis, desain, dan implementasi. Setiap fase itu sendiri terdiri atas serangkaian langkah dengan mengandalkan teknik sehingga menghasilkan produk.
Gambar 2.5 Bagan SDLC
a. Perencanaan
Fase perencanaan ini adalah proses dasar dalam memahami mengapa sistem informasi harus dibuat dan menjelaskan bagaimana tim proyek akan melakukannya.
b. Analisis
Fase analisis ini menjelaskan pertanyaan tentang siapa yang akan menggunakan sistem, apa yang akan dilakukan sistem, dimana dan kapan sistem tersebut digunakan. Di dalam fase ini tim proyek melakukan investigasi sistem saat ini, mengidentifikasi adanya perbaikan, dan mengembangkan konsep untuk sistem yang baru.
c. Desain
Fase desain ini menentukan bagaimana sistem akan beroperasi dengan perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang ada. Fase ini juga termasuk menentukan tampilan antarmuka, formulir, laporan yang akan digunakan, spesifikasi program, basis data, dan bahan-bahan yang dibutuhkan. d. Implementasi
Fase akhir di dalam SDLC adalah fase implementasi, dimana sistem ini sudah benar-benar dibangun. Ini adalah fase yang biasanya paling diperhatikan, karena ini adalah bagian yang terpanjang dan termahal di dalam proses pengembangan.
2.5 Pengertian Bagan Alir
Menurut Krismiaji (2010), Bagan alir merupakan teknik analitis yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.
Terdapat beberapa jenis bagan alir yang biasa digunakan, yaitu sebagai berikut:
a. Bagan Alir Sistem (System Flowchart)
Bagan alir sistem (system flowchart) merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Bagan alir sistem menunjukkan apa yang dikerjakan dalam sistem. Bagan alir sistem digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol yang telah ditentukan.
b. Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart)
Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut dengan bagan alir formulir (form flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya. Bagan alir dokumen ini menggunakan simbol-simbol yang sama dengan yang digunakan didalam bagan alir sistem.
Bagan alir skematik (schematic flowchart) merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem, yaitu menggambarkan prosedur dalam sistem. Perbedaannya adalah bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem, juga menggunakan gambar-gambar komputer dan peralatan lainnya yang digunakan. Maksud penggunaan gambar-gambar ini adalah untuk memudahkan dalam menjelaskan simbol-simbol bagan alir kepada orang yang masih awam.
d. Bagan Alir Program (Program Flowchart)
Bagan alir program (program flowchart) terdiri dari dua macam, yaitu bagan alir logika program (program logic flowchart) dan bagan alir program komputer terinci (detailed computer program flowchart). Bagan alir logika program digunakan untuk menggambarkan tiap-tiap langkah di dalam program komputer secara logika. Bagan alir logika program ini dipersiapkan oleh analis sistem. e. Bagan Alir Proses (Process Flowchart)
Bagan alir proses (process flowchart) merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik industri. Berguna bagi analis sistem untuk menggambarkan proses dalam suatu prosedur.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagan alir (flowchart) adalah suatu gambaran umum tentang sistem yang berjalan dan berfungsi sebagai alat bantu komunikasi serta untuk mendokumentasikan dan menyajikan kegiatan mulai dari manual, semi manual maupun komputerisasi.
2.6 Pengertian Data Flow Diagram
Menurut Hartono (2005), Data Flow Diagram (DFD) adalah diagram yang menggunakan notasi simbol untuk menggambarkan arus data sistem. Kita dapat menggunakan DFD untuk dua hal utama, yaitu untuk membuat dokumentasi dari sistem informasi yang ada, atau untuk menyusun dokumentasi untuk sistem informasi yang baru. Empat simbol yang digunakan yaitu:
Tabel 2.1 Simbol Data Flow Diagram
Simbol Keterangan
External Entity, merupakan kesatuan di lingkungan luars sistem yang bisa berupa orang, organisasi atau sistem lain.
