• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gelombang Laut

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin dipermukaan laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan sebagainya (Triatmodjo.1999).

Gelombang yang menjalar dan mencapai daerah pantai sebagian energinya tercurahkan pada daerah nearshore. Pada beberapa daerah (offshore zone, surf zone dan swash zone) yang dilintasinya, perilaku gelombang dan arus menimbulkan efek yang berbeda. Di daerah lepas pantai (offshore zone) yaitu daerah yang terbentang dari lokasi gelombang pecah ke arah laut, gelombang menimbulkan gerak orbit partikel air. Orbit lintasan partikel tidak tertutup sehingga menimbulkan Angkutan massa air. Angkutan massa tersebut dapat disertai dengan terangkutnya sedimen dasar dalam arah onshore dan meninggalkan pantai (offshore). Di surf zone yaitu daerah antar gelombang pecah dan garis pantai ditandai dengan penjalaran gelombang pecah setelah pecah kearah pantai. Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai ( Triatmodjo,1999 )

Gambar 1. Sketsa gelombang (Mulyanto, 2010).

Beberapa defenisi tentang gelombang yang perlu diketahui :

1) Puncak gelombang/wave crest yaitu titik tertinggi pada profil gelombang. 2) Palung/lembah gelombang/wave trough yaitu titik terendah pada gelombang. 3) Tinggi gelombang/wave height yaitu jarak vertikal antara puncak dan palung

gelombang. Ukuran gelombang pada suatu lokasi tergantung pada kecepatan, arah dan tiupan angin, panjang sarang angin serta kedalaman perairan.

4) Amplitudo gelombang yaitu setengah dari tinggi gelombang.

5) Panjang gelombang/wave length yaitu jarak antara dua puncak gelombang yang berturut-turut atau antara dua palung gelombang yang berurutan.

6) Periode gelombang adalah waktu yang diperlukan bagi dua puncak gelombang atau dua palung gelombang yang yang berurutan untuk melewati sati titik pada permukaan perairan.

8 7) Frekuensi gelombang adalah kebalikan dari priode gelombang yaitu jumlah gelombang persatuan waktu (biasanya per jam) yang melewati titik pada permukaan perairan.

8) Rangkaian gelombang/wave train sekelompok gelombang yang mempunyai periode konstan. Pada penjalarannya di perairan dengan kedalaman tetap, tinggi dan panjang gelombang dari rangkaian gelombang ini sama besar.

9) Kecepatan rambat gelombang/wave celerity yaitu jarak yang ditempuh gelombang dalam waktu tertentu :

Celerity = panjang / periode - > V = L/T = (gL/2π)0.5 ... ( 1 )

= gT/2π

Panjang = celerity x periode - > L = 2πv2/g ……….… ( 2 )

= gT2/2π Periode = panjang / celerity = (2πL/g)0,5

………. ( 3 )

= 2πv/g

Perairan dalam adalah daerah dimana kecepatan/ celerity gelombang tidak terpengaruh oleh kedalaman perairan, hanya dipengaruhi oleh panjang dan periode gelombang. Batasnya adalah perbandingan spesifik dari ke dalaman (d)/panjang gelombang (L) :

d/L = 0.5 - > 0,84 ………... ( 4 )

biasanya dipakai nilai d/L > 0.5 sebagai batas perairan dalam. 10) Perairan dangkal yaitu bila d/L ≤ 0.5

11) Kecurangan gelombang.wave steepness ditentukan dari perbandingan antara tinggi gelombang. Gelombang yang memasuki perairan dangkal dari perairan

dalam, kecuramannya akan bertambah lebih besar sampai memecah menjadi ombak karena kehilangan kestabilan.

Batas kecurangan gelombang yang masih stabil itu kira-kira : 1/7 untuk perairan dalam

1/10 untuk perairan dangkal.

12) Gelombang progresif yaitu salah satu dari gelombang dalam sebuah rangkaian gelombang yang menjalar ke dalam area yang tenang lain berada.

13) Gelombang tegak/standing wave yaitu resultante dari dua gelombang progresif yang arahnya berlawanan dan mempunyai periode dan tinggi gelombang dan tinggi gelombang yang sama.

14) Gelombang pendek/short crested wave terbentu oleh dua gelombang progresif yang bertemu secara menyudut satu dengan yang lain. (Mulyanto, 2010).

