• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Respon

Dalam penelitian ini penulis menitikberatkan pada respon sebagian besar masyarakat khususnya pada anggota Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Serpong yang keseluruhan beranggotakan ibu-ibu ini terhadap penerpaan media massa, khususnya pada penayangan sinetron Munajah Cinta.

Sebelum melakukan penelitian dan mengetahui hasil dari penelitian, ada baiknya kita mengetahui respon itu sendiri.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia. Respon adalah tanggapan, reaksi jawaban terhadapa suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.7 Selanjutnya menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dijelaskan bahwa respon adalah reaksi psikologi metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan.8 Penjelasan mengenai definisi respon menurut dua Kamus Besar di atas kurang lebihnya sama namun, sejauh mana respon yang dimaksud kurang begitu mendalam, lalu berbeda pada perbendaharaan kalimat yang satu memakai gejala atau peristiwa yang lain menggunakan rangsangan.

Lalu menurut Abu Ahmadi mengemai respon atau tanggapan yaitu tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa pokok, dapat diartikan sebagaia

7

Dekdipbud, Kamus Besar Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1996. 8

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian & Kebudayaan, 1997), h. 964.

gambaran ingatan dari pengamatan dimana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan, sudah berhenti hanya kesannya saja.9

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme itu, bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan diartikan sebagai hasil atau kesan yang dapat (yang ditinggal) dari pengamatan. Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.10 Adapun definisi-definisi lain yang memandang respon lebih mendalam, sampai pada hasil respon yang dituju karena sebelumnya telah diberi rangsangan, yang dimaksud agar menciptakan suatu respon dengan istilah feed back atau umpan balik, dalam hal ini Ahmad Subadi memberikan pendapatnya bahwa respon dengan istilah umpan balik (feed back) memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.11

Pernyataan diatas disetujui oleh Soenarjo & Djoenarsih S. Sunarjo, mereka mengemukakan mengenai istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau dalam istilah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon

9

Abu Ahmadi. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 64. 10

Jalalufin Rahmat. (Psikologi Komunikasi: Bandung. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 51. 11

Ahmad Subadi. Ilmu Dakwah ke Arah Metodologi. (Bandung: Yayasan Syahida, 1995), h. 121.

dari komunikasi terhadap pesan yang dilancarkan oleh komunikator.12 Hal inilah yang nantinya dapat menimbulkan respon yang dibedakan menjadi tiga oleh Steven M. Chaffe, yaitu :13

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau di persepsi oleh khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. 3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata,

yang meliputi tindakan atau kebiasaan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa respon ini tebentuk dari proses rangsangan atau pemberiaan aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Mengenai bentuk respon, dapat dilihat dari ti Dalam kamus besar ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa respon adaah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang. Ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali.14

12

Soenarjo & Djoernasih S Soenarjo. Himpunan Istilah Komunikasi. (Yogyakarta: Liberty, 1993), h. 25.

13

Jalaludin Rakhmat. op. cit. h. 118.

14

Save D. Dagun, Kamus besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta” Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964.

Astrid S. Susanto mengatakan, respon adalah reaksi penolakan atau penganiayaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan.15

Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan reaksi.16

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah tanggapan reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. Tanggapan adalah bayangan atau kesan kenangan dari apa yang pernah diamati dan dikenali. Reaksi merupakan segala bentuk aktivitas individu yang dibangkitkan oleh suatu stimulus. Sedangkan jawaban adalah suatu yang muncul karena adanya suatu pertanyaan.17

Jadi antara respon, tanggapan, ataupun jawaban muncul disebabkan karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang terjadi terhadap seseorang sehingga akan menimbulkan respon atau tanggapan terhadap kejadian tersebut.

Berdasarkan teori yang dikutip dari psikologi komunikasi karangan Jalaludin Rahmat, maka peneliti membagi respon menjadi tiga bagian yaitu kognitif, efektif dan konantif.

Respon kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau direpsikan oleh khalayak.

15

Astrid Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1980) 16

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Press, 1991), h. 1268.

