Sebagaimana akhir dari tugas ini, maka penulis akan mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan dan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat bagi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan.
BAB II
PROFIL INSTANSI / LEMBAGA
A. Sejarah Ringkas PT. Bank Syariah Mandiri
Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 membawa hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah sistem perbankan syariah di Indonesia. Disaat bank-bank konvensional terkena imbas dari krisis ekonomi, saat itulah berkembang pemikiran mengenai suatu konsep yang dapat menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis yang berkepanjangan.
Disisi lain, untuk menyelamatkan perekonomian secara global, pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan penggabungan (merger) 4 (empat) bank pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo, menjadi satu, satu bank yang kokoh dengan nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB merupakan salah satu bank konvensional yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT BSB juga melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran pengembangan sistem ekonomi syariah, pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang memberi peluang bagi bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB bertransformasi dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual. Bank Syariah Mandiri tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah
satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Tonggak Sejarah PT Bank Syariah Mandiri
1955 Pendirian PT Bank Industri Nasional (PT BINA)
1967 PT BINA berubah nama menjadi PT Bank Maritim Indonesia
1973 PT Bank Maritim Indonesia berubah nama menjadi PT Bank Susila Bakti 1999 PT Bank Susila Bakti dikonversi dan berubah nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
1. Visi PT. Bank Syariah Mandiri
Visi PT. Bank Syariah Mandiri adalah menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha.
2. Misi PT. Bank Syariah Mandiri
Misi PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai Berikut :
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat.
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. 3. Tujuan PT. Bank Syariah Mandiri
a. Untuk menjadi Bank Syariah terpercaya BSM terus menjaga kompetensi dan integritas.
b. Untuk menjadi Bank pilihan mitra usaha BSM senantiasa menjaga usaha baik aspek bisnis maupun aspek syariah.
B. Jenis Usaha/Kegiatan
Bank syariah adalah sistem perbankan yang kegiatan usaha dan operasionalnya berdasarkan syariah. Syariat adalah hukum atau peraturan yang ditentukan Allah SWT untuk hambaNya sebagaimana yang terkandung dalam Al Qur’an dan hadist. Perbankan syariah juga berdasarkan pada aturan perundang-undangan yang mengatur mekanisme operasional dan manajemen perbankan Islam sesuai dengan yang telah ditetapkan sebagaimana bank konvesional, kecuali yang bertentangan dengan syariat Islam.
Kegiatan Usaha Bank Syariah Mandiri antara lain diatur dalam undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 07 tahun 1992 tentang perbankan, sebagai berikut :
Dalam pasal 1 Nomor (12) dan (13) UU 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dinyatakan bahwa
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”
C. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan/ keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut.
Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Bank Syariah Mandiri sebagai sebuah organisasi yang fungsional telah memiliki struktur organisasi yang baku agar dapat berfungsi secara optimal sebuah lembaga keuangan Bank. Struktur organisasi mengindikasikan adanya penjabaran hak, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang serta fungsi dari struktur-struktur yang sudah ada. Bagan organisasi juga menggambarkan hubungan fungsional antara struktur sehingga dari sana diharapkan akan tercapainya suatu organisasi kerja yang efektif dengan tetap menjamin landasan syariahnya.
Struktur organisasi yang dipakai oleh bank syariah itu sendiri adalah struktur organisasi garis dimana dalam organisasi ini dipegang oleh satu pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke bawah. Demikian pula persoalan-persoalan
yang terdapat pada bagian bawah tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk mendapatan penyelesaian.
Berikut ini adalah gambaran umum dari struktur organisasi Bank Syariah Mandiri :
1. Rapat Umum Pemegang Saham 2. Dewan Pengawas Syariah 3. Dewan Komisaris
4. Dewan Direksi meliputi : Direktur Bidang Pemasaran, Direktur Bidang Treasury, dan Direktur Human Resources.
Gambar 2.1: Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri
D. Job Description
Berikut ini adalah Job Description pada Bank Syariah Mandiri : 1. Rapat Umum Pemegang Saham (Shareholders Meeting)
Bertindak sebagai pemilik modal yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perusahaan. Batas mengangkat dan meminta pertanggung jawaban direksi.
