Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari perancangan dan pembuatan tugas akhir ini terkait dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan sistem dimasa mendatang.
STIKOM
5
2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Menurut Herlambang (2005:21), Data adalah fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang dapat berupa angka-angka atau kode-kode tertentu. Data masih belum mempunyai arti bagi penggunanya. Untuk dapat mempunyai arti data diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh penggunanya. Hasil pengolahan data inilah yang disebut sebagai informasi. Secara ringkas, Informasi adalah data yang telah diolah dan mempunyai arti bagi penggunanya. Sehingga sistem informasi dapat didefinisikan sebagai prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah data sehingga dapat digunakan oleh penggunanya.
2.2 Analisis Dan Perancangan Sistem
Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.
Analisis sistem merupakan tahap yang paling penting dari suatu pemrograman karena merupakan tahap awal untuk mengevaluasi permasalahan yang terjadi serta kendala yang dihadapi. Analisis yang efektif akan memudahkan pekerjaan penyusunan rencana yang baik di tahap berikutnya. Di dalam tahap
STIKOM
6
analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem, yaitu:
1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah.
2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. 3. Analyze, yaitu menganalisis sistem.
4. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis.
Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi masalah serta diperlukan adanya analisis yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang kiranya menjadi permasalahan dalam sistem yang telah ada atau digunakan. Data-data yang ada baik yang berasal dari sumber-sumber internal seperti laporan-laporan, dokumen, observasi maupun dari sumber-sumber eksternal seperti pemakai sistem, dikumpulkan sebagai bahan pertimbangan analisis. Jika semua permasalahan telah diidentifikasi, dilanjutkan dengan mempelajari dan memahami alur kerja dari sistem yang digunakan. Langkah berikutnya adalah menganalisis dan membandingkan sistem yang akan terbentuk dengan sistem sebelumnya kemudian dibuat laporan.
(Dikutip dari Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam Hartono (1999:11))
2.3 Perusahaan Industri
Menurut pendapat Swastha dan Sukotjo (2002:12) definisi atau pengertian perusahaan adalah adalah suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
STIKOM
jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Jadi dapat kita simpulkan perusahaan industri adalah suatu badan usaha yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan pengolahan bahan mentah, bahan setengah jadi ataupun barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi nilai penggunaanya.
2.4 Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (1993:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi biaya tersebut maka ada 4 unsur pokok dalam biaya yaitu :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Biaya diukur dengan satuan mata uang
3. Yang telah terjadi ataupun yang akan terjadi 4. Pengorbanan untuk tujuan tertentu
Biaya produksi atau dikenal sebagai harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik (factory overhead cost). Tujuan dari dihitungnya harga pokok
produksi adalah mengevaluasi kembali harga jual yang telah ditentukan.
Biaya-biaya yang terjadi pada bagian pemasaran, administrasi dan bagian umum tidak digolongkan sebagai biaya produksi. Karena itu, biaya-biaya tersebut tidak masuk ke dalam biaya overhead pabrik. Proses produksi sederhana dan
STIKOM
8
mendasar adalah proses penggabungan antara biaya bahan baku, biaya tenaga kerja tak langsung dan overhead. Secara sederhana dapat digambarkan dengan rumus :
HPP = BBB + BTKL + BOP Keterangan :
HPP : harga pokok produksi BBB : biaya bahan baku
BTKL : biaya tenaga kerja langsung BOP : biaya overhead pabrik
2.4.1 Biaya Bahan Baku
Menurut Lesmono (1998:2) biaya bahan baku adalah biaya yang timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam proses membuat barang.
2.4.2 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak langsung.
Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak
langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir biaya.
Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya overhead tetap dan biaya
overhead variabel. Biaya overhead tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap
STIKOM
untuk tingkat volume kegiatan tertentu, biaya overhead variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Mulyadi (1993:210) untuk dapat dilakukan penentuan tarif overhead perlu dilakukan tiga tahap :
1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Yang harus diperhatikan disini adalah kapasitas yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik : kapasitas praktis , kapasitas normal (kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya jangka panjang) dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (kapasitas sesungguh yang diperkirakan akan dicapai dalam tahun mendatang ). Penentuan kapasitas praktis dan kapasitas normal dapat lebih dulu menentukan kapasitas teoritis, yaitu volume produksi maksimun yang dapat dihasilkan oleh pabrik. 2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah : harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi dan harus diperhitunkan sifat-sifat overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat-sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, diantaranya : satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin.
3) Menghitung tarif biaya overhead
Berikut diberikan rumus untuk setiap dasar perhitungan biaya overhead :
STIKOM
10
Satuan produk
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Jam tenaga kerja langsung
Jam mesin
2.4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Lesmono (1998:2) biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang timbul karena pemakaian tenaga kerja yang digunakan dalam mengolah bahan menjadi produk jadi.