17

Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

1. Macam-Macam Respon

Menurut Agus Sujanto, ada macam-macam tanggapan yaitu: 1. Tanggapan menurut indra yang mengamati, yaitu:

a. Tanggapan Auditif, yaitu tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.

b. Tanggapan Visual, yaitu tangapan terhadap sesuatu yang dilihat. c. Tanggapan Peran adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh

dirinya.

2. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

a. Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang diingat. b. Tanggapan Fantasi, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang

dibayangkan.

c. Tanggapan Pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang dipikirkan.

3. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

a. Tanggapan Benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang menghampirinya atau berada didekatnya.

b. Tanggapan Kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang didengar atau dilihat.18

2. Faktor-faktor Terbentuknya Respon

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya. Hal itu perlu diketahui agar individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan. Karena tidak semua individu dapat melakukan stimulus dengan baik, sebab tergantung dari individu itu sendiri dalam menanggapi stimulus. Stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung kepada dua faktor, yaitu:

1) Faktor Internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia itu

terjadi dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila salah satu unsur saja terganggu, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.

Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan, dan cara bekerjanya alat indra, urat saraf, dan bagian-bagian tertentu pada otak.

Unsur rohani dan psikologi yang meliputi keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi, dan sebagainya.

18

2) Faktor Eksternal yaitu faktor yang ada pada lingkungan atau disebut juga faktor psikis. Faktor eksternal ini intensitas dengan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus.19

Manusia memiliki alat indra yang sesuai dengan fungsinya, oleh karena itu harus terus diperhatikan dengan cara menggali segala sesuatu yang ada disekitarnya. Allah telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat indranya dalam menggali lingkungan eksternal (yang mempengaruhi dari luar diri manusia). Seperti yang dikatakan oleh Bimo Walgito “alat indra itu alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya.”

B. Komunikasi Massa

Sebagai bagian dari Ilmu Sosial yang bersifat dinamis, dalam artian dapat dipakai untuk segala kondisi dan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan sosialnya, Ilmu komunikasi sangat berperan aktif, cakupannya yang luas seperti pembagian cabang ilmu makro dalam komunikasi yaitu komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, komunikasi antar budaya dan agama, serta komunikasi politik, memudahkan manusia dalam menentukan cara berkomunikasinya dengan melihat sesuai pada situasi dan kondisi yang dibutuhkan.

Selanjutnya mengenai pembahasan pada penelitian yang akan dilaksanakam ini, mengambil pembahasan mengacu pada komunikasi massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass communication) ialah

19

komunikasi melalui media massa yang modern.20 Disinilah adanya terlihat sekali adanya peran komunikator, seperti yang diungkapkan oleh Harold Lasswell mengenai control studies, dimana komunikator adalah pemegang kendali dalam mengendalikan pesan dalam media massa, seorang komunikatir melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak di antara komunikasinya.21

Jadi ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa yaitu, mengetahui apa yang ingin dikomunikasikan, dan mengetahui bagaimana ia harus menyampaiakan pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi kepada benak komunikan.22

Lalu beralih kepada pembahasan mengenai tiga bentuk komunikasi massa yaitu:

1. Bentuk perintah (command), bersumber dari adanya perbedaan sumber daya tujuannya adalah mengontrol (ideological state apparates), biasanya dianut oleh Negara-negara seperi Komunis dan Otoriter.

2. Bentuk pelayanan (service), bersumber dari adanya jasa simbolik, tujuannya pemanfaatn media sebagai instrument pelayanan bagi khalayak, pemgiklan dan industry global (capitalis ventury).

20

Onong Uchjana. Effendi. Ilmu Teori, dan Filsafat, Komunikasi. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003). h. 79.

21

Ibid. h. 80. 22

3. Bentuk asosiasional, bersumber dari adanya nilai-nilai normatif tertentu, tujuannya ikatan-ikatan normatif kelompok atau sering disebut dengan media misi.

Jika dilihat dari tiga bentuk komunikasi massa di atas, topik tentang pembahasan sinetron Munjah Cinta yang penulis teliti ini termasuk dalam bentuk komunikasi massa yang terakhir, karena mengandung nilai-nilai normatif tertentu yaitu unsur Ke-Islaman.

