• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Penyangga

Dalam dokumen AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (Halaman 30-43)

B. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan kehutanan (Agroforestry)  Definisi Agroforestri

3) Ruang Penyangga

Ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi menyangga ruang-ruang wisata di dalam kawasan wisata dari gangguan yang berasal dari luar kawasan. Ruang penyangga dapat berupa area konservasi yang berfungsi melindungi kawasan wisata dari kerusakan, mengkonservasi tanah dan air.

Analisis menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach) menurut Muljadi (2012) yaitu dengan menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai bahan hukum primer. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani. Pendekatan lain yang dipergunakan adalah analisis konsep hukum (analytical and

conceptual approach), yaitu : Mempelajari pandangan dan doktrin yang berkembang di

dalam ilmu hukum sehingga akan menemukan ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep hukum dan asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Perlindungan hukum terhadap wisatawan sangat penting, mengingat kegiatan pariwisata berintikan pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan ketentraman masyarakat, yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Di era globalisasi perlindungan hukum terhadap pengguna jasa pariwisata baik domestik maupun mancanegara dan para pengusaha pariwisata sangat dibutuhkan. Secara yuridis produk hukum yang dapat dicermati terkait dengan pengaturan perlindungan hukum terhadap wisatawan yang diuraikan oleh Simatupang (2009) adalah Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Ketentuan Pasal 20 huruf c dari undang-undan gini menyatakan bahwa setiap wisatawan berhak memperoleh perlindungan hukum dan keamanan. Secara eksplisit hak wisatawan untuk mendapatkan perlindungan hukum diatur dalam ketentuan Pasal 20 huruf c undang-undang No. 10 tahun 2009. Pihak pengusaha pariwisata, menurut ketentuan Pasal 26 ayat (d) berkewajiban memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan dan keselamatan wisatawan.

28 Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menurut ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf a, berkewajiban menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan dan keselamatan kepada wisatawan. Selain dalam Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, maka perlindungan hukum terhadap hak-hak wisatawan sebagai konsumen diatur dalam Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Diantara hak-hak konsumen dimaksud adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa (Pasal 4 huruf a). Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut terdapat pada pasal 4 huruf e. Berpokok pangkal pada hak dan kewajiban wisatawan dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, seorang wisatawan dapat dikatakan sebagai konsumen di bidang pariwisata (Simatupang, 2009).

Wisatawan sebagai konsumen menurut Simatupang (2009) mempunyai hak-hak yang diatur dalam Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 1999. Undang-undang No. 10 tahun 2009 dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 dapat dijadikan rujukan untuk melindungi dan mengatur hak dan kewajiban wisatawan sebagai konsumen jasa pariwisata. Perlindungan terhadap wisatawan harus dipertahankan, sebab tanpa hal itu wisatawan cenderung tidak akan memilih negara Indonesia sebagai negara tujuan wisata. Bila hal ini terjadi, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan kepariwisataan di dalam negeri.

Latihan Soal!

1. Berikan penjelasan mengenai pengertian agrowisata menurut kalian dan sebutkan beberapa peran agrowisata pada lingkungan !

2. Pengelolaan agrowisata harus mempertimbangkan beberapa aspek menurut Sastrayuda (2010). Jelaskan !

3. Jelaskan potensi wisata yang mungkin dikembangkan sesuai karakteristik lokasi/ ekologi !

4. Bagaimana tahap dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pendirian agrowisata?

5. Sebutkan 3 ruang utama kawasan berdasarkan konsep perencanaan lanskap dan data yang telah dianalisis !

29 7. STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Strategi pembangunan agrowisata menurut Gurindawangsa dkk (2017) adalah dengan melakukan beberapa analisis terhadap keefektifan promosi, pengembangan sarana dan prasarana, peningkatan peran serta pemerintagh, swasta dan masyarakat dan rencana strategis sebagai berikut :

a) Promosi pariwisata

Promosi dilakukan agar dapat efektif perlu adanya bauran promosi, yaitu kombinasi yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan penjualan. Ada lima jenis kegiatan promosi, antara lain : (Kotler, 2001) periklanan, personal selling, publisitas, promosi penjualan, pemasaran langsung.

b) Pengembangan Sarana dan Prasarana

Menurut Yoeti (1996:186), sarana dan prasarana kepariwisataan dapat diartikan sebagai semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada para wisatawan, tetapi hidup dan kehidupan tidak selamanya akan tergantung kepada wisatawan. Sedangkan prasarana merupakan semua fasilitas yang memproses perekonomian berjalan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

c) Peran serta Pemerintah, Swasta dan Masyarakat

Pemerintah berfungsi sebagai pembuat peraturan dan pendukung pelaksanaan pembangunan pariwisata. Swasta berfungsi pengembang atau pelaksana pembangunan kegiatan pariwisata. masyarakat berperan sebagau tuan rumah dan pelaku pembangunan pariwisata.