Process, merupakan proses seperti perhitungan aritmatika penulisan suatu formula atau pembuatan laporan
Data Store (Simpan Data), dapat berupa suatu file atau database pada sistem komputer atau catatan manual
Data Flow (Arus Data), arus data ini mengalir di antara proses, simpan data dan kesatuan luar
Menurut Hartono (2005), ada beberapa simbol digunakan pada DFD untuk mewakili:
a. Kesatuan Luar (External Entity)
Kesatuan luar (external entity) merupakan kesatuan (entity) di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang berada pada lingkungan luarnya yang memberikan input atau menerima output dari sistem. b. Proses (Process)
Proses (process) menunjukan pada bagian yang mengubah input menjadi output, yaitu menunjukan bagaimana satu atau lebih input diubah menjadi beberapa output. Setiap proses mempunyai nama, nama dari proses ini menunjukan apa yang dikerjakan proses.
c. Simpanan Data (Data Store)
Data Store merupakan simpanan dari data yang dapat berupa suatu file atau database pada sistem komputer.
d. Arus Data (Data Flow)
Arus Data (Data Flow) di DFD diberi simbol suatu panah. Arus data ini mengalir di antara proses, simpan data dan kesatuan luar. Arus data ini menunjukan arus dari data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.
18
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Tahap analisis dan perancangan sistem merupakan tahap yang menjabarkan dalam perencanaan sistem yang digunakan untuk membuat aplikasi penjadwalan proyek pada PT. Bintang Timur Ngd, dengan menggunakan metode waterfall. Metode ini digunakan karena tahapan pengerjaannya dilakukan secara berurutan, mulai dari identifikasi masalah, menentukan kebutuhan informasi, analisis kebutuhan sistem, merancang sistem yang direkomendasikan, mengembangkan dan mendokumentasi perangkat lunak, serta menguji dan mempertahankan sistem.
Berikut merupakan urutan kerangka desain penelitian yang menggambarkan tahapan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.1 Analisis Sistem
Untuk mengetahui kebutuhan sistem, maka diperlukan untuk melakukan beberapa tahapan yaitu wawancara, observasi, studi literature, identifikasi masalah yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3.1.1 Wawancara
Wawancara merupakan interaksi atau percakapan yang telah dirancang untuk narasumber tertentu agar bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Responden yang menjadi narasumber adalah:
1. Manager Proyek merupakan orang yang berwenang terhadap semua proyek yang diterima oleh PT. Bintang Timur Ngd.
2. Bagian Administrasi, merupakan orang yang berwenang mengurusi atau mengolah bagian administrasi dan mengatur segala hal yang berhubungan dengan proyek yang diterima oleh PT. Bintang Timur Ngd.
3.1.2 Observasi
Observasi merupakan sebuah pengamatan yang dilakukan untuk meneliti situasi dan kondisi pada obyek yang telah ditentukan. Yang mana tempat observasi tersebut dilakukan pada bagian administrasi proyek, dan manager proyek. Dimana observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data sekaligus informasi yang berhubungan dengan alur penjadawalan proyek pada PT. Bintang Timur Ngd.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, didapatkan beberapa informasi sebagai berikut:
1. Di dalam proses bisnis perusahaan tersebut melibatkan tiga orang internal perusahaan, yakni dengan jabatan sebagai manajer, admin, dan konsultan. 2. Untuk jabatan konsultan merupakan pihak yang tidak terikat di dalam
perusahaan, maka dari itu konsultan dapat berbeda orang dan tidak harus berada di kantor.
3. Admin bertugas untuk menentukan memilih proyek klien dan mengolah data.
3.1.3 Studi Literatur
Untuk mendapatkan gambaran dalam sebuah penelitian seperti yang telah dikerjakan oleh orang lain dan cara mengerjakannya, maka dibutuhkan sebuah studi literatur. Hal ini berfungsi agar meminimalisir kesalahan dari yang pernah dilakukan oleh orang lain tersebut, selain itu juga bisa menghemat waktu serta tenaga dalam melakukan penelitian selanjutnya. Pencarian dan pembelajaran literatur terkait dengan penelitian yang dilaksanakan tidak hanya dalam bentuk buku saja, melainkan bisa dari jurnal ilmiah, artikel maupun skripsi ataupun lainnya yang bertemakan sama dengan penelitian.
Penelitian tentang Rancang Bangun Aplikasi Penjadwalan Proyek pada PT. Bintang Timur Ngd akan membutuhkan literatur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini:
1. Manajemen Proyek
2. Crithical Path Metode(CPM)
3. System Development Life Cycle (SDLC)
Dalam melakukan penelitian ini membutuhakn studi literatur lebih banyak dengan membaca, meminjam dan mengunjungi di perpustakaan untuk
mendapatkan literatur yang bertemakan sama dengan penelititan, dan semua literatur atau sumber buku yang tercatat dalam buku ini akan di simpan dalam bentuk daftar pustaka sebagai acuan melakukan penelitian ini.