C. Pengertian Sinetron

Istilah sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronika. Elektronika disini tidak mengacu kepada pita kaset yang proses perekamannya berdasarkan kaidah-kaidah elektronis. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau televisial yang merupakan medium elektronik selain radio.23

Adapun pengertian sinetron itu sendiri menurut UU perfilman ayat 1 pasal 1 adalah:

Pengertian sinetron sama dengna pengertian film, yaitu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media kom pandang dengan yang dibuat berdasarkan asas sinemtografi, dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dengan atau

23

JB. Wahyudi, Tekhnologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), cet. Ke-1, h. 10.

tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengna system proyeksi mekanik atau yang lainnya.24

D. Sinetron

Sinetron sebagai media dakwah memiliki dua fungsi, selain sebagai ntontonan yang tidak membosankan, juga sebagai tuntunan. Sebagai tontonan sinetron dakwah mengandung hiburan, sedangkan sebagai tuntunan, sinetron dakwah mengandung ajaran-ajaran agama untuk tujuan dakwah islam.

Sinetron dapat dijadikan media dakwah karena sinetron merupkan suatu tontonan yang banyak dinikmati oleh pemirsa. Beberapa faktor yang membuat paket acara sinetron dapat disukai, yaitu :

1. Isi pesan sesuai realita

2. Isi pesannya mengandung cermanan tradisi nilai luhur dari budaya masyarakat pemirsa

3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atas persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat25

Setiap media pasti mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Keunggulan dari sinetron dakwah sebagai media, diantaranya:

1) Melalui sinetron pesan-pesan dakwah yang disampaikan akan lebih menyrntuh perasaan pemirsa (mad’u) secrara kejiwaan dan penghayatan sehinggga mad’u yang menyaksikan akan ikut terlibat.

24

Panitia Tetap Esi, Pedoman Penyelenggaraan Esi, (Jakarta: Pantap Esi, 1994), h. 1. 25

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: sebuah Analisa Media Massa (Jakarta: Rieneka Cipta. 1996) h. 13

2) Sinetron dakwah sebagai sarana hiburan, pesan-pesan yang disampaikan todak formal, tidak menggurui, mudah dicerna dan tidak menuntut penonton untuk banyak berfikir.

3) Melalui sinetron dakwah, nilai-nilai yang disanpaikan dapat divariasikan antara bentuk verbal dan visual melalui visualisasikan pesan yang disampaikan tersebut memliliki penetrasi sangat kuat terhadap pendapat. Sikap, dan perilaku individu, asalkan dikemas secara kreatif, baik dan benar.

Dimaksud dikemas dengan baik bila audio visualnya sesuai dengan norma dan tata nilai yang berlaku, sedangkan benar visulnya direncanakan, diproduksi dan disajikan sesuai dengan fisik media yang digunakan.

Kelemahan dari sinetron diantaranya:

1. Sinetron tidak memuat ajaran agama secara rinci, ini dikarenakan waktunya yang teramat singkat. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan hanya bersifat global sehingga tidak memenuhi semua keingintahuan tentang agama secara lengkap.

2. Intensitas dakwah melalui sinetron tidak seintensitas dakwah melalui mimbar dalam bentuk ceramah, pengajian-pengajian abama atau lewat media tulisan.

E. Jenis-Jenis Sinetron

Sebetulnya, tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam sinetron ditelevisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara dua jenis yang berbeda. Bahkan tak jarang lebih dari satu.

Ada beberapa jenis yang cukup dominan yang dapat dilihat dalam sinetron-sinetron Indonesia.

a. Laga klasik

Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutkan, bahwa ynag dimaksud dengan laga klasik adalah untuk sinetron laga dengan setting jaman kerajaan dahulu (jawa, sunda dan lain-lain), misalnya jaka tingkir, saur sepuh, dragon ball.

b. Drama rumah tanggaJenis ini berpola kekerasan dan konflik dalam rumah tangga. Temanya berkisar perebutan warisan, kekerasan terhadap istri, perselingkuhan, percintaan yang dramatis dan lain sebagainya.

c. Komedi

Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu. Semua konflik diarahkan untuk menimbulkan kesan lucu.

d. Religious

Sinetron jenis ini berorentasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpijak pada agama mayoritas saja. Konflik-konflik dalam plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan demikian pula dengan tokoh-tokohnya.

e. Drama remaja

Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang nge-trend di televisi Indonesia. Di dominasi tokoh-tokoh remaja dengan segala

persoalannya mulai dari percintaan, persahabatan, konflik disekolah, dan lainnya

f. Horor

Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan, misalnya sinetron disini ada setan.