Panjang gelombang datang (Li) diperoleh dari hasil perhitungan berdasarkan data pengukuran gelombang. Data tinggi gelombang, dan durasi gelombang diperoleh dari pengukuran langsung yang dilakukan pada pengamatan yang telah ditentukan. Panjang Gelombang datang (Li) diperoleh dengan menjumlahkan Lmax dan Hmin kemudian dibagi 2. (Oki Setiandito, dkk :

2008).

Panjang Gelombang datang (Li) =

(Li) =

10 Dimana,

Lmax : panjang gelombang maksimum (Pengukuran langsung di laboratorium)

Lmin : panjang gelombang minimum (Pengukuran langsung di laboratorium).

Tinggi gelombang datang (Li) diperoleh dari hasil perhitungan berdasarkan data pengukuran gelombang. Data gelombang, dan durasi gelombang diperoleh dari pengukuran langsung yang dilakukan pada pengamatan yang telah ditentukan. Panjang Gelombang datang (Hi) diperoleh dengan menjumlahkan Hmax dan Hmin kemudian dibagi 2. (Oki Setiandito, dkk : 2008).

Tinggi Gelombang datang (Li) =

(Li) = (Li) = 0.1815 m. Dimana,

Hmax : panjang gelombang maksimum (Pengukuran langsung di laboratorium)

Hmin : panjang gelombang minimum (Pengukuran langsung di laboratorium).

B. Pantai

Pantai merupakan bagian wilayahpesisir yang bersifat dinamis, artinya ruang pantai (bentuk dan lokasi) berubah dengan cepat sebagai respon terhadap proses alam

dan aktivitas manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamisnya lingkungan pantai diantaranya adalah iklim (temperatur, hujan), hidro-oseanografi (gelombang, arus, pasang surut), pasokan sedimen (sungai, erosi pantai), perubahan muka air laut (tektonik, pemanasan global). dan aktivitas manusia seperti reklamasi pantai dan penambangan pasir (Solihuddin, 2011).

Pantai adalah jalur yang membatasi daratan dengan laut yang menurut sifatnya dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

a) Pantai (shores) adalah daerah yang berada di tepi perairan (laut atau danau) yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi dan surut terendah.

b) Daerah pantai adalah suatu pesisir beserta perairannya dimana daerah tersebut masih dipengaruhi aktivitas darat atau laut.

c) Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih dipengaruhi oleh pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.

12 d) Garis pantai adalah garis pertemuan antara daerah darat dan air laut, dimana letaknya tidak tetap dan dapat berpindah-pindah sewaktu-waktu sesuai dengan pasang-surut air laut dan erosi-akresi pantai yang terjadi.

e) offshore adalah daerah dari laut lepas ke gelombang pecah, kemudian daerah ke arah pantai dibedakan atas tiga yaitu inshore, foreshore dan backshore. f) Breaker zone adalah daerah dimana kondisi gelombang mengalami

ketidak-stabilan dan kemudian pecah.

g) Surf zone adalah daerah antara bagian dalam dari gelombang pecah dan batas naik-turunnya gelombang di pantai. Pantai yang landai mempunyai surf zone yang lebar.

h) Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai (Triatmodjo, 1999).

C. Permasalahan Garis Pantai

Secara alami, pantai berfungsi sebagai pertahanan alami (natural coastal

defence) terhadap hempasan gelombang. Akumulasi sedimen di pantai menyerap dan

memantulkan energi yang terutama berasal dari gelombang. Apabila seluruh energi gelombang terserap maka pantai dalam kondisi seimbang. Sebaliknya, pantai dalam kondisi tidak seimbang apabila muncul proses erosi dan akresi pantai yang selanjutnya menyebabkan kerusakan garis pantai.

Gambar 3. Garis Pantai(Nur Hidayat : 2006).

Proses perubahan kedudukan garis pantai dimaksudkan disebabkan oleh : a) daya tahan material penyusun pantai dilampaui oleh kekuatan eksternal yang

ditimbulkan oleh pengaruh hidrodinamika (arus dan gelombang),

b) terganggunya atau tidak adanya kesimbangan antara pasokan sedimen yang masuk ke arah pantai dan akemampuan angkutan sedimen pada suatu bagian pantai. (Nur Hidayat : 2006).

14

D. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Pantai

Informasi tentang faktor-faktor terjadinya erosi sangat berguna untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di pantai. Dalam melakukan perencanaan bangunan pantai langkah pertama yang harus diambil adalah menganalisa sebab-sebab timbulnya permasalahan pantai tersebut.

