• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

2007 2008 2009 2010 2011 1 Prev. Rate /

1. Jumlah SD diperiksa 56,1 ribu 23,4 ribu Turun ABER (Cakupan Pemeriksaan

3.3.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

PD3I (Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan imunisasi. PD3I yang akan dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum dan Polio.

a. Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan virus morbili, disebarkan melalui droplet bersin/batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk-pilek, mata merah (conjunctivitis) selanjutnya timbul ruam di seluruh tubuh.

Penyakit Campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dan berdasarkan data dari Depkes menyebutkan frekuensi KLB campak menduduki urutan ke empat setelah DBD, diare dan chikungunya. Kematian akibat campak pada umumnya disebabkan kasus komplikasi seperti meningitis.

Gambar 3.15. Trend Kasus Campak di Provinsi Jaw Timur Tahun 2008 – 2011

Kasus campak mencapai tertinggi pada tahun 2005 dan 2006. Kasus mulai menurun setelah pada tahun 2007 (bulan Pebruari) dilakukan Kampanye Campak.

Empat tahun kemudian (tahun 2011) dilakukan kampanye campak kembali, diharapkan kasus campak akan terus menurun dan cakupan imunisasi >95%. Bila ini tercapai maka program penangulangan campak akan memasuki tahap “eliminasi”.

3518 3370 4434 2871 2437 4807 5530 2612 992 1073 1988 2926 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur

24

b. Difteri

Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diptheriae dengan gejala awal adalah demam 38 C,

pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorok (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor).

Difteri merupakan kasus “ Re Emerging Disease” di Jawa Timur karena kasus Difteri sebenarnya sudah menurun pada tahun 1985, namun kembali meningkat pada tahun 2005 saat terjadi KLB di Bangkalan. Dan sejak itu, penyebaran Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya pada tahun 2010 sebanyak 300 kasus dengan 21 kematian dan Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang kasus Difteri terbesar di Indonesia (74%) bahkan di dunia.

Gambar 3.16 Perkembangan Penyakit Difteri di Provinsi Jawa Timur tahun 2000 – 2010

Penyebaran kasus Difteri menurut Kabupaten/Kota selama empat tahun terakhir dapat diamati pada gambar dibawah ini, dan bila diperhatikan ada beberapa Kabupaten/Kota selalu punya kasus Difteri setiap tahunnya.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur

25

Gambar 3.17 Distribusi Difteri di Provinsi Jawa Timur tahun 2007 – 2011

Berdasarkan kelompok umur, penyakit difteri meningkat pada kelompok usia 10-14 tahun dan usia > 15 tahun, sementara pada kelompok usia < 1 tahun dan usia 5-9 tahun cenderung menurun seperti gambar dibawah ini.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur

26

Gambar 3.18. Distribusi Penderita Difteri Berdasarkan Kelompok Umur

di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2010

Upaya menekan kasus Diphteri, dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin DPT+HB. Vaksin tersebut diberikan 3 kali yakni pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Selain itu karena terjadi lonjakan kasus pada usia sekolah maka imunisasi tambahan TD juga diberikan untuk anak SD/sederajat kelas 4-6 dan SMP di 10 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Blitar, Banyuwangi, Pasuruan, Mojokerto dan Kota Surabaya. Adapun cakupan imunisasi DPT3+HB3 di Jawa Timur tahun 2011 sebesar 99,72%.

c. Pertusis/Batuk Rejan

Pertusis adalah penyakit yang disebabkanbakteri Bardetella pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa 1-3 bulan sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun dan penularannya melalui droplet atau batuk penderita .

Pada tahun 2011 ada 6 Kabupaten di Jawa Timur yang melaporkan kasus pertusis dengan jumlah penderita 23 orang, kasus terbanyak ada di Kabupaten Pacitan (12 kasus). Upaya pencegahan kasus Pertusis dilakukan melalui imunisasi DPT+HB sebanyak 3 kali yaitu saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan atau usia yang lebih dari itu tetapi masih dibawah 1 tahun (usia s/d 11 bulan).

d. Tetanus Neonatorum (TN)

Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan

Clostridium tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan

kematian. Penanganan Tetanus neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur

27

higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat.

Gambar 3.19 Trend Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum (TN) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 - 2011

Dari gambar diatas terlihat adanya kenaikan kasus TN dari tahun 2010 ke tahun 2011, namun kematian masih sangat tinggi. CFR paling tinggi terlihat pada tahun 2009.

Penyebaran kasus TN di Jawa Timur tahun 2008 – 2011 seperti terlihat pada ganbar dibawah ini

Gambar 3.20 Sebaran Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2011

Dari gambar diatas ada beberapa daerah yang selalu ada kasus setiap tahunnya, diantaranya adalah Blok Madura dan Blok Besuki (Banyuwangi, Jember, Bondowoso dan Situbondo). Kedua wilayah tersebut termasuk dalam wilayah Tapal Kuda, merupakan suatu daerah dimana banyak penolakan masalah imunisasi leh sekelompok masyarakatnya sehingga hampir semua kasus PD3I selalu tinggi di 0 5 10 15 20 25 30 2008 2009 2010 2011 28 28 25 28 14 18 10 16 Jml Kasus Jml Mati

2008

2010

2008

2008 2009

2011

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur

28

wilayah tersebut. Disamping daerah tersebut, daerah sekitar Malang, Ngawi dan Tuban bahkan Surabaya sering terjadi kasus TN.

e. AFP (Acute Flacid Paralysis)

Poliomyelitis/polio merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan virus polio. Cara penularan Polio terbanyak melalui mulut ketika seseorang mengkonsumsi mak-min yang terkontaminasi lendir, dahak atau feses penderita polio. Virus masuk aliran darah ke sistem saraf pusat menyebabkan otot melemah dan kelumpuhan, menyebabkan tungkai menjadi lemas secara akut.

Penyakit polio harus dibuktikan masih ada atau sudah tidak ada dengan dibuktikan penemuan kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis). Kegiatan surveilans AFP menjadi salah satu kunci dalam mencapai Eradiki Polio (Erapo), sehingga diharapkan suatu saat dunia ini akan bebas dari penyakit Polio. Jumlah kasus AFP tahun 2012 adalah 210 kasus dan trend penemuan per bulan selama tahun 2011 dapat dilihat pada ganbar dibawah ini.

Gambar 3.21 Trend Penemuan Kasus AFP per Bulan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011

Penemuan kasus pada awal tahun memang cukup tinggi, penurunan yang terlihat mulai konsisten pada bulan Juli sampai dengan Desember. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kesibukan petugas surveilans dalam rangka musim haji dan adanya KLB Difteri yang melanda seluruh wilayah Jawa Timur.

Dokumen terkait