Taksiran biaya overhead
______________________________ = Tarif BOP Persatuan
Taksiran Jumlah yang dihasilkan
Taksiran biaya overhead
__________________________________ x100% = Persen overhead dari BB
Taksiran biaya bahan baku yang dipakai
Taksiran biaya overhead
_____________________________ x 100% = persen overhead dari TNKL Taksiran biaya tenaga kerja langsung
Taksiran biaya overhead
___________________________ = tarif overhead perjam TNKL
Taksiran jam kerja langsung
Taksiran biaya overhead
___________________________ = tarif overhead perjam kerja mesin
Taksiran jam kerja mesin
STIKOM
2.5 Variable Costing
Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya
memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Variable costing beranggapan bahwa biaya overhead pabrik tetap tadi
tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya overhead tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode). Supyono (1992:32) biaya variabel memiliki karakteristik :
a) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi kegiatan semakin tinggi tinggi jumlah total biaya variable dan sebaliknya.
b) Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.
2.6 Job Order Costing
Produksi atau pembuatan pesanan spesifik dikenal dengan job order
system. Supyono (1992:36) dalam buku Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya
dan Penentuan HPP, memberikan definisi sebagai berikut :
“Metode Harga Pokok Pesanan adalah Metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pemesanan atau kontrak jasa
secara terpisah, dan setiap kontrak pesanan dapat dipisahkan identitasnya”
Dalam kalkulasi biaya job order , setiap job adalah suatu satuan akuntansi yang dibebankan biaya upah, bahan, dan overhead dengan menggunakan nomer
STIKOM
12
order, biaya yang digunakan untuk setiap pesanan pelanggan tertentu dicatat
dalam suatu kartu biaya Job Order (Job Order Cost Sheet).
Mulyadi (1993:24) dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, mengemukakan syarat-syarat penggunaan metode
job order costing sebagai berikut :
1. Bahwa masing-masing pesanan pekerjaan atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual.
2. Bahwa biaya produksi harus dipisahkan kedalam dua golongan yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, sedangkan biaya produksi tidak langsung terdiri dari biaya – biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya kerja langsung.
3. Bahwa biaya bahan baku dan biaya kerja langsung dibebankan atau diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan bersangkutan, sedangkan biaya produksi tidak langsung (overhead) dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan dimuka (predetermined rate).
4. Bahwa harga pokok tiap-tiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai. Bahwa harga pokok persatuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan bersangkutan
STIKOM
2.6.1 Karakteristik Job Order Costing Method
Menurut Mulyadi (1993:41) pengumpulan biaya produksi dengan metode
job order costing yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.
2. Biaya pokok produksi harus digolongkan berdasarkan hubungan dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah
overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya sesungguhnya ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif unit yang ditentukan dimuka.
Harga pokok produksi perunit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pemesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
2.6.2 Manfaat Job Order Costing Method
Dalam perusahaan yang produksinya berdasar pesanan, Mulyadi (1993:41) dalam bukunya akuntansi biaya menyatakan bahwa informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :
STIKOM
14
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. 3. Memantau realisasi biaya produksi.
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan
5. Menentukan harga pokok persedian produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Jadi, dalam penentuan perhitungan harga pokok secara pesanan perusahaan perlu memperhatikan penggunaan sumber daya untuk masing-masing pesanan
2.6.3 Keuntungan Job Order Costing Method
Menurut Mulyadi (1993:48), Job Order Costing Method akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Memberikan struktur yang lengkap dalam hal ini terbatas, terbatas pada direct
cost yaitu direct material dan direct labour
2. Tepat, lengkap, historis sederhana dan mampu diperbandingkan.
Ketepatan dihasilkan karena direct cost diidentifikasikan pada masing-masing
order, kelengkapan dihasilkan dari semua biaya-biaya, dibebankan kepada cost of sales job order cost memberikan catatan historis dengan
mengkalkulasikan semua biaya-biaya yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan spesifik sederhana dihasilkan dari kenyataan, bahwa pencatatan direct
material dan direct labour hours adalah dengan mengikuti sistem pelaporan
yang telah ada yaitu planning production dan scheduling purposes. Sistem ini juga menyediakan dasar untuk membandingkan suatu job cost dengan yang lain atau dengan cost estimate.
STIKOM
3. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan mengevaluasi prestasi historis dari bagian-bagian operasi, product lines, departemen fungsional dan staf manajemen dalam organisasi.
4. Kemampuan untuk mengendalikan operasi berjalan dengan mendeteksi dan menganalisa penyimpangan-penyimpangan atas kecendrungan historis dalam pola biaya.