Gambar 4. Kerusakan Pantai(Pratikto, 1999)

Menurut Stuktur Pelindung pantai Pratikto, 1999 erosi pantai dapat terjadi oleh berbagai sebab, secara umum sebab erosi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua hal, yaitu sebab alami dan sebab buatan (disebabkan oleh manusia).

1. Penyebab Alami Kerusakan Pantai sebagai berikut : a) Naiknya Permukaan Air Laut.

Kenaikan ini lambat laun akan mengakibatkan mundurnya garis pantai ke daratan, yang disebabkan dengan penggenangan langsung dan sebagian

sebagai hasil penyesuaian profil air laut kepada permukaan air yang lebih tinggi.

b) Perubahan Suplai sedimen.

Suplai sedimen ke daerah pantai dapat berasal dari darat (clastis sediment) atau dari laut (biogenic sediment). Perubahan pola cuaca dunia yang menyebabkan musim kering dapat mengakibatkan berkurangnya debit sungai yang merupakan suplai material dan penyebab sedimentasi pada pantai itu. Berkurangnya suplai sedimen dari laut dapat terjadi karena daerah karang yang rusak atau pertumbuhan karang yang lambat.

c) Gelombang Badai.

Pada saat badai terjadi, arus tegak lurus pantai yang cukup besar yang mengangkut material ke arah tegak lurus pantai. Umumnya proses erosi yang terjadi akibat gelombang badai ini berlangsung dalam waktu singkat tetapi temporer, karena material yang tererosi akan tinggal di surf zone dan akan kembali ke pantai ketika gelombang tenang (swell). Namun apabila di lepas pantai bathimetrinya sangat terjal, atau terdapat palung-palung pantai, maka sedimen yang terbawa ke laut akan mengisi daerah yang dalam tersebut dan tidak sampai ke pantai.

d) Limpasan (overwash).

Overwash adalah suatu akibat terjadi selama periode hempasan gelombang.

Ombak dan air luapan mengikis pantai dan mengangkut material pantai. e) Angkutan oleh Angin.

Kepindahan material lepas dari suatu pantai oleh angin bisa merupakan suatu penyebab erosi. Di banyak daerah, bukit pasir alami berpindah di belakang

16 daerah pantai yang aktif. Bukit pasir ini dapat menghasilkan suatu volume sedimen pantai besar.

f) Pengangkutan Sedimen.

Pasir diangkut searah pantai (longshore transport sediment) oleh ombak yang menghempas pada suatu pantai.

g) Pemisahan Sedimen Pantai.

Penyortiran sedimen pantai oleh tindakan gelombang mengakibatkan pembagian kembali partikel butir sedimen (pasir, kulit kerang/kerang, dan shingle) sepanjang profil pantai menurut ukurannya.

2. Penyebab kerusakan oleh manusia

Secara spesifik penyebab kerusakan garis pantai akibat ulah manusia dapat dijelaskan antara lain :

a) Penurunan Tanah

Penurunan tanah dapat terjadi akibat perbuatan manusia, misalnya karena pengambilan air tanah secara tak terkendali, atau penambangan minyak dan bahan mineral.

b) Penambangan karang dan pasir laut.

Penambangan karang dan pasir umumnya dilakukan di daerah dekat pantai (nearshore) dimana di daerah ini gerakan pasir/sedimen dasar pantai masih dipengaruhi oleh gerakan gelombang. Penambangan ini mengakibatkan dampak berupa perubahan kedalaman, pola arus dan pola gelombang yang mengakibatkan erosi pantai.

Pantai-pantai berlumpur umumnya ditumbuhi pohon mangrove. Perakaran mangrove biasanya merupakan penopang bagi kestabilan pantai yang berlumpur. Hutan mangrove ini berfungsi sebagai peredam energi gelombang yang akan mencapai pantai. Apabila hutan ini ditebang maka fungsi peredamnya berkurang/hilang, gelombang akan langsung menghempas tanah yang gundul/lemah dan akan mengaduk serta melarutkan tanah tersebut dalam bentuk tanah terlarut. Selanjutnya, tanah terlarut ini diangkut oleh arus-arus pantai dan diendapkan pada tempat-tempat yang memungkinkan.

d) Interupsi angkutan sejajar pantai.

Terperangkapnya angkutan sedimen sejajar pantai akibat adanya bangunan tegak lurus garis pantai seperti pemecah gelombang, jeti, reklamasi dan sebagainya.

e) Pengurangan suplai sedimen ke pantai.

