• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Penutupan lahan hasil klasifikasi

Hasil klasifikasi lanjutan citra FORMOSAT 2 tahun 2006 dan citra Landsat 7/ETM+ tahun 1999 dapat digunakan untuk menghitung luas penutupan lahan gugus Pulau Pari untuk kelas darat dan pemukiman serta vegetasi mangrove seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Luas penutupan lahan gugus Pulau Pari tahun 1999 dan 2006 Tahun 1999

(Citra Landsat 7/ETM+)

Tahun 2006 (Citra FORMOSAT 2) Kelas

Jumlah Piksel Luas (m2) Jumlah Piksel Luas (m2) Darat dan pemukiman 552 496.800 10.427 667.328

Vegetasi mangrove 360 324.000 3.470 222.080

Laut 21.096 18.986.400 295.591 18.917.824

Total 22.008 19.807.200 309.488 19.807.232

Menurut hasil klasifikasi citra Landsat 7/ETM+ tahun 1999, luas darat dan pemukiman di gugus Pulau Pari tahun 1999 adalah 496.800 m2 dan luas vegetasi mangrove sebesar 324.000 m2. Sementara menurut hasil klasifikasi citra

FORMOSAT 2 tahun 2006, luas darat dan pemukiman Pulau Pari diperkirakan sebesar 667.328 m2 dan luas vegetasi mangrove sebesar 222.080 m2. Diperkirakan luas darat dan pemukiman Pulau Pari yang bertambah akibat konversi mangrove sebesar 170.528 m2 atau 34,32 % dari luas semula. Ekosistem mangrove yang berkurang akibat konversi diperkirakan sebesar 101.920 m2 atau 31,46 % dari luas semula.

Hasil overlay hasil klasifikasi tak terbimbing dan citra transformasi NDVI baik pada citra FORMOSAT 2 tahun 2006 dan Landsat 7/ETM+ tahun 1999 dapat digunakan untuk menghitung luas tutupan mangrove gugus Pulau Pari menurut

kerapatannya (Tabel 12 dan 13) serta dapat ditampilkan dalam bentuk peta (Gambar 28 dan 39). Perubahan kerapatan ekosistem mangrove di sebelah Barat Pulau Pari pada tahun 1999 dan 2006 terdapat pada Gambar 30.

Tabel 12. Luas tutupan mangrove menurut kerapatan gugus P. Pari tahun 2006 Kelas Jumlah Piksel Luas (m2)

Mangrove Sangat Jarang 458 29.312

Mangrove Jarang 503 32.192

Mangrove Sedang 675 43.200

Mangrove Rapat 889 56.896

Mangrove Sangat Rapat 945 60.480 Darat dan pemukiman 10.427 667.328

Tabel 13. Luas tutupan mangrove menurut kerapatan gugus P. Pari tahun 1999 Kelas Jumlah Piksel Luas (m2)

Mangrove Sangat Jarang 192 172.800

Mangrove Jarang 49 44.100

Mangrove Sedang 37 33.300

Mangrove Rapat 27 24.300

Mangrove Sangat Rapat 55 49.500 Darat dan pemukiman 552 496.800

Menurut hasil klasifikasi citra FORMOSAT 2, ekosistem mangrove gugus Pulau Pari tahun 2006 dapat dikelompokkan menjadi lima kelas berdasarkan nilai NDVI, yaitu mangrove sangat jarang, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat. Mangrove kelas sangat rapat merupakan kelas terluas, yaitu 60.480 m2 dan mangrove sangat jarang merupakan ekosistem mangrove dengan luas terkecil sebesar 29.312 m2.

Gambar 30. Perubahan kerapatan ekosistem mangrove di sebelah barat Pulau Pari pada Tahun 1999 (a) dan Tahun 2006 (b)

(a) (b)

Menurut hasil klasifikasi citra Landsat 7/ETM+ tahun 1999, ekosistem mangrove di gugus Pulau Pari tahun 1999 dapat dikelompokkan menjadi lima kelas berdasarkan nilai NDVI, yaitu mangrove sangat jarang, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat. Kelas terluas, yaitu mangrove sangat jarang memiliki luas 172.800 m2 sementara mangrove kelas rapat merupakan ekosistem mangrove dengan luas terkecil sebesar 24.300 m2.

Perbandingan hasil klasifikasi citra FORMOSAT 2 dan citra Landsat 7/ETM+ dapat menunjukkan perubahan luas ekosistem mangrove gugus Pulau Pari selama tujuh tahun dari tahun 1999 sampai tahun 2006 pada Tabel 14.

Tabel 14. Perubahan luas tutupan mangrove gugus P. Pari tahun 1999 dan 2006 Luas Mangrove (m2)

Kelas

Tahun 1999 Tahun 2006

Perubahan Luas (m2) Mangrove Sangat Jarang 172.800 29.312 - 143.488 Mangrove Jarang 44.100 32.192 - 11.908 Mangrove Sedang 33.300 43.200 + 9.900 Mangrove Rapat 24.300 56.896 + 32.596 Mangrove Sangat Rapat 49.500 60.480 + 10.980 Total Mangrove 324.000 222.080 - 101.920

Keterangan : - Berkurang

+ Bertambah

Tabel 14 menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di gugus Pulau Pari Tahun 1999 dan 2006 dapat dikelompokkan menjadi mangrove sangat jarang, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat berdasarkan nilai NDVI.

