• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Simpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan asuransi dalam sejarah sudah lama terjadi. Khususnya dalam sejarah Islam, asuransi sudah dikenal sejak zaman Nabi Yusuf a.s dengan 7 tahun masa panen dan 7 tahun masa paceklik, dengan menyisihkan hasil panen untuk digunakan pada masa paceklik tersebut. Selanjutnya penggunaan asuransi juga terjadi pada zaman Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam dengan dikenalnya system „aqilah, dimana seorang pembunuh harus membayar diyat untuk mengganti rugi nyawa / uang darah. Kemudian penggunaan asuransi mulai berkembang hingga sedunia. Ketika abad ke-14 asuransi dilakukan oleh orang-orang Arab yang melakukan perdagangan ke negara-negara lain dengan jalur laut. Barang-barang dagangan diasuransikan untuk menjaga keutuhan barang-barang tesebut. Selanjutnya pada abad ke-20. Praktik asuransi mulai berkembang di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika bahkan sampai Eropa. Sampai akhirnya pada saat ini, perkembangan asuransi telah memasuki fase yang memberikan dampak keuntungan bagi bisnis melainkan dengan nilai-nilai sosial yang ada di dalam asuransi tersebut. Inilah asuransi yang memasuki masa modern, yaitu asuransi yang

dengan aspek bisnis. Di Indonesia pun hingga saat ini masih marak digunakannya asuransi di bidang bisnis, yaitu contohnya asuransi konvensional.

2. Manfaat asuransi yaitu tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa sepenanggungan diantara anggota, implementasi dari anjuran Rasulullah saw agar umat islam saling tolong menolong; jauh dari bentuk-betuk muamalat yang dilarang syariat; secara umum dapat memberikan perlindungan-perlindungan dari resiko kerugian yang diderita satu pihak, meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara kusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya, pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu, dan tidak perlu mengganti atau membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti; sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi akan dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad. Prinsip Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerjasama), tolong menolong, saling menjamin, tidak berorientasi bisnis atau keuntungan materi semata. Asuransi syariat tidak bersifat mu‟awadhoh, tetapi tabarru „atau mudhorobah. Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerjasama), tolong menolong, saling menjamin, tidak berorientasi bisnis atau keuntungan materi semata; Asuransi syariat tidak bersifat mu‟awadhoh, tetapi tabarru „atau mudhorobah; Sumbangan (tabarru‟) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram hukumnya ditarik

kembali. Kalau terjadi peristiwa diselesaikan menurut syariat. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakan prinsip ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambilah sejumlah uang guna membantu orang yang sangat memerlukan; Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya ia dapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetapi jiga diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah; Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syar‟i.

3. Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar untuk mengahadapi masa depan dan masa tua. Namun karena masalah asuransi ini tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya perbedaan pendapat sukar dihindari. Asuransi menuai perbedaan pendapat dikalangan umat muslim, perbedaan tersebut diantaranya adalah seperti berikut: (a) Haram yaitu asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya temasuk asuransi jiwa. Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq Abdullah al-Qalqii Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‟i. Alasan-alasan yg mereka kemukakan ialah: asuransi sama dengan judi, asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti, asuransi mengandung unsur riba/renten, asuransi mengandung unsur pemerasan karena pemegang polis apabila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya

akan hilang premi yg sudah dibayar atau di kurangi, premi-premi yg sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai, hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis dan sama halnya dgn mendahului takdir Allah, menjadikan takdir Allah sebagai obyek bisnis; (b) Boleh yaitu asuransi di perbolehkan. Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf Mustafa Akhmad Zarqa Muhammad Yusuf Musa dan Abd. Rakhman Isa . Mereka beralasan: tidak ada nash yang melarang asuransi, ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak, saling menguntungkan kedua belah pihak, asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum sebab premi-premi yg terkumpul dapat di investasikan utk proyek-proyek yg produktif dan pembangunan, asuransi termasuk akad mudhrabah, asuransi termasuk koperasi, asuransi di analogikan dengan sistem pensiun seperti taspen; (c) Syubhat yaitu alasan golongan yg mengatakan asuransi syubhat adalah karena tidak ada dalil yg tegas yang menyatakan halal atau haramnya asuransi tersebut. Pada dasarnya, dalam prinsip syariah hukum-hukum muamalah (transaksi bisnis) adalah bersifat terbuka, artinya Allah SWT dalam Al-Qur‟an hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi ulama mujtahid untuk mengembangkannya melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Hadits.

4. Jenis-jenis asuransi dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu 1) dari segi bentuknya : asuransi gotong royong dan asuransi bisnis; 2) dari segi

kandungannya : asuransi bahaya dan asuransi orang; 3) dari segi keumuman dan kekhususannya : asuransi pribadi dan asuransi sosial. Adapun perbedaan dari asuransi bisnis (konvensional) dan asuransi kooperatif (takaful) adalah jika di asuransi konvensional, seorang tertanggung harus selalu membayar uang premi secara periodik kepada penanggung. Asuransi konvensional tidak selaras dengan syari‟ah islam karena adanya maisir, gharar, dan riba. Sedangkan asuransi kooperatif (takaful) bentuk asuransinya yaitu saling membantu dan kerja sama dengan sukarela masing-masing mengeluarkan dana tabarru. Asuransi bersih dari maisir, gharar, dan riba sehingga asuransi ini sesuai dengan syari‟ah. Pandangan islam terhadp asuransi adalah asuransi kooperatif (takaful) tidak ada keraguan untuk dibolehkan karena bentuknya tolong menolong dalam hal kebaikan. Tidak seperti halnya asuransi konvensional yang diharamkan karena mengandung unsur riba, gharar, qimar, dan jahaalah.

B. Saran

Kita sebagai manusia ciptaan Allah swt seharusnya tidak boleh mendahului kehendak-Nya dengan memprediksikan hal-hal yang sebenarnya tidak kita ketahui yaitu akan adanya kecelakaan atau kerugian di masa nanti. Asuransi yang kita gunakan sebaiknya menggunakan asuransi yang sesuai syari‟ah islam, yaitu asuransi kooperatif atau asuransi takaful. Penggunaan asuransi dengan bidang bisnis seharusnya dikurangi

dan lebih baik mengacu pada nilai-nilai sosial yang ada dalam asuransi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ghufron, Sofiniyah (penyunting). 2005. Sistem Operasional Asuransi Syariah. Renaisan: Jakarta.

Shabill, L .(2014). Pandangan Islam Terhadap Asuransi. [Online]. Tersedia:

http://Linafadilashabil.blogspot.co.id/2014/03/pandangan-islam-terhadap-asuransi-24-html. [20 September 2016].

Institute, E. (2013.8.Februari). Asuransi dalam Perspektif Islam. [Online]. Tersedia: http://gamaccainstitute.blogspot.co.id/2013/02/asuransi-dalam-persfektif-islam-html. [20 September 2016].

Fimadani. (2014). Hukum Asuransi Menurut Islam. [Online]. Tersedia: http://www.fimadani.com/hukum-asuransi-dalam-pandangan-islam.

[20 September 2016].

Fatan. (2015). Pengertian Manfaat Asuransi. [Online]. Tersedia:

http://fatan10.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-manfaat-dan-tujuan-asuransi.html. [20 September 2016].

Dokumen terkait