• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan akan dijelaskan dari hasil evaluasi aplikasi, sedangkan saran menjelaskan tentang masukan terhadap aplikasi untuk pengembangan yang dapat digunakan SMA Negeri 12 Surabaya dalam waktu yang akan datang.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Aplikasi

Aplikasi merupakan program yang berisi perintah-perintah untuk melakukan pengolahan data. Hartono menambahkan aplikasi secara umum adalah suatu proses dari cara manual yang ditransformasikan ke komputer dengan membuat sistem atau program agar data dapat diolah lebih berdaya guna secara optimal (Hartono, 2005).

2.2 Perpustakaan

Perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual (Basuki, 2003).

Dalam pengertian buku dan terbitan lainnya termasuk di dalamnya semua bahan cetak, buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), lembaran musik, berbagai karya musik, berbagai karya media audiovisual seperti filem, slid (slide), kaset, piringan hitam, bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam (microopaque). Webster menyatakan bahwa perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskrip, dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan, atau kesenangan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya berbagai jenis perpustakaan. Beberapa faktor – faktor tersebut adalah:

1. Tanggapan terhadap berbagai jenis pustaka, misalnya buku, majalah, film, rekaman suara, dan sejenisnya.

2. Tanggapan terhadap keperluan informasi berbagai kelompok pembaca.

3. Tanggapan yang berlainan tentang spesialis subjek, termasuk ruang lingkup subjek serta rincian subjek yang bersangkutan.

Dari ketiga faktor tersebut maka perpustakaan dapat dikelompokkan berdasarkan bahan-bahan pustakanya. Bahan-bahan pustaka pada sebuah perpustakaan sekarang ini memang tidak hanya mengacu pada buku-buku. Dengan berkembangnya teknologi bahan-bahan pustaka dapat berupa digital dan tidak harus berbentuk fisik seperti buku.

2.3 Jenis Perpustakaan

Jenis perpustakaan sangat beragam, beberapa hal yang membedakan jenis perpustakaan tersebut adalah tujuan perpustakaannya, koleksi yang tersedia, masyarakat yang dilayani, dan badan atau pihak yang berwenang menyelenggarakan perpustakaan tersebut (Makdis, 2011).

Jenis-jenis perpustakaan menurut Sutarno (2006) adalah sebagai berikut: 1. Perpustakaan Nasional RI

Merupakan Perpustakaan Nasional yang berkedudukan di Ibu Kota Negara Indonesia yang mempunyai jangkauan dan ruang lingkup secara Nasional dan merupakan salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden.

2. Badan Perpustakaan Daerah

Badan perpustakaan daerah atau lembaga lain yang sejenis adalah yang berkedudukan di tiap provinsi di Indonesia yang mengelola perpustakaan.

3. Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat, maksudnya adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum.

4. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan yang berada di Perguruan Tinggi, baik berbentuk Universitas, Akademi, Sekolah Tinggi, ataupun Institut. Keberadaan, tugas dan fungsi perpustakaan tersebut adalah dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi pendidikan, penelitian/riset dan pengabdian kepada masyarakat.

5. Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah berada di sekolah, dikelola sekolah, dan berfungsi untuk sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian sederhana, menyediakan bahan bacaan, dan tempat rekreasi.

6. Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus berada pada lembaga-lembaga pemerintahan dan swasta. Perpustakaan tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan instansi induknya.

7. Perpustakaan Lembaga Keagamaan

Merupakan perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga-lembaga keagamaan, misalnya perpustakaan, masjid, gereja.

8. Perpustakaan Internasional

Perpustakaan Internasional Merupakan perpustakaan internasional yang memiliki koleksi yang menyangkut negara-negara anggota atau negara-negara yang berafiliasi kepada lembaga dunia tersebut. Perpustakaan ini dikelola dan diselenggarakan lembaga internasional.

9. Perpustakaan Kantor Perwakilan Negara-negara Asing

Merupakan perpustakaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh lembaga/kantor perwakilan Negara masing-masing. Contohnya perpustakaan lembaga kebudayaan Amerika dan pusat kebudayaan Jepang.

10. Perpustakaan Pribadi / Keluarga

Merupakan perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh perorangan atau orang-orang tertentu bersama anggota keluarganya.