Pada tahun 2006 mangrove kelas sedang mengalami pertambahan luas sebesar 9.900 m2, rapat sebesar 32.596 m2 dan kelas sangat rapat sebesar 10.980 m2.Walaupun kondisi ekosistem mangrove tahun 2006 lebih baik dari tahun 1999

jika dilihat dari kerapatannya, tetapi total luas ekosistem mangrove gugus Pulau Pari jauh berkurang. Luas ekosistem mangrove gugus Pulau Pari selama tujuh tahun dari tahun 1999 ke tahun 2006 diperkirakan berkurang sebesar 101.920 m2 atau 31,46 % dari luas semula. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat, hal ini disebabkan oleh kondisi Pulau Pari yang mengalami banyak perubahan khususnya konversi ekosistem mangrove menjadi lokasi pemukiman.

Struktur perumahan penduduk dan lingkungan di Kelurahan Pulau Pari dikatakan belum tertata dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kriteria seperti keteraturan susunan rumah, tertatanya jalan umum yang menghubungkan blok rumah, jaringan pembuangan limbah rumah tangga yang baik, tersedianya septic tank dan fasilitas pembuangan akhir dari sampah rumah tangga (Budiyanto, 2002). Di Kelurahan Pulau Pari, kondisi bangunan rumah sebagian besar adalah bangunan sekunder. Jumlah bangunan semi permanen sebanyak 49 unit,

permanen 111 unit, dan sekunder 205 unit. Rumah-rumah tersebut umumnya beratap genteng dan beberapa yang beratap asbes (Lampiran 4).

Sebelum tahun 1900-an, Pulau Pari adalah pulau tak berpenghuni dan belum memiliki nama. Berkuasanya Belanda memaksa warga sekitar Tangerang menetap di sana untuk menghindari kerja paksa. Tahun 1960-an, dengan swadaya masyarakat dan bantuan dari pemerintah setempat, dibangun gedung Sekolah Dasar (SD). Pengetahuan masyarakat mengalami perkembangan. Dari hanya mengandalkan penghasilan dari nelayan, mereka mencoba mengeksploitasi perairan sekitar dengan melakukan budidaya. Rumput laut Bali menjadi pilihan sebagai komoditi untuk dibudidayakan. Kemudian, pemerintah membangun pusat penelitian yang dikelola oleh LIPI (www.pulauseribu.net, 2007). Beberapa

fasilitas pendidikan, sarana perekonomian, armada dan alat tangkap nelayan di Kelurahan Pulau Pari terdapat pada Lampiran 5 sampai 9.

Jumlah penduduk di Kelurahan Pulau Pari tahun 2001 adalah 1.872. Pulau Lancang Besar sebanyak 1259 jiwa terdiri dari 905 dewasa dan 354 anak-anak, sedangkan Pulau Pari sebanyak 613 jiwa terdiri dari 421 dewasa dan 192 anak-anak (Lampiran 10, 11, dan 12). Komposisi penduduk terbesar di Kelurahan Pulau Pari adalah usia muda atau produktif dengan umur 0-44 sebesar 80,45 %. Tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Pulau pari tahun 2001 sebesar 19,79 jiwa/Ha dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 935 dan perempuan sebanyak 937 (Budiyanto, 2002).

Profesi penduduk Kelurahan Pulau Pari sebagian besar adalah nelayan (83,81 %), sedangkan profesi sebagai pegawai negeri memiliki jumlah 25 jiwa atau 5,12 %. Profesi sebagai karyawan swasta adalah terrendah yaitu 3 jiwa atau 0,61 % (Lampiran 13). Hal ini karena ruang gerak masyarakat yang terbatas akibat dikelilingi oleh laut dan jarak cukup jauh dari Jakarta.

Kondisi tersebut membuat sebagian ekosistem mangrove mengalami konversi menjadi tempat tinggal dan bangunan lain seperti dermaga dan tempat perendaman rumput laut. Selain itu, aktivitas penduduk Pulau Pari untuk

memenuhi kebutuhan hidup semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan penduduk akan kayu untuk rumah, kayu bakar dan kegiatan perikanan seperti patok keramba apung serta budidaya rumput laut membuat vegetasi mangrove di pulau ini semakin berkurang. Menurut Budiyanto (2002), secara umum tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove di Kelurahan Pulau Pari masih sangat rendah yaitu 73,33 % dari penduduk tetap dan 70 % dari penduduk

pendatang (Lampiran 14). Namun, secara umum Secara umum penduduk di Kelurahan Pulau Pari mengetahui bahwa ekosistem mangrove memiliki peranan penting untuk pelestarian alam (Lampiran 15).

Dokumen terkait