F. Unsur-unsur Sinetron

Adapun unsur-unsur sinetron itu sendiri adalah:

a. Produser: orang yang bertanggung jawab atas dalam pembuatan sinetron baik bersifat hidup atau rekaman video. Ia juga bertanggung jawab atas pembiayaan produksi sebuah sinetron.

b. Sutradara: orang yang memimpin pertunjukan atau pementasan dibidang artistik (jika dilihat dari persoalan manajemen seseorang pemimpin produksi atau production managerlah yang melaksanakan fungsi ini). Ia merencanakan, memutuskan, mengarahkan, mewujudkan dan bertanggung jawab secara artistik dari sinetron yang telah dibuat.

c. Naskah atau script: ide atau gagasan suatu cerita. Naskah memuat penjelasan serta pengembangan sebuah atau ide atau konsep yang secara operasional dapat dibuat visualnya. Oleh karena itu penulis naskah dituntut untuk dapat berimajinasi secara kreatif, dengan didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat dijabarkan dalam bahasa gambar yang jelas.

d. Artis/aktor: orang yang memainkan peran dalam cerita tersebut. Mereka memainkan peran sesuai dengan naskah yang telah dibuat. e. Engineering: orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan

dengan alat-alat produksi seperti kamera, mike, dan listrik.

f. Make up/tata rias: hal ini juga harus diperhatikan untuk memake up para pemain sesuai dengan karakter yang harus dimainkannya.

G. Dakwah

Melihat dari penayangan sinetron Munajah Cinta menimbulkan suatu kesan terhadap pemasukan unsur berdakwah, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw, bahwa berdakwah dapat melalui metode apapun asal tidak menyalahi ajaran Islam.

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu

da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madli), yad’u

(mudlari’), berarti seruan, ajakan, atau panggilan26. Seruan dan panggilan ini

dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan27. Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah swt atau seruan

(al-nida). Do’a atau seruan pada sesuatu berarti dorongan atau ajakan untuk

mencapai sesuatu itu (al-du’a ila al-syai’ al-hatsts ‘ala qasdihi)28.

26

Ahmad al-Fayumi.. al-Misbah al-Munir. (Beirut: Dar al-Fikr, tanpa tahun). h. 194. 27

Abi al-Husain Ahmad ibn Faris. Mu’jam Maqayis al-Lughah. (Beirut: Dar al-Fikr, 1979). h. 279

28

Ahmad al-Fayumi. Op. cit. h. 194. Lihat pula Ibn Mandzur. Lisan al-‘Arab. (Beirut: Dar al-Fikr, 1990). cet. ke-1, juz XIV, h. 257. Abu al-Qasim al-Raghib al-Ashfahani. al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. (Beirut. Dar al-Ma’rifat, tanpa tahun). h. 170.

Dalam Al-Qur-an, berdasarkan penelitian Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, kata dakwah dalam berbagai bentuk dan turunannya terulang sebanyak 299 kali. Dalam bentuk mashdar (da’wah) disebut 6 kali, dalam bentuk amr (ud’u) 34 kali, dan dalam bentuk fa’il (da’iyan dan al-da-‘i) dilang sebanyak 7 kali29. Sebagai seruan atau ajakan, kata dakwah dipergunakan baik untuk ajakan ke jalan yang benar (hudan) atau jalan yang sesat (dlalal)30.

Selanjutnya dakwah yang dimaksud oleh Sayyid Quthub adalah dakwah sebagai ajakan ke jalan Allah bukan ke jalan da’i atau kaumnya. Tiada bagi da’i dari dakwah yang dilakukan, kecuali menjalankan tugas dan kewajibannya kepada Allah swt31.