11. Perpustakaan Digital

Perpustakaan digital bukan merupakan salah satu jenis perpustakaan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan pengembangan dalam sistem pengelolaan dan layanan perpustakaan.

2.4 Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah adalah sarana penunjang pendidikan di satu pihak sebagai pelestari ilmu pengetahuan, dan di lain pihak sebagai sumber bahan pendidikan yang akan diwariskan kepada generasi yang lebih muda. Secara nyata perpustakaan sekolah merupakan sarana untuk proses belajar dan mengajar bagi guru maupun bagi murid (Sinaga, 2007). Fungsi perpustakaan sekolah:

“The main Function of public library, school and other libraries is to provide reading facilities for education, recreation, and research”

Fungsi perpustakaan sekolah lebih ditekankan kepada fungsi edukatif dan fungsi rekreatif. Hal ini berdasarkan bahwa pemakai perpustakaan sekolah murid-murid TK sampai siswa sekolah menengah. Pada usia tersebut mereka diarahkan untuk bisa belajar sambil bermain atau learning by playing bagi murid-murid TK sampai Sekolah Dasar. Sedangkan untuk sekolah tingkat menengah atas sudah bisa melaksanakan campuran learning by doing dengan problem solving.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan fungsi lain dari perpustakaan sekolah menurut (Sinaga, 2007:25-27) :

1. Pusat Pendidikan

Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai “guru” atau sebagai pusat sumber belajar yang menyajikan berbagai kebutuhan para siswa dan pemustaka. Di perpustakaan sekolah harus tersedia berbagai bahan pelajaran yang dituntut keberadaannya oleh kurikulum, sehingga perpustakaan sekolah menyediakan koleksi baik buku-buku paket dari Departemen Pendidikan Nasional. Alat-alat peraga dan sarana-sarana lain yang diharapkan dapat menunjang efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Dengan demikian perpustakaan sekolah membantu dalam mengembangkan daya pikir para siswa secara rasional dan kritis serta mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan siswa akan sumber-sumber bahan belanja.

2. Pusat Rekreasi

Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sarana yang menyediakan pustaka yang mengandung unsur hiburan yang sehat dan bermanfaat. Siswa dapat mengisi waktu senggang sekaligus bisa melakukan rekreasi dengan membaca bahan-bahan pustaka yang diminatinya. Dengan tersedianya bahan bacaan

yang bersifat rekreasi tersebut, diharapkan akan timbul ide-ide baru yang sangat bermanfaat bagi pengembangan daya kreasi pemustaka.

3. Pusat Penelitian

Koleksi perpustakaan dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana. Segala jenis informasi tentang pendidikan tingkat sekolah yang bersangkutan sebaiknya disimpan di perpustakaan, sehingga jika ada peneliti yang ingin mengetahui tentang informasi tertentu tinggal membaca di perpustakaan.

4. Pusat Informatif

Fungsi ini berkaitan dengan mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang bersifat memberi tahu akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para guru dan siswa. Melalui membaca berbagai media bahan bacaan yang disediakan oleh perpustakaan sekolah sehingga para guru dan siswa akan banyak tahu tentang segala hal yang terjadi di dunia.

2.5 Standar Pengkodean

Pengelompokan buku pada perpustakaan bisa dilakukan berdasarkan Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification (DDC)). DDC merupakan sebuah sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey pada tahun 1876, dan kini telah mengalami banyak modifikasi dan perkembangan sebanyak dua puluh dua kali revisi yang telah terjadi hingga tahun 2004.

Klasifikasi DDC dilakukan berdasarkan subjek, kecuali pada karya umum dan fiksi. Bentuk kodenya lebih dari tiga digit, setelah tiga digit pertama akan

dilanjutkan dengan titik dan angka berikutnya. Berikut sepuluh kelas utama berdasarkan klasifikasi DDC edisi 23 versi 3.3.