3.1.4 Identifikasi masalah
Berlandaskan hasil dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan, maka selanjutnya dapat melakukan sebuah identifikasi masalah. Penjadwalan proyek merupakan sebuah kegiatan menjadwalkan sebuah proyek. Penjadwalan proyek pada PT. Bintang Timur Ngd, saat ini masih dilakukan secara manual tanpa menggunakan methode yaitu dengan menjadwalkan berdasarkan pengalaman. Dalam setiap penjadwalan PT. Bintang Timur kesulitan untuk mengawasi setiap aktivitas proyek karena dalam melakukan penjadwalan hanya berdasarkan pengalaman. Hal tersebut berdampak pada pelaksanaan proyek di lapangan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek lebih lama dari deadline waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada pada PT Bintang Timur
NGD penulis akan menggunakan metode Crithical Path Method(CPM).
Menurut(Soeharto, 1999).Crithical Path Metod(CPM)yaitujaluryangmemiliki rangkaian komponen-komponen kegiatandengantotaljumlah waktuterlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek paling cepat. Jadi, jalur kritis terdiridari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek.
3.2 Menentukan Kebutuhan Informasi
Aplikasi penjadwalan proyek pada penjadwalan proyek di PT. Bintang Timur Ngd membutuhkan data aktivitas, data proyek, data kegiatan. Berikut ini penjelasan mengenai kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh bagian project manager :
1. Data aktivitas
Data karyawan merupakan data yang berisi mengenai daftar aktivitas yang bersangkutan dengan proyek yang dimiliki PT. Bintang Timur Nangendi. 2. Data Kegiatan
Data kegiatan merupakan data yang berisi mengenai kegiatan pendahulu yang digunakan untuk membuat penjadwalan proyek dan untuk menyelesaikan.
3. Data Proyek
Data proyek merupakan data yang berisi mengenai proyek yang sudah disetujui dari pihak klien, digunakan untuk PT. Bintang Timur Ngd untuk membuat jadwal yang telah disetujui oleh pihak klien.
3.2.1 Spesifikasi Kebutuhan Pengguna
Spesifikasi kebutuhan pengguna atau analisis kebutuhan untuk pengguna merupakan suatu penjelasan tentang alur kebutuhan pengguna dalam menjalankan sistem yang nantinya akan dibuat aplikasi. Kebutuhan dari hasil analisis ini menghasilkan kebutuhan serta wewenang bagian yang nantinya akan menggunakan aplikasi.
Berdasarkan hasil analisis permasalahan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan penggunaan aplikasi serta wewenang dari setiap bagian perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
No Pengguna Kebutuhan Wewenang
1. Admin Mengelola Data Master 4. Input data Proyek 5. Cetak Laporan
Penjadwalan 2. Project
Manager
Mengelola data master 1. Input data Aktivitas 2. Input Aktivitas
Pendahulu 3. Project
Manager
Menyusun dan membuat Penjadwalan
Membuat penjadwalan dan laporan penjadwalan 4. Kordinator
Lapangan
Cetak Laporan Melihat Laporan
5. Manager Cetak Laporan Melihat Laporan
Gambar 3.1 Kebutuhan Pengguna 3.2.2 Spesifikasi Kebutuhan Sistem
Spesifikasi kebutuhan sistem atau analisis kebutuhan merupakan suatu pemenuhan kondisi di dalam suatu produk baru atau perubahan produk, yang mempertimbangkan berbagai kebutuhan antar pengguna. Kebutuhan dari hasil analisis ini harus dapat dilaksanakan, diukur, diuji, terkait dengan kebutuhan bisnis yang teridentifikasi, serta didefinisikan sampai tingkat detail yang memadai untuk desain sistem.
Berdasarkan hasil analisis permasalahan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan membutuhkan informasi berupa standar penjadwalan yang sesuai dengan metode Crithical Path Method (CPM).
