Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. PengertianPengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
8
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
9
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan, bidang kesehatan membina hubungan lintas sektoral dengan
10
bidang pendidikan agar pendidikan kesehatan dicantumkan dalam kurikulum dasar. Berkaitan dengan HIV/AIDS dalam kurikulum 2004 untuk siswa SMA terdapat dua sub bab yang membahas tema seputar HIV/AIDS, yaitu virologi yang diberikan di kelas X serta sistem sirkulasi dan kekebalan tubuh yang diberikan di kelas XI IPA (Basuki, 2006).
2) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata sesuai dengan bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007).
3) Usia
Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah tua akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2009).
4) Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan,
11
ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga (Notoatmodjo, 2007).
5) Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. (Notoatmodjo, 2007).
6) Media Informasi
Media informasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga (Notoatmodjo, 2007), yaitu:
a) Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk meyampaikan informasi dan pesan-pesan yang sangat bervariasi antara lain:
1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasinya dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.
12
3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana setiap lembar (halaman) beisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tempat-tempat umum, di tembok atau di kendaraan umum. 7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi
kesehatan. b) Media Elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda, antara lain:
1) Televis, media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya
13
jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV,
sport, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya.
2) Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain: obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.
3) Video, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.
4) Slide, slide dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan.
5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
c) Bill Board (Media Papan)
Bill Board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini dapat mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).
2. Remaja
a. Pengertian
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin Adolescene yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk
14
mencapai kematangan (Ali, 2009). Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009). Perkembangan remaja dibagi menjadi 3 yaitu : remaja awal dimulai dari usia 11-14 tahun, remaja tengah dimulai dari usia 15-18 tahun, dan remaja akhir dimulai dari usia 19-24 tahun (Soetjiningsih, 2010). Jadi remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis dalam batas usia antara 10 sampai 24 tahun (Romauli, 2009).
b. Perubahan Psikologi pada Remaja
Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa, menarik diri, pemalu dan pemarah (Romauli, 2009). Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi (Widyastuti, 2009).
3. HIV/AIDS
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome, atau diterjemahkan secara bebas sebagai sekumpulan gejala penyakit yang
15
menunjukkan kelemahan atau kerusakan yang didapat dari faktor luar dan bukan bawaan sejak lahir. Sebenarnya AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh atau kekebalan penderita. AIDS merupakan fase terminal (akhir) dari infeksi HIV (Astuti, 2008).
a. Penyebab HIV/AIDS
HIV disebabkan oleh virus yaitu Human Immunodeficiency Virus (Astuti, 2008).
b. Gejala
Seorang dewasa dianggap menderita HIV jika menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor yang berkaitan dengan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV atau ditemukan sarcoma kaposi atau pneumonia yang mengancam jiwa berulang (Notoatmodjo, 2007).
Gejala Mayor:
1) Berat badan menurun > 10% dalam 1 bulan 2) Diare kronik yang berlangsung > 1 bulan 3) Penurunan kesadaran atau gangguan neurologi 4) Dimensia/ensefalopati HIV
Gejala Minor:
16
2) Dermatitis generalis yang gatal 3) Herpes zoster berulang
4) Candidosis orofaring
5) Herpes simplek kronis progresif 6) Limpadenopati generalis
7) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita (Notoatmodjo, 2007).
c. Cara Penularan
Virus AIDS atau HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular, walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah. Dosis virus memegang peranan penting. Semakin besar jumlah virus yang terdapat dalam tubuh maka semakin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vagina, dan serviks, serta cairan dalam otak. Sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali (Notoatmodjo, 2007).
Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu:
1) Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang penderita HIV. Ini adalah cara penularan yang paling umum terjadi, angka kejadian mencapai 80-90% dari total kejadian di dunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi
17
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genetalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomonalis. Resiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks pervaginam.
2) Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik. a) Transfusi darah/ produk darah yang tercemar HIV, resikonya
sangat tinggi hingga mencapai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kejadian di dunia.
b) Pemakaian jarum yang tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik pada pengguna narkoba suntik. Resiko kejadian mencapai 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kejadian di dunia.
c) Penularan lewat kecelakaan, seperti tertusuk jarum pada petugas kesehatan, resikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari total kejadian di dunia.