a. 000 : Komputer, informasi dan referensi umum b. 100 : Filsafat dan psikologi

c. 200 : Agama d. 300 : Ilmu sosial e. 400 : Bahasa

f. 500 : Sains dan matematika g. 600 : Teknologi

h. 700 : Kesenian dan rekreasi i. 800 : Sastra

j. 900 : Sejarah dan geografi 2.6 Katalog

Perpustakaan membutuhkan sebuah katalog untuk membantu menunjukkan informasi yang ada pada koleksi buku tersebut. Katalog dapat membantu pengguna menemukan bahan pustaka yang tersedia dan mengetahui letak koleksi yang diinginkan pada perpustakaan. Dengan begitu, maka katalog merupakan suatu sarana dalam menemubalikkan bahan pustaka yang ada pada koleksi perpustakaan. Berikut adalah beberapa definisi katalog menurut ilmu perpustakaan.

a. Katalog merupakan daftar jenis koleksi yang disusun berdasarkan sistem tertentu (Fathmi dan Adriati, 2004).

b. Katalog merupakan daftar koleksi pustakawan dalam suatu perpustakaan (Basuki, 2003).

c. Katalog merupakan daftar bahan pustaka yang telah disusun dengan cara tertentu pada suatu perpustakaan (Septiyantono, 2003).

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa katalog merupakan daftar koleksi yang ada di perpustakaan yang disusun secara sistematis, sehingga dapat memudahkan pengguna untuk mengetahui koleksi apa saja yang tersedia dan letak koleksi tersebut disimpan dalam perpustakaan. Menurut Syaihabuddin (2007), katalog memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Mencatat suatu karya seseorang dengan tajuk yang sama.

b. Menyusun pengarang dengan tepat sehingga semua karyanya dapat disusun pada tajuk yang sama.

c. Mencatat semua judul koleksi yang dimiliki perpustakaan.

d. Menunjukkan rujukan silang (cross reference) dari beberapa nama yang sama yang digunakan sebagai tajuk.

e. Memberikan petunjuk mengenai lokasi penyimpanan koleksi bahan pustaka yang telah disusun dalam perpustakaan.

f. Memberikan uraian informasi mengenai setiap karya yang ada pada perpustakaan sehingga memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi lengkap tentang karya tersebut.

Katalog perpustakaan memiliki suatu daftar yang berisikan informasi bibliografis atau daftar kepustakaan dari koleksi yang ada seperti judul buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan karangan yang tengah dikerjakan.

Katalog perpustakaan adalah suatu daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya (Gates, 1989).

Pendapat lain menyatakan, isi katalog perpustakaan adalah cantuman bibliografis yang mempresentasikan kumpulan dari suatu koleksi. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan seperti buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi musik, dan sebagainya (Taylor, 1992).

2.7 Sirkulasi

Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan pada perpustakaan yaitu peminjaman buku. Kegiatan peminjaman buku ini biasa dikenal sebagai sirkulasi. Bagian ini, terutama pada meja sirkulasi yang seringkali dianggap sebagai pusat jasa perpustakaan karena pada bagian tersebut yang sering digunakan untuk berhubungan dengan pengguna, untuk itu kinerja petugas sirkulasi dapat berpengaruh pada citra perpustakaan (Basuki, 2003).

Menurut Purwono (2001), sirkulasi memiliki berbagai macam kegiatan yaitu:

a. Pengawasan pada pintu masuk dan pintu keluar perpustakaan.

b. Pendaftaran, perpanjangan dan pengunduran diri dari anggota perpustakaan. c. Mengurusi keterlambatan pengembalian koleksi peminjaman.

d. Mengeluarkan peringatan pada peminjam bagi koleksi yang belum dikembalikan tepat waktu.

e. Berkaitan dengan peminjaman buku, terutama buku hilang atau rusak. f. Bertanggung jawab pada segala berkas peminjaman.

g. Pembuatan statistik.

h. Peminjaman antar perpustakaan.

i. Mengawasi urusan penitipan seperti tas, jaket dan lain-lain milik pengunjung perpustakaan.