2. Dewan Pengawasan Syariah (Sharia Supervisory Board)
Bertugas untuk mengarahkan, memeriksa juga mengawasi operasinal bank syariah dan produk-produknya agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam serta Dewan Pengawas Syariah diposisikan sejajar dengan dewan komisaris. 3. Dewan Komisaris (Board of Commissioner)
Adalah wakil dari pemegang saham yang mempunyai peran sebagai pengawas dan bersama Dewan Direksi merumuskan strategi jangka panjang perusahaan. Adapun tugas Dewan Komisaris adalah sebagai berikut :
a. Megawasi kebijakan Direksi dalam menjalankan Perseroan serta memberi nasihat kepada Dewan Direksi.
b. Melakukan tugas-tugas secara khusus diberikan kepadanya menurut Anggaran Dasar.
c. Melakukan tugas-tugas atas pengawasan yang diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
d. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran dasar Perseroan serta menyampaikan hasil penilaian serta pendapatnya kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
e. Mengikuti perkembangan kegiatan Perseroan, dan dalam hal Perseroan menunjukan gejala kemunduran, segera melaprkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham dengan disertai saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh.
f. Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai setiap persoalan yang dianggap penting bagi pengelolaan Perseroan.
g. Melakukan tugas-tugas pengawasan lainnya yang ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan tugas lain yang berhubungan dengan pemeriksaan dan pengawasan.
4. Dewan Direksi
Mempunyai wewenang dan bertanggung jawab membuat kebijakan khususnya dalam bidang operasional, melaksanakan koordinasi dan pembinaan bawahan serta pengawasan kegiatan operasional. Tugas pokok Direksi adalah :
a. Memimpin dan mengurus Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas Perseroan.
b. Menguasai, memlihara dan mengurus kekayaan Perseroan. Dewan Direksi terdiri dari 3 orang direktur, yaitu : 1) Direktur bidang pemasaran
Melakukan pengambangan sistem dan teknologi untuk mendukung operasional Bank.
Mempunyai tugas dan wewenang mengelola uang kas perusahaan untuk membayar keperluan-keperluan perusahaan.
3) Direktur bidang Human Resources
Mempunyai tugas dan wewenang melakukan perencanaan, pengembangan, dan pengendalian di bidang administrasi personalia, menyusun kebijakan dalam sumber daya manusia, dan merencanakan kebutuhan, penyediaan, dan pemusatan perusahaan sumber daya secara profesional.
E. Kinerja Usaha Terkini
Setiap organisasi/instansi mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi, butuh waktu untuk mencapai itu semua begitu juga pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan, Bank terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh Perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi dan disiplin dan loyalitas dalam bekerja.
Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan organisasi/instansi adalah sampai dengan akhir tahun 2012, Bank Syariah Mandiri belum melakukan aktivitas perdagangan saham di bursa efek indonesia, sehingga tidak terdapat informasi yang memuat harga saham tertinggi, terendah, dan tertutup serta volume saham yang diperdagangkan. Bank Syariah Mandiri belum melakukan penerbitan obligasi, sukuk atau obligasi konvertibel sehingga tidak ada
informasi yang memuat tentang jumlah obligasi atau sukuk atau obligasi konversi yang beredar, tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, dan peringkat obligasi atau sukuk.
Sepanjang akhir tahun 2012, Bank Syariah Mandiri melaksanakan beragam corporae event, diantaranya kegiatan perjanjian kejasama, penyaluran KUR, promo corporate, serta kegiatan corporate social responsibility. Sehingga para nasabah semakin puas mendapatkan pelayanan yang kami berikan.
F. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan PT. Bank Syariah Mandiri antara lain : a. Pencapaian profitabilitas sebesar Rp. 800 miliar melalui :
- Peningkatan produktifitas
- Perbaikan efisiensi (BO/PO sebesar 82,60%) - Peningkatan CASA (low cos fund sebesar 46,47%) - Perbaikan kualitas aset (NPF sebesar 2,18%)
- Penagihan debitur write-off (recovery rate di atas 30%) b. Peningkatan pangsa pasar melalui pertumbuhan :
- Asset dengan pertumbuhan sebesar Rp.16,95 triliun - Pembiayaan dengan pertumbuhan sebesar Rp.14,45 triliun - DPK dengan pertumbuhan sebesar Rp.14,91 triliun
c. Peningkatan kualitas layanan menjadi 3 besar di perbankan syariah.
d. Implementasi proyek corporate plan dan core banking system (CBS) tahun 2012.
BAB III
TOPIK PENELITIAN
Kas merupakan komponen aktiva yang sangat penting dan sangat mempengaruhi semua transaksi yang terjadi karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita. Kas terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam hampir semua transaksi usaha. Kas juga menjadi begitu penting karena perorangan, perusahaan atau bahkan pemerintahan harus mempertahankan posisi likuiditas yang memadai yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat terus beroperasi.
Kas adalah aktiva lancar paling likuid dan terdiri dari bagian yang bertindak sebagai alat pertukaran serta memberikan dasar untuk perhitungan akuntansi. Kas meliputi koin, uang kertas, cek, wesel dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank bersangkutan. Lazimnya, kas dapat ditarik sebagai segala sesuatu yang diterima bank untuk disetorkan kerekening bank lainnya.