Berkurangnya pasokan sedimen dari sungai akibat dibangunnya dam di bagian hulu sungai dan sudetan (pemindahan muara sungai).

E. Dampak kerusakan pantai terhadap kehidupan

Menurut Muhammad Arsyad : 2013 menyatakan: “abrasi tentu sangat berdampak terhadap kehidupan. Pada umumnya abrasi lebih banyak memiliki dampak negatif dibandingkan dampak positif. Dampak negatif yang dihasilkan dari abrasi juga sangat merugikan lingkungan khususnya manusia. Berikut ini akan dipaparkan bukti-bukti kerugian yang diakibatkan abrasi :

18 a) Air laut tidak pernah diam. Air laut bergelombang di permukaannya,

kadang-kadang besar kadang-kadang-kadang-kadang kecil, tergantung pada kecepatan angin dan kedalaman dasar lautnya. Semakin dalam dasar lautnya makin besar gelombangnya. Gelombang mempunyai kemampuan untuk mengikis pantai. Akibat pengikisan ini banyak pantai yang menjadi curam dan terjal.

b) Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai.

c) Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai karena terpaan gelombang yang didorong angin kencang begitu besar.

d) Kehilangan tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau.

e) Apabila pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor pariwisata akan mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti hotel, restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan mengalami kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit.

f) Pemukiman penduduk yang berada di areal pantai akan kehilangan tempat tinggalnya akibat rumah mereka terkena dampak dari abrasi.

g) Kemungkinan dalam beberapa tahun ke depan luas pulau-pulau di Indonesia banyak yang akan berkurang dan banyak pulau yang akan tenggelam.

h) Dalam beberapa tahun terakhir garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Di beberapa daerah

abrasi pantai dinilai belum pada kondisi yang membahayakan keselamatan warga setempat, namun bila hal itu dibiarkan berlangsung, dikhawatirkan dapat menghambat pengembangan potensi kelautan di daerah tersebut secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya.

i) Pantai yang indah dan menjadi tujuan wisata menjadi rusak. Pemukiman warga dan tambak tergerus hingga menjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi pantai ini”.

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa abrasi sangat berdampak terhadap kehidupan. Dibandingkan dengan dampak positif, abrasi lebih banyak dampak negatif yang mana dampak negatif ini sangat merugikan manusia, lingkungan, dan aktivitas manusia itu sendiri. Tidak hanya itu, wilayah negara kita, Indonesia juga semakin menyempit. Ironisnya, semua dampak ini sebagian besar disebabkan oleh manusia.

F. Proritas Perlindungan dan Penanganan Daerah Pantai

Proritas Kegiatan perlindungan dan penanganan pantai bertujuan terutama untuk melindungi dan mengamankan :

a) Masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai dari ancaman gelombang,

b) Fasilitas umum yang berada di sepanjang pantai diantaranya adalah jalan raya, rumah ibadah, pasar, kompleks pertokoan dan kawasan rekreasi,

c) Dataran pantai terhadap ancaman erosi dan abrasi,

d) Perlindungan alami pantai (hutan mangrove, terumbu karang,) dari perusakan akibat kegiatan manusia,

20 e) Terhadap pencemaran lingkungan perairan pantai, yang pada akhirnya

pencemaran ini dapat merusak kehidupan biota pantai.

Dalam menentukan kegiatan pengamanan, perioritas akan diberikan kepada perlindungan dan pengamanan yang menyangkut tingkat kepentingan yang lebih tinggi yaitu yang berkaitan dengan jiwa dan perekonomian daerah yang vital. Urutan tingkat kepentingan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Peringkat 1 : Tempat usaha, tempat ibadah, industri, cagar budaya dan suaka alam, kawasan wisata yang mendatangkan devisa negara, jalan negara, daerah perkotaan, dan sebagainya.

b) Peringkat 2 : Desa, jalan propinsi, pelabuhan laut/sungai, bandar udara, dan sebagainya.

c) Peringkat 3 : Tempat wisata domestik, lahan pertanian, dan tambak intensif. d) Peringkat 4 : Lahan pertanian dan tambak tradisional.

e) Peringkat 5 : Hutan lindung, hutan bakau.

f) Peringkat6 : Sumber material, bukit pasir dan tanah kosong. (Hidayat,N., 2005,).

