• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KESIMPULAN

Dari uraian-uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam skiripsi ini, dari Bab I sampai Bab IV akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penulis yaitu:

1. Hak asasi manusia adalah hak yang harus dihormati setiap orang terutama hak untuk hidup. Setiap manusia mempunyai hak untuk bereproduksi dan dapat menentukan kapan saja untuk bereproduksi. Wanita dalam hal ini memang memiliki hak atas tubuhnya dan mentukan apa saja yang dapat diperbuat atas tubuhnya. Hak Asasi Manusia dengan jelas menentang aborsi karena hal ini berhubungan dengan nyawa. Dipandang dari Hak Asasi Manusia janin juga memiliki hak untuk hidup dan berkembang, untuk itu janin juga harus dilindungi dan dijaga sejak dalam kandungan. Tetapi permasalahnnya akan sangat berbeda jika keadaan tersebut mengancam sang ibu dan janin yang dikandung memang tidak dapat hidup diluar kandungan, dalam hal ini aborsi dari persepektif HAM dapat dibenarkan. Aborsi yang dilakukan terhadap ibu yang memang mengancam bayinya dapat dilakukakan sebagai perlindungan atas dirinya dan mempertahankan hidupnya. Dimana dalam hal ini aborsi memang merupakan jalan terakhir

2. a. Dalam UU Kesehatan aborsi jelas dilarang, namun aborsi yang dilakukan karena indikasi kedaruratan medis dalam hal ini dapat diperbolehkan selain itu aborsi terhadap pemerkosaan juga telah dilegalkan. Dalam UU

Kesehatan aborsi yang dilakukan merupakan jalan terakhir yang harus ditempuh untuk meyelamatkan nyawa sang ibu

b. Dalam hukum pidana Indonesia (KUHP) abortus provokatus kriminalis dilarang dan diancam hukuman pidana, tanpa memandang latar belakang dilakukannya dan orang yang melakukan yaitu semua orang baik pelaku maupun penolong abortus. Ini diatur dalam Pasal 346, 347, 348 dan 349 KUHP. Sedangkan Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Pasal 75, 76, 77 jo Pasal 80, 81 dan 82 tentang Kesehatan memberikan pengecualian abortus dengan alasan medis yang dikenal dengan abortus provocatus medicalis

c. Legalisasi aborsi yang dilakukan oleh korban pemerkosaan harus dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan konsultasi kepada konselor/psikiater, sehingga jika memang harus dilakukan aborsi kiranya hal itu nantinya tidak memberikan dampak penyesalan dari wanita tersebut, sehingga keputusan untuk menggugurkan kandungan memang merupakan keputusan yang terbaik bagi wanita tersebut.

3. a. Mengenai legalisasi terhadap korban perkosaan dan legalisasi aborsi di Indonesia masih menuai berbagai pro dan kontra dikalangan masyarakat. Masyarakat yang pro menilai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan merupakan hal yang bisa dilakukan jika memang nantinya anak yang dilahirkan akan membawa tekanan psikis terhadap wanita tersebut dan aborsi sah saja dilakukan karena memang tidak merugikan orang lain karena yang merasakan sakit adalah wanita tersebut. Sedangkan janin yang timbul karena perkosaan tidaklah bersalah dan tetap mempunyai hak untuk hidup dan dilindungi. Anak tersebut harus tetap dilahirkan, dan kalau memang

anak tersebut akan mengingatkan ibu pada perkosaan anak tersebut bisa dijauhkan dari ibu.

b. Menurut pandangan psikolog dan psikiater aborsi tersebut secara psikologi dibenarkan karena memang kelahiran anak akan mengingatkan wanita tersebut, tetapi hal tersebut bukanlah solusi yang tepat.

c. Mengenai legalisasi aborsi, menurut pandangan masyarakat tidak boleh dilakukan kecuali karena indikasi kedaruratan medis, karena janin didalam kandungan punya hak untuk hidup dan jika aborsi dilegalkan maka akan menggeser nilai-nilai norma dalam masyarakat.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat dikemukan oleh penulis adalah:

1. Dalam pergaulan hidup sehari-hari masyarakat diharapkan untuk tidak secara langsung dan nyata memusuhi wanita yang hamil diluar nikah. Karena hal ini tanpa disadari dapat menimbulkan wanita yang bersangkutan frustasi sehingga mendorong dirinya untuk melakukan tindakan pengguguran kandungan. Dan disamping itu juga harus ditingkatkan pengetahuan masyarakat luas terutama generasi muda tentang pengertian yang mengatur norma kesopanan, kesusilaan, dan agama yang melarang seseorang melakukan hubungan sex diluar nikah 2. Diharapkan para dokter dan tenaga medis lainya menghindari melakukan

tindakan aborsi kriminalis. Karena itu merupakan tindakan kejahatan dan bertentangan dengan ajaran agama untuk itu para dokter dan tenaga medis lainnya dalam menjalankan profesinya harus sesuai dengan standar profesi medis dan selalu menjaga sumpah profesi dan kode etiknya dalam pekerjaan

sehingga pelaku aborsi terutama dan tenaga medis lain dapat membantu mengurangi kejadian aborsi kriminalis dapat dikurangi

3. Sebaiknya kelahiran anak dalam lingkungan keluarga di terima sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa Karena perkembangan baik buruknya anak tercermin dari kerelaan menerima dan membimbing anak tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, chrisdiono,2006, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran, Buku Kedokteran, Jakarta.

Badudu, Js, dan Sutan Mohamad Zain,1996, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Bertenens, K, 2002, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Grasindo, Jakarta.

Ediwarman, 1996. Hukum Tentang Pengguguran Kandungan Menurut Padangan Hukum Pidana dan Hukum Islam, FH-USU, Medan.

Guwandi, J, 1995, Persetujuan Tindak Medik (Informed Consent), Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Hawari, Dadang, 2006, Aborsi Dimensi Psikoreligi, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Ihromi,Omas Tapi dan Luhulima, Achie (ed.), 2005, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk Mewujudkan Keadilan Gender, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Kurnia, Titon Slamet, 2007, Hak Atas Derajat Kesehatan Sebagai HAM di

Indonesia, PT Alumni, Bandung.

Kusmaryanto, SCJ, CB, 2002, Kontroversi Aborsi, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetetri, Penerbit EGC, Jakarta

Muhammad, Kartono, 2005, Teknologi Kedokteran dan Tantangan Terhadap Bioetika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Moelyatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta Yogyakarta. Rukmini, Mien, 2004, Laporan Akhir Penelitian Tentang Aspek Hukum

Pelaksanaan Aborsi Akibat Perkosaan, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM, Jakarta.

Siregar,Hasnil Basri, 1994, Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit Kelompok studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Usu, Medan.

Sunggono, Bambang, 1997, Metode Penelitian Hukum, PT Rajag Grafindo Persada, Jakarta.

Samil, Ratna Suprapti, 2001, Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Taber, Ben-Zoin. 1994. Kedaruratan Obsetetri dan Gonekologi, Penerbit EGC, Jakarta.

B. INTERNET

Kandungan, Tanggal 15 Juni 2008

(Ditinjau dari Hukum islam dan Hukum positif)”

http:www.lbh-apik.or.id/fact-32.htm, Aborsi Dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan. www.google .com

www. Aborsi.com

C. PERUNDANG-UNDANGAN

Soesilo, R, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Undang-undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kode etik Kedokteran