Menurut Soenarya (1997), pelayanan sirkulasi yang baik adalah pelayanan yang tepat, cepat dan memuaskan pengguna perpustakaan. Kegiatan sirkulasi tersebut meliputi.

a. Peminjaman

Koleksi yang boleh dipinjam berupa buku teks, buku bacaan, surat kabar lama, majalah lama dan sebagainya. Koleksi sumber seperti majalah baru, surat kabar bar dan koleksi lainnya yang langka misalnya referensi hanya boleh dibaca di dalam perpustakaan.

b. Pengembalian

Buku yang telah habis masa peminjamannya, maka harus segera dikembalikan pada perpustakaan sebelum dikenakan sanksi. Tapi apabila masih ingin meminjamnya, maka bisa dilakukan perpanjangan peminjaman.

c. Perpanjangan peminjaman

Bagi peminjam bisa melakukan perpanjangan peminjaman apabila buku yang dipinjam tidak ada yang akan meminjam lagi. Lama perpanjangan peminjaman dilakukan sesuai ketentuan yang telah dilakukan oleh perpustakaan.

d. Pemberian sanksi

Sanksi diberikan kepada pengguna perpustakaan yang melanggar peraturan peminjaman koleksi buku. Pemberian sanksi tersebut, diharapkan kedisiplinan tetap dapat dijaga dengan baik dan memiliki rasa bertanggung jawab.

e. Penagihan

Terkadang peminjam tidak mengembalikan koleksi buku yang dipinjamnya dengan tepat waktu, untuk itu perlu dilakukan penagihan agar buku yang dipinjam segera dikembalikan sekaligus bersifat mengingatkan.

f. Statistik

Statistik berguna sebagai informasi kuantitatif yang berkaitan dengan jumlah tambahan buku pertahun, jumlah pengunjung dan lain-lain. Statistik tersebut digunakan pustakawan untuk keperluan menyusun laporan tahunan, menyusun rencana dan mengukur kinerja perpustakaan.

g. Inventarisasi

Inventarisasi yang dimaksud adalah pencatatan setiap eksemplar koleksi buku, dalam buku yang bersangkutan diberi stempel inventaris pada bagian halaman judul dan memberi stempel milik perpustakaan.

2.8 System Development Life Cycle (SDLC)

System development life cycle (SDLC) adalah suatu proses secara keseluruhan untuk membentuk sistem informasi melalui tahapan-tahapan. SDLC memiliki beberapa model, namun yang sering digunakan oleh analys system dan programmer adalah model waterfall. Model waterfall dilakukan langkah per langkah seperti air terjun yang mengalir dan tiap-tiap tahap harus diselesaikan agar tujuan dari aplikasi yang akan dibangun sesuai dengan yang diharapkan (Pressman, 2012).

Gambar 2.1 System Development Life Cycle model Waterfall a. Analysis

Analisa merupakan sebuah tahapan dimana dilakukan analisa atau melihat proses bisnis perusahaan pada saat ini. Tujuan tahap analisa adalah untuk mendapatkan tata cara penggunaan dan cara kerja sistem. Output yang dihasilkan pada tahap ini adalah tata cara bagaimana membangun sebuah sistem informasi yang baru.

b. Design

Tahap desain merupakan tahapan untuk merancang desain database, user interface, dan report dari proyek sistem informasi yang akan dibangun. Tahap ini merupakan tahap yang penting bagi pembuatan proyek sistem informasi. Hal ini dikarenakan output yang dihasilkan pada tahap ini menentukan berjalan atau tidaknya sistem yang akan dibuat.

c. Code & Testing

Tahap code merupakan tahap dimana aplikasi diberikan bahasa yang bisa dibaca oleh komputer agar aplikasi yang dibuat bisa dijalankan sesuai dengan yang diharapkan.

Analysis

Design

Code & Testing

Implementation

Tahap testing adalah tahapan yang bertujuan untuk menganalisa serta mengidentifikasi kesesuaian sistem yang telah dibangun dengan kebutuhan proses bisnis. Disamping itu testing berfungsi untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibangun dapat digunakan atau tidak.

d. Implementation

Implementasi merupakan tahapan untuk menerapkan sistem yang telah dibangun guna menggantikan proses bisnis yang ada saat ini. Pada tahap ini user juga akan diberikan pelatihan guna menjalankan sistem yang baru. e. Maintenance

Tahap pemeliharaan merupakan tahapan dimana akan dilakukan perbaikan serta memanajemen kembali sistem informasi yang telah diterapkan yang bertujuan guna pengembangan sistem. Tahap pemeliharaan juga bertujuan untuk menjaga kinerja sistem yang telah diterapkan agar dapat berjalan sesuai dengan optimal.

