• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dimensi yang luas, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikosial (Afiatin, 2008:12). Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang digunakan tidak hanya untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya. Karena pengaruhnya itulah narkoba disalahgunakan. Sifat pengaruh itu sementara, sebab setelah itu timbul rasa tidak enak. Untuk menghilangkan rasa tidak enak, ia menggunakan narkoba itu lagi. Karena itu, narkoba mendorong seseorang memakainya lagi (Martono dan Joewana, 2008: 15).

Penyalahgunaan narkoba tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya penyalaggunaan narkoba ini, antara lain:

1) Faktor Individu

Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda, hal ini di karenakan proses perkembangan yang terjadi di tiap-tiap individupun

tidak sama. Usia yang berbeda dan rasa ingin tahu yang pada akhirnya membawa individu pada persepsi yang salah mengenai narkoba.

2) Faktor Keluarga

Keluarga sebagai wadah pertama bagi anggota keluarga untuk bersosialisasi, maka komunikasi yang baik antar anggota keluarga sangatlah penting guna membangun karakteristik anggota keluarga yang kuat. Keluarga yang tidak harmonis dimana selalu terjadi konflik dan orang tua yang otoriter merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang dalam penggunaan narkoba.

3) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan yang rawan dan tidak sehat dimana seseorang bergaul dan bersosialisasi dapat menjadi pendorong bagi perkembangan yang menyimpang atau dengan sederhananya dapat dikatakan terikut dengan arus pergaulan yang tidak benar.

4) Tersedianya Narkoba

Selain faktor pendorong ada pula faktor yang memicu penyalahgunaan narkoba, yaitu ketersediaan narkoba yang sangat mudah untuk didapatkan di setiap jenjang masyarakat. Para penjual narkoba berkeliaran disetiap sudut kehidupan, baik di gang sempit, warung makan, sekolah, tempat nongkrong, permukiman masyarakat dan sebagainya.

Ketergantungan tidak berlangsung seketika, tetapi melalui rangkaian proses penyalahgunaan. Ada beberapa tahapan atau pola pemakaian narkoba, yaitu sebagai berikut :

1) Pola coba-coba

Karena iseng atau ingin tahu. Pengaruh kelompok sebaya sangat besar, yaitu teman dekat atau orang lain yang menawarkan atau membujuk untuk memakai narkoba. Ketidakmampuan berkata ‘tidak’ mendorong anak untuk mencobanya, apalagi jika ada rasa ingin tahu atau ingin mencoba.

2) Pola pemakaian sosial

Yaitu pemakaian narkoba untuk kepentingan pergaulan (kumpul, acara tertentu) dan keinginan untuk diakui atau diterima kelompoknya. 3) Pola pemakaian statuasional

Yaitu karena situasi tertentu, seperti kesepian dan stres. Tahapan ini disebut juga tahap instrumental, karena dari pengalaman pemakaian sebelumnya, disadari bahwa narkoba dapat menjadi alat untuk mempengaruhi atau memanipulasi emosi dan suasana hatinya. Di sini pemakaian narkoba telah mempunyai tujuan, yaitu sebagai cara mengatasi masalah (compensatory use). Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh narkoba secara aktif.

4) Pola habituasi (kebiasaan)

Pada tahap ini telah mencapai tahap pemakaian teratur atau sering. Terjadi perubahan pada tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti teman pecandu. Kebiasaan, pakaian, pembicaraan, dan lain-lain berubah. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, sulit tidur, atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-cita semula menjadi hilang. Sering membolos sekolah atau bekerja menyebabkan prestasi merosot. Lebih

suka menyendiri dari pada berkumpul bersama keluarga. Meskipun pemakaiannya masih terkendali, telah terjadi gejala awal ketergantungan. Inilah penyalahgunaan narkoba secara klinis.

5) Pola ketergantungan (kompulsif)

Dengan gejala khas, yaitu timbulnya toleransi dan atau gejala putus zat. Ia berusaha untuk selalu memperoleh narkoba dengan berbagai cara: berbohong, menipu, dan mencuri. Ia tidak dapat lagi mengendalikan dari dalam penggunaannya, sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman rusak. Pada pemakaian beberapa jenis narkoba seperti putaw ketergantungan terjadi sangat cepat (Martono & Joewana, 2008: 15).