d) Rencana Strategis

Gurindawangsa dkk (2017) melakukan penelitian pada wisata Gubugklakah, Malang dan menyimpulkan bahwa terdapat strategi pengembangan (1) produk berupa pengembangan atraksi tubing dan tari topeng; (2) sarana dan prasarana berupa pembangunan taman di sekitar pintu masuk, perbaikan trotoar dan jalan ke kebun, (3) pasar dan promosi berupa kepemilikan website sendiri dan pemasaran pada berbagai media sosial serta kerjasama dengan 58 travel agent sehingga pemasaran semakin luas dan banyak, (4) sumber daya manusia berupa penambahan jumlah anggota dan pengadaan pelatihan, (5) kemitraan / kerjasama dengan pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat dan tengkulak untuk meminimalisir kerugian petani, dan dampak dari strategi tersebut dalam bidang ekonomi dan sosial seperti peralihan petani menjadi pengusaha ekonomi dan penjualan lahan pertanian serta adanya ancaman peniruan atau adaptasi budaya asing dari pengunjung domestik maupun mancanegara

Pengembangan agrowisata harus berkelanjutan seiring perkembangan teknologi informasi dan budaya yang sangat cepat sehingga unit bisnis agrowisata harus mampu terus berinovasi dengan tetap mempertimbangkan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Dalam menentukan strategi pengembangan, Dinas Pertanian Yogyakarta pada tahun 2013 melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) yakni dengan mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek agrowisata sehingga dapat direncanakan strategi untuk memperbaikinya. Dinas Pertanian Yogyakarta

Tujuan Umum:

30 bekerjasama dengan CV. Bina Usaha Pertanian kemudian memetakan strategi pengembangan agrowisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai berikut :

Peta Strategi Pengembangan Agrowisata di DIY

Strategi pemerintah daerah dalam pengembangan agrowisata lain yang dapat dilakukan menurut Usman dkk (2012) pada agrowisata di Kabupaten Bantaeng seperti sosialisasi/ pembinaan masyarakat termasuk pemberian dana atau bantuan kepada para petani apel dan stroberi, penyediaan sarana dan prasarana untuk kemudahan akses pengunjung, budi daya tanaman mencakup pengelolaan, penanaman dan pemeliharaan agrowisata. Pengembangan agrowisata dapat dilakukan di desa maupun perkotaan. Sulistiyantara (1990) mengemukakan, pengembangan pengelolaan agrowisata di perkotaan memerlukan kerjasama yang erat antar berbagai sektor, yaitu sektor perhubungan, sektor pariwisata, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor pembangunan daerah dan sebagainya. Pada dasarnya hubungan antara peminta jasa agrowisata dan penyedia agrowisata memerlukan kerjasama yang erat, yang mampu mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Mayasari dan Tezar (2013) menyusun model pengembangan Agrowisata Perkotaan Berdasarkan Luas Area dengan memperhatikan beberapa titik kritis seperti permodalan, kemampuan pengelola, motivasi dan keinginan kuat pengelola serta kebersamaan dan kekompakan visi misi pengelola sebagai berikut :

31 Latihan Soal!

1. Berikan contoh strategi promosi agrowisata menurut kalian !

2. Bagaimana peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan agrowisata ?

3. Sebutkan beberapa langkah rencana strategis dalam pengembangan wisata yang ada di Gubugklakah, Malang menurut penelitian Gurindawangsa dkk (2017) ?

4. Uraikan model pengembangan agrowisata perkotaan berdasarkan luas area menurut Mayasari dan Tezar (2013)?

32 8. KEBIJAKAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

Perencanaan agrowisata berwawasan lingkungan harus bersamaan dengan perencanaan pengelolaan tanah, pengemabngan jenis tanaman yang sudah ada, budidaya tanaman dan perencanaan lainnya. Kompleksitas proses perencanaan yang mengintegrasikan berbagai kepentingan dan kebijakan tersebut memiliki beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan. Arah pengembangan dasar kebijakan ekowisata yang dapat diterapkan dalam kebijakan agrowisata menurut Fandeli dan Nurdin (2005), antara lain:

1. Lingkungan alam dan sosial budaya harus menjadi dasar pengembangan pariwisata dengan tidak membahayakan kelestariannya.

2. Agrowisata bergantung pada kualitas lingkungan alam dan sosial budaya yang baik. Keduanya menjadi fondasi untuk meningkatkan ekonomi local dan kualitas kehidupan masyarakat yang timbul dari industri pariwisata.

3. Keberadaan organisasi yang mengelola agar tetap terjaga kelestariannya berkaitan dengan pengelolaan yang baik dari dan untuk wisatawan; saling memberikan informasi dan pengelolaan dengan operator wisata, masyarakat lokal dan mengembangkan potensi ekonomi yang sesuai.

4. Di kawasan agrowisata, wisatawan menikmati seluruh fasilitas yang ada, dan aktifitas kegiatan yang dapat memberikan pengetahuan baru dalam berwisata hanya saja tidak semua kebutuhan wisatawan tersebut dapat dipenuhi karena dalam beberapa hal mungkin terdapat harapan yang tidak sesuai dengan kondisi agrowisata yang bersangkutan.