2.9 Microsoft Visual Basic

Visual Basic adalah bahasa pemrograman tingkat tinggi yang sudah sangat terkenal, dimulai dengan BASIC yang terdapat pada komputer “angkatan tua” seperti AT286 (Wahana Komputer, 2009).

Pada saat itu bahasa BASIC merupakan bahasa yang sangat diandalkan dalam pembuatan beberapa aplikasi penting. BASIC digemari karena susunan programnya yang membebaskan kita untuk “melompat” dari satu baris ke baris yang lainnya. Versi BASIC lainnya adalah BASICA, Qbasic, Turbi Basic dan lain-lain. Bahasa BASIC banyak terdapat di masa penggunaan sistem operasi DOS.

2.10 SQL Server

Microsoft SQL Server adalah perangkat lunak relational database management system (RDBMS) yang didesain untuk melakukan proses manipulasi database berukuran besar dengan berbagai fasilitas. Microsoft SQL Server merupakan produk andalan Microsoft untuk database server. Kemampuannya dalam manajemen data dan kemudahan dalam pengoperasiannya membuat RDBMS ini menjadi pilihan para database administrator (Nugroho dan Indriyana, 2007).

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dijelaskan tahapan-tahapan dalam merancang bangun aplikasi perpustakaan pada SMA Negeri 12 Surabaya. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) yang digunakan, terdapat dua tahapan yang akan dibahas pada bab ini yaitu tahap analisis dan desain, sedangkan untuk tahap testing dan implementasi akan dibahas pada bab keempat.

Gambar 3.1 Tahapan Pembuatan Aplikasi

Pada tahapan ini menjelaskan tentang alur dalam pembuatan aplikasi perpustakaan pada SMA Negeri 12 Surabaya. Tahapan-tahapan ini dilakukan secara urut dengan tujuan untuk mendapatkan aplikasi yang berkualitas dan sesuai dengan proses bisnis perusahaan.

Tahap analisis dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan aplikasi yang akan dibuat. Tahap desain untuk mempermudah pengguna dalam

Analysis

Design

Code & Testing

Implementationn

Maintenance

menjalankan aplikasi, coding digunakan sebagai pengisi program agar aplikasi bisa dijalankan dan testing bertujuan untuk mengetes aplikasi dan menemukan kesalahan dalam pembuatan aplikasi perpustakaan.

Tahap implementasi merupakan langkah yang dilakukan ketika aplikasi sudah berhasil melewati tahap coding dan testing. Aplikasi yang sudah dibuat akan diterapkan ke perusahaan sebagai pengganti proses bisnis yang lama. Tahap maintenance merupakan tahapan untuk melakukan perbaikan aplikasi ketika mengalami gangguan dan kerusakan.

3.2 Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan tahap dalam perancangan sistem berdasarkan hasil wawancara atau observasi. Tahap ini bertujuan untuk menganalisis sistem lama atau yang masih menggunakan cara manual sehingga dapat diajukan suatu usulan untuk memperbaiki sistem lama menjadi sistem baru.

3.2.1 Identifikasi Masalah

Sebelum merancang aplikasi perpustakaan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 12 Surabaya agar aplikasi yang akan dibangun nantinya mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

SMA Negeri 12 Surabaya merupakan lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk membentuk pengetahuan siswa tentang ilmu pengetahuan. Dalam pelaksanaannya, pendidikan di sekolah ini diberikan kepada siswa dengan mata pelajaran yang harus dikuasainya seperti agama, matematika, bahasa Indonesia, dan lain-lain. Selain dapat materi dari pengajar di kelas, para siswa juga dapat menambah wawasannya dengan membaca buku-buku di perpustakaan.

Perpustakaan SMA Negeri 12 Surabaya memiliki 4500 koleksi buku, rata-rata kunjungan siswa 100/hari dengan transaksi peminjaman 50 buku setiap bulannya namun hanya ditangani oleh satu petugas perpustakaan.