5. Penambahan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dimasa yang akan datang dalam organisasi.
Sedangkan kerugian dari job order costing method adalah timbulnya pemborosan yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan atau kelompok pesanan dibebankan dalam job cost-nya , pemborosan ini tidak dipisahkan sehingga tidak memungkinkan suatu perbandingan dengan biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Dengan kata lain biaya-biaya tidak dapat dipisahkan dengan suatu produk atau kelompok lain.
Metode akumulasi job order biasanya paralel dengan metode yang digunakan, yaitu proses produksi pesanan diurutkan menurut lay out pabrik oleh perencana produksi. Data biaya yang harus dilaporkan meliputi direct material dan direct labor (bahan langusng dan tenaga kerja langsung). Hal yang dilakukan pertama kali adalah membuat job order. Number atau pesanan dilakukan oleh perencana produksi sebagai perintah-perintah produski. Produksi dimulai dengan : 1. Diterima order
2. Dikeluarkan perintah produksi
Setelah perusahaan menerima order dari pemesan yang berisi jenis produk dengan spesifikasi yang dikehendaki pemesan, maka kemudian dibuat
STIKOM
16
perintah produksi untuk membuat produk sesuai dengan apa yang dikehendaki pemesan.
Order produksi diberi nomer identitas untuk mempermudah identifikasi
biaya-biaya produksi yang terjadi dalam hubungan dengan proses produksi atau pembuatan produk yang dipesan tersebut. Nomer itu harus dicantumkan pada setiap laporan biaya dari pemesan. Dalam hal ini digunakan job order cost sheet untuk mengumpulkan biaya-biaya produksi.
2.7 Persediaan Bahan Baku
Menurut Assauri (2004:171), pengertian bahan baku adalah sebagai berikut :
“ persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana yang dapat diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan pabrik yang menggunakannya ”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:14.2), pengertian bahan baku adalah sebagai berikut :
“ persediaan adalah aktiva :
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha norma; 2. Dalam proses produksi atau dalam perjalanan
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa ”
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan bahan baku merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam proses produksi
STIKOM
atau pemberian jasa yang diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari
supplier bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.
STIKOM
18
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
3.1.1 Identifikasi Masalah
Proses produksi pada PT. Budi Jaya ditangani oleh bagian produksi. Proses produksi dilakukan hanya saat terjadinya order dari customer karena produk yang dihasilkan bersifat unik dan hanya dapat dijual pada customer yang memesan. Pada bagian produksi terdapat proses utama meliputi pembuatan surat perintah produksi, pembuatan purchase requestion (saat bahan baku yang ada tidak memenuhi jumlah yang dibutuhkan dalam memproduksi produk) dan penerimaan hasil produksi (mencatat quantity hasil produksi serta menghitung harga pokok produksi).
Selama ini perusahaan sudah menggunakan sistem informasi yang bernama Integrated. Sistem ini sudah dipakai pada bagian pembelian, penjualan dan produksi. Namun pada bagian produksi, sistem yang ada hanya berupa aplikasi yang berfungsi dalam pengurangan quantity bahan baku tanpa memperhitungkan harga pokok produksi barang dengan cara yang benar. Harga pokok produksi ditentukan dengan menjumlahkan nilai keseluruhan bahan baku yang dipakai ditambah nilai biaya dan membaginya dengan quantity hasil produksi. Namun didalam pemberian nilai biaya tidak ada dasar pemberian yang jelas karena nilai biaya dapat diisi oleh akun biaya apapun dan dengan nominal berapapun.
STIKOM
Dengan tidak dihitungnya biaya produksi dengan terperinci nilai harga pokok produksi yang dihasilkan belum sesuai dengan kondisi di lapangan sehingga perusahaan sulit mengetahui laba / rugi kotor dari setiap pemesanan. Oleh karena itu bagian produksi sangat membutuhkan suatu sistem informasi baru yang dapat menghitung harga pokok produksi dengan metode yang lebih sesuai dengan tipe perusahaan.