3) Terjadinya penularan secara vertikal, melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Resiko kejadian sekitar 25-40% dan terdapat 0,1% dari total kejadian di dunia (Notoatmodjo, 2007).
d. Penanganan HIV
Sampai saat ini belum ada obat yang mampu mengobati HIV secara total dari tubuh pengidapnya. Obat-obat yang dipakai adalah obat antiretroviral (ARV) dan obat profilaksis infeksi. Obat
18
antiretroviral (ARV) adalah obat yang digunakan untuk menghambat perkembangan virus (Astuti, 2008).
e. Cara Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut (Astuti, 2008):
1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual.
Pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang peranan yang penting. Oleh karena itu, setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu serangkaian upaya yang sering disebut dengan strategi A, B, C, D, E, yaitu:
Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual. Be faithful, yaitu selalu setia terhadap pasangan.
Condom, menggunakan pengaman saat melakukan hubungan yang
tidak aman atau beresiko.
Don’t inject, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali
terutama yang disuntikkan, termasuk selalu menggunakan jarum steril untuk tindik, tato dan akupuntur.
Education, selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif
dan benar tentang bahaya HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Napza.
19
2) Pencegahan penularan melalui darah.
Pencegahan HIV melalui darah menuntut kita untuk selalu berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah atau produk darah dan plasma.
3) Pencegahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat melukai kulit.
Penggunaan alat-alat seperti jarum suntik, alat cukur, alat tindik, perlu diperhatikan dalam masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi dalam pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan. Penggunaan narkoba terutama yang disuntikkan sangat tidak dianjurkan.
4) Pencegahan penularan melalui transfusi darah.
Memastikan bahwa darah yang digunakan untuk tranfusi tidak tercemar oleh HIV dan perlu dianjurkan bagi penderita HIV atau pengidap virus HIV untuk tidak mendonorkan darahnya. Begitu pula bagi mereka yang mempunyai perilaku beresiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan dan juga pengguda narkoba suntik.
5) Pencegahan penularan dari ibu kepada bayinya.
Resiko penularan HIV dari seorang ibu yang hamil dengan HIV (+) kepada bayi yang dikandungnya berkisar 30-40%. Resiko penularan tergantung dari kadar virus yang berada dalam tubuh ibu. Pada fase AIDS resiko penularan akan menjadi lebih besar, karena
20
jumlah virus dalam darah semakin tinggi. Dengan pencegahan efektif resiko penularan dapat diturunkan sekitar 5-10%, yaitu dengan cara memberikan obat antiretroviral menjelang persalinan lewat operasi caesar dan tidak memberikan ASI ibu kepada bayinya.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
( Sumber Notoatmodjo, 2007 dan Astuti, 2008). Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia 4. Sosial Ekonomi 5. Budaya 6. Media Informasi Remaja Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS: 1. Penyebab 2. Gejala 3. Cara Penularan 4. Penanganan 5. Cara Pencegahan
21
C. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Variabel tidak diteliti : Variabel yang diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS BAIK CUKUP KURANG Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia 4. Sosial Ekonomi 5. Budaya 6. Media Informasi
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian atau desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deksriptif kuantitatif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status sosial, pola hidup, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2007). Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen.
2. Waktu
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memeroleh data penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini dilakukan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2012.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi penelitian adalah sekumpulan orang/subyek dan obyek yang diamati dan memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2007).
23
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas XI IPS di Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Karangmalang Sragen pada tanggal 31 Juli 2012 dengan jumlah populasi 83 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen yang berjumlah 83 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel atau bisa juga penelitian populasi (Hidayat, 2007).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti yaitu menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, yaitu daftar peryataan yang sudah tersusun dengan baik dan matang dimana responden tinggal memberikan jawaban dengan memberi tanda (Notoatmodjo, 2007). Penilaian untuk jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban yang salah mendapatkan nilai 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar (Notoatmodjo, 2007).
24
Kuesioner yang digunakan dalam bentuk pernyataan tertutup (closed
ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan jawaban responden
dan juga mudah diolah/ditabulasi (Notoatmodjo, 2007).
Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji coba dimaksudkan untuk mendapat instrumen yang benar-benar valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SMA Negeri 1 Sragen dengan alasan karena SMA Negeri 1 Sragen masih berada dalam lingkup lingkungan yang sama dengan tempat penelitian di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen, selain itu juga berdasarkan kriteria yang sama antara kedua SMA tersebut yaitu sama-sama mempunyai ruang kelas IPA dan IPS, mempunyai fasilitas pembantu pendidikan yang memadai, dan terdiri dari siswa yang berjenis kelamin heterogen atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan jumlah responden 30 siswa kelas XI IPS. Uji validitas menggunakan teknik korelasi
moment product pearson (Sugiyono, 2007), sedangkan uji reliabilitas dengan
rumus Alpha Chronbach (Arikunto, 2006).
1. Rumus uji validitas (korelasi moment product pearson)
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus
product moment. Instrumen dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel. Rumus
25
Keterangan:
N = Jumlah responden
X = Nilai benar pada item soal
Y = Skor total responden (Sugiyono, 2007)
Penghitungan uji validitas dari 46 pernyataan pada 30 siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Sragen didapat nilai r tabel (0,361) dan r hitung (1,00) dengan N: 30 pada tingkat kepercayaan 0,05 maka r hitung > r tabel sehingga terdapat 30 instrumen yang dinyatakan valid dan 14 instrumen yang dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 7, 11, 18, 21, 26, 28, 29, 32, 34, 35, 40 ,41, 43, 46. Menurut Riwidikdo (2009) bahwa batas soal minimal untuk melakukan penelitian adalah 20 soal, sehingga soal yang tidak valid di delete karena soal yang valid telah memenuhi batas soal minimal.
1. Rumus uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Untuk menguji reliabilitas instrumen, penulis menggunakan Alpha
26
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60) (Ghozali, 2006). Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrument k = Banyaknya butir pernyataan
= Jumlah varians butir
= Varians total (Arikunto, 2006)
Hasil perhitungan dengan Alpha Cronbach dinyatakan reliabel jika α > 0.60, dari hasil perhitungan didapatkan α 0.926, karena nilai α > 0.60 maka dinyatakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.
2. Kisi-kisi Kuesioner
Tabel. 3.1
Hasil Validitas Kuesioner
No Variabel Indikator No Soal Jumlah
(soal) 1 Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS Penyebab HIV/AIDS Gejala HIV/AIDS Penanganan HIV/AIDS Cara penularan Pencegahan HIV/AIDS JUMLAH 1,2,3,4,5,6 7,8,9 10,11,12,13,14,15 16,17,18,19 20,21,22,23,24,25, 26 27,28,29,30 6 3 6 4 7 4 30
27
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket kepada siswa kelas XI IPS SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi kuesioner dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang pengetahuan HIV/AIDS. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang didapatkan dari Ketua TU yaitu data siswa kelas XI yang berada di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen sebanyak 156 siswa.
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
28
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang batasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2007). Definisi penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel. 3.2 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Skala Jumlah(soal) Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS Kemampuan siswa kelas XI IPS untuk menjawab kuesioner tentang kumpulan penyebab, gejala, cara penularan, penanganan, dan pencegahan HIV/AIDS Ordinal 1. 76-100% : Baik 2. 56-75% : Cukup 3. <56% : Kurang (Arikunto, 2006)
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2006) analisis data meliputi 3 langkah: a. Penyuntingan (Editing)
Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden, dengan memperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu:
1) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan 2) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan
29
b. Pengkodean (Coding)
Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya dilakukan memberi kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan komputer.
Untuk pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS: 1) Untuk jawaban benar diberi skor 1
2) Untuk jawaban salah diberi skor 0 c. Tabulasi (Tabulating)
Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja dan jumlah remaja menurut tingkat pengetahuan maka, ditunjukkan dengan prosentase melalui perhitungan dengan keterangan sebagai berikut :
a. Pengetahuan baik : 76% - 100% b. Pengetahuan cukup baik : 56% - 75%
c. Pengetahuan kurang baik : < 56% (Arikunto,2006).
30
Keterangan:
P = Prosentase
x = Jumlah jawaban yang benar n = Jumlah seluruh item soal
Rumus presentasi untuk jumlah remaja menurut tingkat pengetahuan