3.3 Perancangan Sistem
Berdasarkan dari hasil analisis terhadap kebutuhan sistem yang telah dibuat, tahap berikutnya dari siklus pengembangan sistem adalah perancangan sistem. Pada tahap ini terdapat aktifitas pendefinisian kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun hingga implementasi dari sistem yang dibuat pada tahap ini juga akan dijelaskan tentang perancangan sistem yakni Blok Diagram, System Flow, Input-process-output (IPO), Context Diagram, Data Flow Diagram (DFD) yang merupakan aliran data pada sistem yang akan dibuat dan Entity Relationship Diagram (ERD) yang menggambarkan relasi antar tabel dalam basis data. Dalam ERD terdapat Conceptual Data Model (CDM) dan Physical Data Model (PDM) yang menggambarkan tabel-tabel basis data yang akan dibuat untuk menunjang penyimpanan data aplikasi.
3.3.1 Model Pengembangan Sistem
1. Pada tahap ini dilakukan proses maintenance kegiatan. Dimana tahap ini membutuhkan inputan data kegiatan, urutan proses dan akan menghasilkan output berupa diagram network.
2. Pada tahap ini dilakukan proses menghitung SPCj. Dimana pada tahap ini membutuhkan inputan diagram network, SPCi dan lama kegiatan yang akan menghasilkan outpu berupa SPCj.
3. Pada tahap ini dilakukan proses menghitung SPLj. Dimana pada tahap ini dibutuhkan inputan diagram network, SPLi dan lama kegiatan yang akan menghasilkan output SPLj.
4. Pada tahap ini dilakukan proses menentukan jalur kritis. Dimana pada tahap ini membutuhkan inputan diagram network, SPCj, SPLj yang akan menghasilkan output Laporan penjadwalan penyelesaian proyek
.
Gambar 3.2 IPO Diagram Penjadwalan Proyek Dengan Metode CPM 3.3.2 System Flow (Alur Sistem)
Setelah menentukan spesifikasi kebutuhan pengguna, spesifikasi kebutuhan sistem, dan model pengembangan sistem dalam pengembangan penjadwalan proyek dengan metode CPM, maka pada sub-bab ini akan dijelaskan
Input Proses output
Input Proses Output
Nama Kegiatan Urutan Proses SPCi SPLi Lama Kegiatan Maintanance Kegiatan Menghitung SPCj SPCj= Max ( SPCi+Li) Menghitung SPLj SPLj= Min ( SPLi+ Li)
SPCi+ Li = SPCj dan SPCi +Li = SPLj Diagram Network SPCj SPLj Laporan Penjadwalan Penyelesain Proyek Lama Kegiatan
tentang alur yang ada di dalam sistem sesuai dengan spesifikasi kebutuhan dan model pengembangan sistem yang telah dibuat sebelumnya.
Pada alir sistem ini (System Flow) terdapat data-data masukkan, proses-proses, serta output yang akan dihasilkan pada setiap fungsi. Proses-proses yang ada tersebut pada system flow ini akan dijelaskan secara lebih rinci dalam bentuk flowchart sehingga lebih mudah dipahami. Berikut ini merupakan gambar bagan tahapan dari alur sistem yang ada untuk mengetahui urutan jalannya setiap sistem ketika digunakan.
Berdasarkan Gambar 3.3 System Flow Penjadwalan Proyek Dengan Metode CPM. Alur sistem dimulai dengan pilih data proyek yang dilakukan oleh project manager yang sudah tersimpan pada tabel data proyek. Setelah menampilkan data proyek, project manager melakukan input data aktivitas dan menyimpan pada tabel data aktivitas. Selanjutnya project manager melakukan input aktivitas pendahulu dan menyimpan pada tabel aktivitas pendahulu. Langkah selanjutnya melakukan proses perhitungan CPM yang hasilnya digunakan untuk melakukan penjadwalan. Dalam proses perhitungan CPM memiliki langkah perhitungan sebagai berikut :
System Flow Penjadwalan Proyek System Project Manager Start End Laporan Penjadawalan Data Proyek Aktivitas Simpan Aktivitas Menghitung Penjadwalan CPM Result Jadwal Simpan Hasil jalur
kritis Jalur Kritis CPM Cetak Laporan Penjadwalan Data Aktivitas Tersimpan Pilih Data Proyek Input Aktivitas Input Aktv. Pendahulu Menampilkan Data proyek Tampil Data Proyek
1. Hitungan Maju (Forward Pass)
Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E). Aturan Hitungan Maju (Forward Pass)
Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.
EF= ES + t
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu. 2. Hitungan Mundur (Backward Pass)
Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).
Aturan Hitungan Mundur (Backward Pass)
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan.
LS = LF– t
Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil. Setelah melakukan perhitungan dengan 2 cara