3.1.2 Analisis dan Pemecahan masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka Sistem informasi penentuan harga pokok produksi ini akan menggunakan metode job order costing. Metode ini sangat cocok dengan tipe perusahaan yang melakukan proses produksi hanya saat terjadi pemesanan barang dan barang yang dihasilkan memiliki banyak variasi sehingga biaya-biaya yang digunakan untuk memproduksi barang untuk setiap pesanan cenderung berbeda. Pada metode job order costing keseluruhan biaya akan dikumpulkan menjadi satu untuk satu nomer pemesanan. Biaya-biaya tersebut akan digolongkan menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Secara umum gambaran sistem yang akan dibangun dalam menghitung harga pokok produksi dapat dilihat pada gambar 3.1
STIKOM
20
Gambar 3.1 Diagram Proses Penentuan Harga Pokok Produksi
Dalam gambar 3.1 terdapat empat proses utama yang akan digunakan dalam proses perhitungan harga pokok produksi, yaitu
1. Proses Menghitung Biaya Bahan Baku
Data bahan baku adalah keseluruhan nilai nominal dari bahan baku yang dipakai proses produksi. Nilai dari bahan baku diambil berdasarkan quantity pada surat
INPUT 1. Data Produksi 2. Data Stock 3. Data BOM PROSES Menghitung Biaya Bahan Baku OUTPUT Biaya Bahan Baku PROSES Menghitung Biaya Tenaga Kerja Langsung INPUT 1. Data Produksi 2. Data Tarif pegawai perjam 3. Data tarif Listrik Perjam OUTPUT Biaya Tenaga Kerja Langsung PROSES Menghitung Biaya Overhead OUTPUT Biaya Overhead INPUT 1.Data Produksi (TKL MANUSIA) 2.Data tarif Perjam
3.Data Jam Kerja
(TKL MESIN) 4.Data tarif mesin
perjam 5.Data pemakaian mesin OUTPUT Harga Pokok Produksi PROSES Menghitung Harga Pokok Produksi Persatuan INPUT Data hasil produksi
STIKOM
SURABAYA
bukti pengambilan bahan dikurangi quantity sisa bahan setelah produksi. Dihitung berdasarkan rumusan berikut
Biaya bahan baku
Keterangan :
BB = Biaya bahan baku
Σ NBB = Total nilai bahan baku
Σ NSBB = Total nilai bahan baku sisa 2. Proses Menghitung Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan keseluruhan biaya gaji buruh, biaya lembur dan biaya pakai mesin yang dipakai dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung akan diambil berdasarkan kartu jam. Dalam menentukan nilai buruh atau mesin perjam digunakan perhitungan biaya ditentukan dimuka dengan cara menentukan nilai mesin atau buruh dan membaginya dengan rencana kerja (jam aktif oprasional) dari mesin atau buruh. Dihitung berdasarkan rumusan berikut.
Tarif buruh perjam
Keterangan :
TBperjam = Tarif buruh perjam
GBbulanan = Nilai gaji buruh dalam sebulan RKbulanan = Jam kerja aktif dalam sebulan BBB = Σ NBB - Σ NSBB
TBperjam = GBBulanan / RKBulanan
STIKOM
22
Tarif mesin perjam
Keterangan :
TMperjam = Tarif masin perjam
NMpertahun = Nilai mesin pada awal tahun RKMpertahun = Jam kerja aktif dalam setahun Biaya kerja langsung
Keterangan :
BTKL = Biaya tenaga kerja langsung JMK = Jam kerja mesin yang digunakan dalam produksi
JBK = Jam kerja buruh yang digunakan dalam produksi 3. Biaya Overhead
Dalam menentukan nilai overhead akan memakai metode variable costing dalam menentukan biaya overhead. Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok. Variable costing beranggapan bahwa biaya overhead tetap tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya biaya overhead tetap
TMperjam = NMpertahun / RKMpertahun
BTKL = Σ (TMperjam * JMK) + Σ (TBperjam * JBK)
STIKOM
dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya periode). Pada PT. Budi Jaya nilai overhead yang bersifat variable meliputi
Biaya tenaga kerja mandor
Biaya tenaga kerja mandor adalah biaya yang digunakan untuk membiayai tenaga kerja mandor yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Akan dihitung berdasarkan rumus
Tarif tenaga kerja mandor perjam
Keterangan :
TTKperjam = Tarif tenaga kerja mandor perjam GBbulanan = Nilai biaya gaji tenaga mandor perbulan RKbulanan = Jam kerja aktif dalam sebulan
Biaya tenaga kerja mandor
Keterangan :
BTKK = Biaya tenaga kerja mandor JMK = Jumlah jam kerja produksi Biaya Listrik
Biaya yang digunakan untuk penggunaan listrik dalam proses produksi. Dalam menghitungnya akan digunakan rumus
TTKperjam = GBperbulan / RKperbulan
BTKK = Σ (TKKperjam * Σ JMK)
STIKOM
24
Tarif listrik perjam
Keterangan :
TLperjam = Tarif listrik perjam
NBLbulanan = Nilai biaya listrik perbulan RPbulanan = Jam kerja pakai dalam sebulan Biaya listrik perjam
Keterangan :
BL = Biaya listrik
JMK = Jumlah jam kerja produksi 4. Proses Menghitung Harga pokok produksi persatuan
Harga pokok produksi satuan akan dihitung dengan menjumlahkan nilai bahan baku , biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dapat dilihat pada rumusan berikut
Biaya Overhead Pabrik
Keterangan :
BOP = Biaya Overhead Pabrik
BBP = Biaya bahan penolong diambil