G. Prosedur Penentuan Bangunan Pelindung Untuk Daerah Pantai

Untuk dapat menentukan bangunan pelindung pantai diperlukan informasi sebagai berikut ;

a) Besarnya angin yang bertiup dan arah datangnya angin ke pantai.

c) Pemanfaatan pantai : Pemukiman, Kota, Pelabuhan, Tempat Wisata, Perkebunan/Pertanian/ Perikanan, Jalan Raya/Fasilitas Umum, Industri/ sumber Energi, Cagar alam.

d) Kwalitas air : polutan, angkutan sedimen.

e) Arus yang terjadi apakah sejajar pantai atau tegak lurus pantai. f) Pasang surut air laut untuk menentukan tinggi konstruksi. g) Laju kerusakan pantai pada daerah tertentu dengan persyaratan:

amat sangat berat > 10 m/ tahun sangat berat 5 – 10 m/tahun berat 2 – 5 m/tahun sedang 2 – 5 m/tahun ringan < 0,5 m/tahun

h) Kontur tanah dasar perairan : datar, landai dan terjal i) Daerahnya apakah daerah lintasan Gempa

j) Sosial budaya masyarakat sekitarnya.

k) Kekuatan tanah disekitar lokasi rencana proyek. (Hidayat, N. , 2005,).

H. Sistem Perlindungan Pantai

Bangunan laut dan pantai yang dibangun dapat digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena gelombang dan arus maupun untuk kepentingan lainnya seperti fasilitas untuk menarik wisatawan khususnya untuk daerah pantai wisata. Ada beberapa cara untuk melindungi daerah pantai :

1) Mengurangi energi gelombang yang mengenai pantai. 2) Mengubah laju angkutan sedimen sejajar pantai.

22 3) Memperkuat tebing pantai

4) Menambah suplai sedimen ke pantai 5) Stabilisasi muara sungai

6) Melakukan penghijauan daerah pantai dengan pohon bakau.

Berdasarkan fungsinya, bangunan-bangunan laut dan pantai secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu :

a) Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis pantai.

b) Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan berhubungan dengan pantai.

c) Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai. (Hidayat, N. , 2005,).

Interaksi antara struktur perlindungan pantai dan dinamika profil pantai serta garis pantai perlu dikaji dengan baik agar bisa dirumuskan kondisi pantai stabil pada kondisi perlindungan pantai yang berbeda-beda. Dengan demikian akan bisa dirumuskan pola penanganan kerusakan pantai berpasir dengan struktur yang tepat. Masih banyak diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam mengenai perlindungan atau pengamanan pada pantai pasir buatan sehingga diperoleh pantai pasir yang stabil dengan karakteristik dan geometri struktur pelindung yang berbeda-beda, terutama yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Pendekatan perlindungan dengan pantai pasir buatan ini merupakan pilihan yang menarik karena dipandang lebih natural sebagai cara mitigasi bencana pesisir. (Oki Setyandito, Nizam, Nur Yuwono, Radianta Triatmadja : 2012 : Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan).

Penerapan pantai pasir buatan sebagai pelindung pantai di Belanda telah dimulai sejak tahun 1970. Pada tahun 1976 hingga 1981 di Amerika Serikat dilaksanakan Miami Beach Nourishment Project di pantai pasir Miami sepanjang 16 km. yang menambah lebar pantai 100 meter ke arah laut dan menggunakan sekitar 10 juta m3 pasir dari lepas pantai dengan biaya mencapai USD 64 juta. Proyek ini mendapat penghargaan karena efektifitasnya dan menjadi tujuan wisata utama di Amerika Serikat. Pembangunan pantai pasir buatan adalah pembuatan dan atau restorasi pantai rekreasi, reklamasi pantai, pemeliharaan garis pantai, perkuatan

dunes, perlindungan bangunan pantai dan pengurangan energy gelombang datang ke

pantai. (Dean dan Dalrymple : 2002).

I. Kerusakan Lapis Lindung

Lapis lindung dapat mengalami kerusakan tergantung pada susunan dan konfigurasi strukturnya, kondisi gelombang yang menyerang dan tinggi muka air laut relatif selama terjadi gelombang. Satu jenis kerusakan yang diidentifikasi Jensen adalah jenis kerusakan pada lapis lindung. Terjadinya kerusakan pada lapis lindung karena berpindahnya material lapis lindung dari kedudukannya semula akibat gelombang. Material lapis lindung sampai berpindah karena bekerjanya gaya gelombang yang berlebihan terutama selama terjadi run-down dan run-up gelombang (Jensen, 1984).