Menurut Suharli (2006:173), “kas dan setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka waktu pendek dan dengan cepat dapat dikonversi menjadi kas dalam jumlah tertentu tanpa harus menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.”
Menurut perusahaan kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam tiga bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya dan tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya. Kas terdiri atas saldo kas yang ada di organisasi/instansi (cash on hand) dan saldo rekening bank. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa merubah nilai yang signifikan. Suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.
Menjaga kas agar tetap aman maka organisasi/instansi perlu membuat sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, untuk mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur – unsur yang membentuk sistem tersebut. Pengertian pengendalian intern tersebut diatas berlaku baik dalam instansi yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan maupun dengan komputer.
Pengendalian intern (Intern Control) adalah langkah–langkah yang diambil organisasi/instansi guna memastikan keandalan data akuntansinya, melindungi aset–asetnya dari pencurian dan penyalahgunaan, meyakinkan bahwa para karyawan mengikuti kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur organisasi/instansi, dan mengevaluasi kinerja para karyawan, departemen, divisi, dan organisasi secara keseluruhan, Simamora ( 2000:44).
Menurut Mulyadi (2001:42), unsur pokok pengendalian intern adalah sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan pimpinan organisasi/instansi mengenai pentingnya pengendalian intern organisasi. Efektivitas unsur pengendalian intern sangat ditentukan oleh atmosfer yang diciptakan lingkungan pengendalian.
Tujuan lingkungan pengendalian sebuah organisasi pada umumnya dikembangkan dan dijaga oleh manajemen senior dan dewan komisaris. Mencegah terjadinya kecurangan, lingkungan pengendalian tersebut harus tegas. Manajemen hendaknya menentukan dengan jelas dalam kebijakan tertulisnya mengenai komitmen dalam perlakuan yang adil posisinya dalam konflik kepentingan, persyaratan akan merekrut karyawan–karyawan yang jujur, keharusannya akan kontrol internal yang kuat dan diatur dengan baik, serta keteguhannya untuk menghukum yang bersalah.
Manajemen bertanggung jawab dalam pembentukan dan pembinaan sistem pengendalian intern. Untuk ini pimpinan perlu mengendalikannya secara
terus menerus agar sistem pengendalian intern berjalan dengan semestinya dan dapat dimodifikasi seluruhnya sesuai dengan perubahan.
Tujuan pengendalian intern yang efektif dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menjamin kebenaran data akuntasi.
Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji ketepatannya untuk melaksanakan operasi organisasi/instansi. Berbagai macam data dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang penting.
2. Mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuan.
Harta fisik organisasi/instansi dapat saja dicuri, disalahgunakan ataupun rusak secara tidak sengaja. Sistem pengendalian intern dibentuk guna mencegah ataupun menemukan harta yang hilang dan catatan pembukuan pada saat yang tepat.
3. Menggalakkan efisiensi usaha.
Pengendalian dalam suatu organisasi/instansi juga dimaksudkan untuk menghindari pekerjaan berganda yang tidak perlu, mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk pencegahan terhadap penggunaan sumber-sumber dana yang tidak efisien.
4. Mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telah digariskan.
Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan organisasi seperti memberikan jaminan akan ditaatinya prosedur dan peraturan tersebut oleh organisasi/instansi.
Fungsi pengendalian intern yaitu untuk menentukan apakah ada penyimpangan dalam pelaksanaan. Untuk dapat menentukan adanya penyimpangan perlu diketahui ukuran yang menjadi dasar hasil pelaksanaan yang diharapkan dan kebijakan dalam pelaksanaan. Pengawasan dan penelaahan pada sistem pengendalian intern yang baik akan mampu melindungi kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan dan ketidaktelitian yang terjadi.
A. Pengendalian intern atas penerimaan kas
Umumnya organisasi/instansi yang telah maju dan besar skopnya, telah menyelenggarakan staf pemeriksaan intern, secara ideal. Pengendalian intern harus ada dan dilaksanakan dengan baik, selalu dimonitori atau diawali serta di sesuaikan dengan kemajuan dan keadaan organisasi/instansi saat itu. Pemeriksaan intern yang merupakan alat bantu pengendalian manajemen (Managerial Control) dan melakukan kegiatan penilaian bebas terhadap semua kegiatan organisasi/instansi harus selalu dalam keadaan dinamis dan aktif. Dalam rangka itu pemeriksa intern dapat menyusun pengendalian intern yang baik dan tepat, mengadakan pengawasan pelaksanankannya, mengukur dan menilai serta memberi saran-saran perbaikan dan komentar-komentar yang sangat diperlukan oleh manajemen.