Pada saat ini, perpustakaan di SMA Negeri 12 Surabaya masih mengalami beberapa masalah. Siswa mencari buku yang ingin dipinjam di rak buku secara manual, setelah buku ditemukan siswa membawa buku tersebut ke petugas perpustakaan untuk pencatatan peminjaman ke dalam buku besar. Hal ini membutuhkan waktu yang lumayan lama mulai dari pencarian buku sampai ke proses pencatatan peminjaman ke dalam buku besar. Misalnya proses pencatatan peminjaman ke dalam buku besar memerlukan waktu 5 menit, jika ada 12 siswa yang meminjam buku saat itu juga maka 1 jam sudah terbuang sia-sia hanya untuk pencatatan peminjaman buku perpustakaan ke dalam buku besar.

Selain itu, koleksi perpustakaan sekolah setiap tahunnya selalu bertambah rata-rata 180 buku sehingga proses pencarian buku akan semakin sulit karena pada perpustakaan tersebut hanya memiliki satu petugas dan beban petugas tersebut akan bertambah dalam mengelola kegiatan perpustakaan.

Akurasi pencatatan sirkulasi juga masih sering mengalami kesalahan, kadang ada buku yang hilang dan hilangnya buku tersebut sulit untuk dipantau oleh petugas perpustakaan karena masih mencari data peminjam di buku besar. Petugas perpustakaan juga masih kesulitan dalam mengetahui tingkat kunjungan setiap harinya karena masih tidak adanya absensi kunjungan sehingga sulit dalam menentukan siswa mana yang aktif dalam melakukan kunjungan perpustakaan. Berikut merupakan workfflow proses bisnis perpustakaan SMA Negeri 12 Surabaya

pada saat ini yang terdiri dari workflow (aliran kerja) transaksi peminjaman dan pengembalian buku perpustakaan.

A. Workflow Peminjaman Buku Perpustakaan

Gambar 3.2 Workflow Peminjaman Buku Perpustakaan

Gambar 3.2 menjelaskan tentang proses bisnis peminjaman buku saat ini yang ada pada SMA Negeri 12 Surabaya. Dimulai dari peminjam menyerahkan buku kepada petugas perpustakaan untuk dicatat ke dalam buku transaksi peminjaman perpustakaan.

Setelah proses pencatatan data peminjam, petugas mengisikan tanggal pengembalian buku pada sampul belakang buku yang akan dipinjam oleh

peminjam. Petugas akan menyerahkan kembali buku kepada peminjam dan proses peminjaman buku perpustakaan selesai.

B. Workflow Pengembalian Buku Perpustakaan

Gambar 3.3 Workflow Pengembalian Buku Perpustakaan

Gambar 3.3 menjelaskan tentang proses bisnis pengembalian buku saat ini yang ada pada SMA Negeri 12 Surabaya. Dimulai dari peminjam menyerahkan buku, petugas akan mengecek data peminjam pada buku transaksi peminjaman apakah terlambat mengembalikan buku atau tidak.

Jika tidak terlambat, petugas akan mencatat data pengembalian pada buku transaksi pengembalian perpustakaan. Apabila terlambat, petugas akan menghitung denda dan mengonfirmasikan total denda yang harus dibayar ke peminjam.

Setelah proses pembayaran dilakukan, petugas perpustakaan akan mencatat data pengembalian pada buku transaksi pengembalian perpustakaan.

3.2.2 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui setiap kebutuhan yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan aplikasi perpustakaan pada SMA Negeri 12 Surabaya. Pada tahap analisis kebutuhan ini dibagi menjadi tiga yaitu kebutuhan pengguna, data, dan kebutuhan aplikasi. A. Kebutuhan Pengguna

Kebutuhan pengguna (user requirement) merupakan kebutuhan yang akan digunakan oleh petugas perpustakaan dalam menjalankan aplikasi dengan tujuan agar aplikasi bisa berjalan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

1. Pencatatan Kategori

Merupakan kebutuhan pengguna dalam melakukan pencatatan data kategori buku, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Kebutuhan Pengguna Kategori

Fungsi Mencatat setiap adanya kategori buku baru ke dalam aplikasi Aktor Petugas Perpustakaan

Input Data kategori buku

Proses 1. Mengecek data kategori apakah sudah terisi semua atau belum 2. Menyimpan data kategori buku ke dalam database

Dokumen terkait