Penyebab kerusakan pada Lapis lindung karena longsornya lapis lindung. Kerusakan lapis lindung dapat pula disebabkan oleh karena terserang gelombang pecah (plunging wave), gelombang berantai (wave trains) yang terkonsentrasi, durasi

24 gelombang yang cukup panjang, erosi pada bagian kaki pemecah gelombang, serta ketidak sesuaian material yang digunakan. (Ida Bagus Agung, 2015).

J. Pelindung Pantai Pasir buatan yang Stabil

Sejak tahun 1970, negara Belanda mulai menerapkan pantai pasir buatan sebagai alternatif perlindungan daerah pantai. Han-son dkk, (2002) menyebutkan bahwa faktor utama dalam mendensain pantai pasir buatan adalah volume pantai dan kecepatan erosi pantai pasir buatan.Volume total pengisian pasir untuk keperluan perlindungan pantai dengan menggunakan pantai pasir buatan di negara tersebut adalah berkisar 110 juta m3. Pembuatan pantai pasir buatan (artificial beach nourishment) dilakukan dengan tujuan penambahan luasan lahan di daratan yang akan digunakan antara lain seperti pengisian pasir pantai buatan untuk tujuan pariwisata.

Beberapa peneliti telah mengkaji tentang pembangunan pantai pasir buatan di beberapa tempat dan karakteristiknya. Verhagen (1990), dalam Cooney B.C., dkk. (2003) mengatakan bahwa memungkinkan saja bila ada yang mengatakan pantai pasir buatan adalah “produk dari industri pengerukan (dredging industry)” karena pasir dari saluran yang dikeruk dan juga dengan terjadinya erosi pantai, menjadikan pantai pasir buatan sebagai alternatif andalan untuk perlindungan pantai.

Garis pantai dapat berubah bentuk dan posisinya (maju atau mundur dari lokasi referensi) sesuai dengan gelombang yang menyerang. Jika suatu daerah tererosi, maka di daerah yang lain akan terjadi sedimentasi karena transport sedimen yang tererosi berpindah ke tempat lain. Banyak peneliti lain yang telah meneliti mengenai pantai pasir buatan. (Hanson dkk : 2002)

Gambar 5. Contoh lahan hasil pengisian pasir di sanur , Bali (Yuwono2004 )

Cara penentuan kemiringan dalam pembuatan pantai pasir buatan harus direncanakan sesuai dengan kelandaian pada kondisi alami pantai. Landai pantai pasir rencana digunakan sebagai penentuan volume pengisian pasir. Landai pasir rencana, dapat diperkirakan dengan menggunakan grafik yang disajikan pada Gambar 2. dan Tabel 1. (Wiegel 1964, dalam Yuwono 2004).

Christiansen (1977) dalam CUR (1987) mengusulkan landai pasir rencana seperti terlihat pada Tabel berikut :

26 Tabel 1. Hubungan Antara Kelandaian Pantai dan Diameter Pasir (Wiegel

1964, dalam Yuwono 2004). Diameter Pasir Pantai Terlindung Pantai Terbuka mm n M N M 0,2 25 - 40 6 - 10 40 – 100 10 - 15 0,3 12 – 20 20 – 40 0,4 7 – 12 12 – 20 0,5 6 - 10 10 - 15

Kajian Stabilitas Kemiringan Pantai Pasir Buatan (n = 1:10) Akibat Gelombang (Oki Setyandito, Nur Yuwono)

Beberapa hal yang mempengaruhi stabilitas pantai pasir buatan diantaranya adalah:

1) Kelandaian / profil kemiringan pantai,

2) Kualitas dan kuantitas gempuran gelombang serta besarnya volume dan kecepatan erosi,

3) Transport sedimen yang stabil (antara akresi dan erosi),

4) ketidak stabilan material dasar timbunan karena adanya arus dasar yang kuat, 5) dibutuhkan waktu untuk mencapai kondisi pantai pasir buatan dalam keadaan

K. Karasteristik Pasir

Pengujian bahan yang dilakukan untuk mengetahui permeabilitas atau kemampuan pasir sebagai model akuifer pantai dalam mengalirkan air. Pasir yang digunakan adalah pasir putih yang berasal dari Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba dan pasir hitam berasal dari pantai Tanjung Bunga Kota Makassar.

Dokumen terkait