Sedangkan dampak penyalahgunaan narkoba secara umum adalah sebagai berikut :

Dampak Fisik :

a) Badan kurus karena pola makan yang tidak teratur b)Gagal ginjal

c) Pelemakan hati, pengkerutan hati, kanker hati d)Radang paru-paru, radang selaput paru, TBC Paru

e) Rentan terhadap berbagai penyakit hepatitis B, C, dan HIV/AIDS f) Cacat janin

g)Impotensi

h)Gangguan menstruasi i) Pucat akibat kurang darah j) Penyakit lupa ingatan

k)Kerusakan otak l) Radang pancreas m)Radang syaraf n)Mudah memar

o)Gangguan fungsi jantung p)Menyebabkan kematian

Dampak Psikologis : a) Emosi tidak terkendali

b)Curiga berlebihan (tidak sejalan antara fikiran dengan kenyataan) c) Selalu berbohong

d)Tidak merasa aman

e) Tidak mampu mengambil keputusan yang wajar f) Tidak memiliki tanggung jawab

g)Kecemasan yang berlebihan dan depresi h)Ketakutan yang luar biasa

i) Hilang ingatan

Dampak Sosial :

a) Hubungan dengan keluarga, guru, dan teman serta lingkungan terganggu

b)Mengganggu ketertiban umum

c) Selalu menghindari kontak dengan orang lain

d)Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan positif e) Melakukan hubungan seks secara bebas

f) Tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada

g)Melakukan tindakan kekerasan, baik fisik, psikis maupun seksual h)Mencuri (Nasution, 2004: 36).

Akibat penyalahgunaan narkoba adalah: 1. Bagi diri sendiri

a. Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja • menurunnya daya ingat sehingga mudah lupa

• menurunnya perhatian sehingga sulit berkonsentrasi

• menurunnya persepsi sehingga member perasaan semu/khayal

• menurunnya motivasi sehingga keinginan dan kemampuan belajar merosot, persahabatan rusak, serta minat dan cita-cita semula padam

Oleh karena itu, narkoba menyebabkan perkembangan normal mental-emosional dan sosial menjadi terhambat

b. Intoksikasi (keracunan), yakni gejala yang timbul akibat pemakainan narkoba dalam jumlah yang cukup, berpengaruh pada tubuh dan perilakunya. Gejalanya tergantung pada jenis, jumlah, dan cara penggunaan. Istilah yang sering dipakai pecandu adalah

pedauw, fly, mabuk, teller, dan high.

c. Overdosis (OD), yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan (heroin) atau perdarahan otak (amfetamin, sabu). OD terjadi karena toleransi sehingga perlu dosis yang lebih

besar, atau karena sudah lama berhenti pakai, lalu memakai lagi dengan dosis yang dahulu digunakan.

d. Gejala putus zat, yakni gejala ketika dosis yang dipakai berkurang atau dihentikan pemakaiannya. Berat atau ringannya gejala tergantung pada jenis zat, dosis, dan lama pemakaian.

e. Berulang kali kambuh, yakni ketergantungan menyebabkan

craving (rasa rindu pada narkoba), walaupun telah berhenti pakai. Narkoba dan perangkatnya, kawan-kawan, suasana, dan tempat-tempat penggunaannya dahulu mendorongnya untuk memakai narkoba kembali. Itulah sebabnya pecandu akan berulang kali kambuh.

f. Gangguan perilaku/mental-sosial, yakni acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, marah, menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga/sesama terganggu. Terjadi perubahan mental: gangguan pemusatan perhatian, motivasi belajar/bekerja lemah, ide paranoid, dan gejala

Parkinson.

g. Gangguan kesehatan, yakni kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti hati, jantung, paru, ginjal, kelenjar endokrin, alat reproduksi; infeksi (hepatitis B/C (80%), HIV-AIDS (40-50%), penyakit kulit dan kelamin; kurang gizi, penyakit kulit, dan gigi berlubang.

h. Kendornya nilai-nilai, yakni mengendornya nilai-nilai kehidupan agama-sosial-budaya, seperti perilaku seks bebas dengan akibatnya (penyakit kelamin, kehamilan tak diinginkan). Sopan

santun hilang. Ia menjadi asosial, mementingkan diri sendiri, dan tidak mempedulikan kepentingan orang lain.

i. Masalah ekonomi dan hukum, yakni pecandu terlibat utang, karena berusaha memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Ia mencuri uang atau menjual barang-barang milik pribadi atau keluarga. Jika masih sekolah, uang sekolah digunakan untuk membeli narkoba, sehingga terancam putus sekolah. Jika bekerja, ia terancam putus hubungan kerja. Mugkin juga ia ditahan polisi atau bahkan dipenjara.

2. Bagi keluarga

Suasana nyaman dan tenteram terganggu. Keluarga resah karena barang-barang berharga di rumah hilang. Anak berbohong, mencuri, menipu, tak bertanggung jawab, hidup semaunya, dan asosial. Orang tua malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak.

Masa depan anak tidak jelas. Ia putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan. Stres meningkat. Orang tua putus asa sebab pengeluaran uang meningkat karena pemakaian narkoba atau karena anak harus berulang kali dirawat, bahkan mungkin mendekam di penjara. Keluarga harus menanggung beban sosial-ekonomi ini (Martono & Joewana, 2008:18-20).

Berdasarkan uraian tersebut semakin jelaslah bahwa narkoba bukan saja berdampak pada diri si pemakai melainkan kerusakan eksternal yang berpengaruh pada lingkungan masyarakat sekitarnya.

Dokumen terkait