Manajemen yang berkepentingan langsung terhadap pengendalian intern dan pemeriksaan intern harus sadar dan terbuka atas temuan ( hasil ) pemeriksaan dan saran-saran perbaikan yang diberikannya dan melakukan tindakan segera apa yang harus diperbaikinya.
Adanya dengan sistem pengendalian intern yang selalu dinilai, dievaluasi akan menghasilkan suatu “keluaran” atau output seperti yang diharapkan atau direncanakan manajemen.
Sehubungan dengan hal tersebut maka PT. Bank Syariah Mandiri memerlukan adanya sistem pengendalian intern kas, karena kas merupakan komponen yang paling penting didalam melaksanakan aktivitas usahanya. Disamping itu kas juga merupakan aktiva yang paling mudah diselewengkan.
B. Prosedur Penerimaan kas pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan
Prosedur penerimaan kas yang dilaksanakan PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan meliputi serangkaian proses pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas serta pertanggungjawaban kembali, proses ini dapat dilakukan secara manual ataupun menggunakan sistem terkomputerisasi.
Adapun yang dilaksanakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan secara lebih rinci meliputi :
a. Dasar penyusunan laporan keuangan (pernyataan kepatuhan). b. Transaksi dengan pihak-pihak Berelasi.
c. Penyisihan kerugian aset produktif, aset Non-produktif serta estimasi kerugian komitmen dan kontijensi.
d. Penempatan pada Bank Indonesia. e. Giro pada Bank lain.
f. Penempatan pada Bank lain. g. Investasi pada surat berharga. h. Piutang.
i. Pembiayaan. j. Pinajaman Qardh.
k. Aset yang diperoleh untuk Ijarah. l. Aset Istishna dalam Penyelesaian. m. Aset tetap.
n. Biaya dibayar dimuka. o. Liabilitas segera. p. Simpanan wadiah. q. Simpanan dari Bank lain. r. Pembiayaan diterima.
s. Surat berharga subordinasi yang diterbitkan. t. Dana syirkah temporer.
u. Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai Mudharib. v. Pendapatan usaha utama lainnya.
w. Hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer. x. Sumber dan penyaluran dana Zakat dan Kebajikan. y. Pendapatan Imbalan Jasa Perbankan
z. Penyisihan Imbalan Kerja Karyawan.
Laporan yang dihasilkan dari prosedur penerimaan kas pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan adalah Laporan Realisasi Anggaran yaitu
laporan yang menyajikan informasi realisasi, pendapatan, dan pembiayaan bank dalam suatu periode tertentu.
Jenis –jenis penerimaan kas pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Perbaungan bersumber dari :
a. Hasil penjualan tunai
b. Penerimaan piutang (penjualan kredit) c. Hasil penjualan aktiva.
d. Setoran modal e. Pinjaman. f. Hutang Bank
g. Pendapatan bunga atau sewa. h. Bantuan, hibah, dan lain-lain.
Namun dalam Tugas Akhir ini penulis hanya membahas lebih dalam mengenai prosedur penerimaan kas yang berasal dari Nasabah. Karena sumber inilah yang lebih bersifat rutin.
Prosedur penerimaan kas dalam bank perlu dirancang sedemikian rupa sehingga kemungkinan tidak tercatat dan tidak diterimanya uang yang seharusnya diterima dapat dikurangi menjadi sekecil mungkin. Prosedur penerimaan kas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, menerima, dan mencatat penerimaan uang.
b. Setiap penerimaan uang langsung disetor ke bank sebagaimana adanya. Untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip pengendalian intern dalam hal
penerimaan kas perlu pemisahan fungsi seperti pemisahan antara fungsi penerimaan uang, pencatatannya, penyimpanan kas serta yang melakukan rekonsiliasi bank.
Unsur pengendalian intern penerimaan kas yang sehat menurut Mulyadi (2001: 60) untuk organisasi, sistem otoritas dan prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat adalah:
1. fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan,
2. fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi,
3. debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindah bukuan (giro bilyet),
4. fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih yang disebut fungsi akuntansi,
5. pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur,
6. hasil perhitungan kas direkam dalam berita cara perhitungan kas dan disetor penuh ke bank dengan segera,
7. para penagih dan kasir harus diasuransikan,
8. kas dalam perjalanan (baik yang ada ditangan kasa maupun ditangan penagih perusahaan) harus diasuransikan (cash – in – safe dan cash – in – transit insurance).
Prosedur Penerimaan Kas
Gambar 3.1 : Prosedur Penerimaan Kas Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Perbaungan
Sumber : Bank Syariah Mandiri, (2012) Bukti Bank
Memeriksa setoran yang diterima Membuat tanda terima uangberupa
kuitansi/tanda terima
Via bank