Seperti yang tercermin dari surat al-Anfal: 24, sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada

kamu”.

Selanjutnya menurut Quthub ayat diatas menjelaskan mengenai seruan, ajakan terhadap lima hal pokok yang mengantar manusia memperoleh kehidupannya yang sempurna32.

Pertama, seruan kepada aqidah tauhid yang akan membebaskan manusia

dari penyembahan kepada selain Allah, Kedua, seruan kepada hukum-hukum

29

Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi. (). Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an. (Beirut: Dar al-Fikr, 1987). h. 257-260.

30

Ibn Mandzur. op. cit. h. 259. 31

Sayyid Quthub. Fi Zhilal al-Qur’an. (Beirut: Dar al-Syuruq, 1982). Jilid IV. h. 2301-2302.

32

Allah dalam arti seruan untuk membangun dan mengatur kehidupan dengan undang-undang Allah, Ketiga, seruan kepada sistem hidup atau konsep mengenai kehidupan yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan, yang tidak lain adalah sistem Islam itu sendiri, Keempat, seruan kepada kemajuan dan kemuliaan hidup dengan aqidah dan sitem Islam untuk kemudian membebaskan manusia dari perbudakan dan penyembahan terhadap sesama manusia, Kelima, seruan kepada perjuangan dan jihad Islam untuk dapat mewujudkan dan mengokohkan sistem Allah di muka bumi33.

Dapat diambil kesimpulan bahwa pemikiran dakwah yang disampaikan oleh Sayyid Quthub bukanlah dakwah yang hanya identik dengan ceramah atau

tabligh saja, namun secara pengaplikasiannya dakwah adalah usaha orang

beriman mewujudkan sistem (ajaran) Islam dalam realitas kehidupan, baik dalam tataran individu, keluarga, masyarakat, dan umat.

Selanjutnya pembahsan mengenai media dakwah, media dakwah adalah suatu pemilihan sarana berdakwah yang tepat sehingga materi dakwah dapat diterima oleh objek dakwah. Dalam hal ini seorang da’i atau mubaligh harus mempunyai ketrampilan memilih cara yang tepat melalui penggunaan berbagai media yang dinilai menghasilkan dakwah yang tidak sia-sia (efektif dan efisien).

Diantara macam-macam media dakwah adalah sebagai berikut:

1. Da’wah bil lisan, dakwah yang dilakukan melalui lisan, seperti ceramah dan

tabligh akbar.

33

2. Da’wah bil kitab, dakwah yang dilakukan dengan kegiatan tulis-menulis, seperti melalui artikel, majalah, buku, majalah, bulletin, dan sebagainya. 3. Dakwah menggunakan alat-alat elektronik, memanfaatkan media massa

elektronik, dalam hal ini melalui radio, televisi, internet, dan sebagainya.

4. Da’wah bil hal, dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang

langsung menyentuh kepada jama’ah, seperti majelis ta’lim, kegiatan bakti sosial, memperingati hari besar Islam, dan sebagainya.

H. Pengertian Media Dakwah

Dalam komunikasi, pengertian media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila si komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atai kedua-duanya.34

Demikian juga dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari aktivitas komunikasi, jelas-jelas sangat meembutuhkan media yang dapat menunjang proses kegiatan dakwa islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat yang islami dapat terwujud.

Sedangkan pengertian dari media dakwah itu sendiri adalah alat objektif menjadi saluran untuk menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam kesempurnaan dakwah.35

34

Onong Uchjana Efendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: PT. Alumni, 1986), h. 199-200

35

Hamzah Ya’kub, Publistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), Cet, ke-4, 46

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya televisi, radio, video, kaset, rekaman, majalah dan surat kabar. Dalam semua aktivitas dakwah merupakan bagian yang tidak bisa terlepaskan keberadaannya, bahkan menurut ahli media bahwa manusia mengkosumsi berita dalam sehari-harinya, tumbuh dan berfikir dengan berita hari hiburan.36

Dengan demikian, media dakwah adalah segala sesuatu yang dipergunakan sebagai alat bantu dakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang telah dtentukan.37

Dokumen terkait