5. Wisatawan cenderung mengharapkan kualitas pelayanan yang baik, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan mereka tidak selalu tertarik pada pelayanan yang murah harganya.

6. Keinginan wisatawan cenderung bermacam-macam tergantung karakteristik wisatawan, tidak semuanya dapat dipenuhi.

7. Perencanaan harus lebih cepat dilakukan dan disempurnakan terus-menerus seiring dengan perkembangan pariwisata, termasuk juga menginventarisir komponen-komponen yang ada di sekitar agrowisata terutama yang berpengaruh terhadap kebutuhan wisatawan.

Kebijakan konservasi Sumber Daya Alam (SDA) berdasarkan Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, terdapat beberapa peraturan perencanaan, antara lain :

1. Memiliki Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA), Rencana Strategis dan Program Pengembangan Destinasi

2. Memiliki pedoman/Perda tentang tata guna lahan, desain, konstruksi dan isu pembongkaran yang mensyaratkan adanya asesmen terhadap dampak lingkungan, ekonomi dan sosial.

3. Disosialisasikannya pedoman/Perda. 4. Diterapkannya penegakan hukum.

Tujuan Umum:

Mahasiswa dapat menjelaskan kebijakankebijakan terkait perencaaan, pengusahaan, dan konservasi SDA dan kawasan agroekowisata

33 Kebijakan konservasi SDA juga didasarkan Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, untuk pengusahaan/pengelolaan kawasan agrowisata harus terdapat hal-hal berikut ini :

1. Proses perencanaan setiap even/kegiatan wisata melibatkan para pemangku kepentingan yang terkait untuk memastikan keseimbangan kebutuhan ekonomi lokal, masyarakat lokal, budaya dan lingkungan.

2. Destinasi memiliki sistem administrasi pengelolaan pengunjung untuk situs atraksi wisata yang termasuk di dalamnya terdapat:

a) Tindakan untuk mempertahankan b) Tindakan untuk melindungi

c) Tindakan untuk memperkuat aset alam dan budaya.

3. Memiliki mekanisme administratif yang terencana, bertanggungjawab dalam operasional pengelolaan.

4. Destinasi memiliki mekanisme adminstratif yang terdokumentasi dengan baik.

5. Masyarakat bisa dalam bentuk Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) maupun organisasi masyarakat adat setempat.

Berdasarkan Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, untuk perlindungan dan konservasi kawasan agrowisata perlu adanya hal-hal berikut :

1. Monitoring secara rutin.

2. Memiliki pos keamanan dan P3K di lokasi-lokasi wisata utama. 3. Memiliki polisi pariwisata.

4. Dilaksanakannya pelatihan untuk menangani isu keselamatan dan keamanan dilaksanakan secara teratur dengan melibatkan Pokdarwis.

5. Tersedianya rambu-rambu peringatan

6. Terdapat sistem pengelolaan untuk melindungi situs alam dan budaya, termasuk bangunan bersejarah dan pemandangan perkotaan dan pedesaan.

7. Memiliki Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan cagar budaya dan warisan. 8. Destinasi memiliki program untuk melindungi warisan budaya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

9. Terdapat organisasi yang bertanggungjawab terhadap dampak pariwisata terhadap lingkungan, melestarikan habitat, spesies dan ekosistem yang ada dan mencegah masuknya spesies yang invasif.

10. Destinasi memiliki program untuk mempromosikan konservasi energi serta mengukur, memonitor,mengurangi dan melaporkan konsumsi.

Latihan Soal!

1. Apakah dasar dari pengembangan agrowisata?

2. Kapan sebaiknya kebijakan agrowisata dalam hal pengembangan perencanaan dilakukan?

3. Sebutkan peraturan perencanaan kebijakan konservasi SDA berdasarkan peraturan Kemetrian Pariwisata No.14 tahun 2016 !

4. Sebutkan peraturan Kementrian Pariwisata No.14 tahun 2016 untuk pengelolaan kawasan agrowisata!

5. Sebutkan peraturan Kementrian Pariwisata No.14 tahun 2016 untuk perlindungan dan konservasi kawasan agrowisata !

34 9. ANALISIS POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN

Studi kelayakan (Feasibility Study) menurut Ibrahim (2003) adalah bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan yakni menerima atau menolak suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak disini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit) baik dalam arti financial maupun dalam arti sosial. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social

benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari

segi penilaian yang dilakukan. Gemilang (2014) melakukan studi kelayakan pada agrowisata Kotabumi melalui analisis beberapa variable antara lain adalah analisis lokasi wilayah, pesaing (five forces), rantai nilai (value chain), teori STP (Segmentation, Targeting and

Positioning), strategi generik, Three level of the Product yang terdapat pada gambar, fasilitas

dan utilitas, kuesioner, potential demand dan daya tampung pengunjung.

Gambar analisis three level of the product

Analisis rantai nilai meliputi aktifitas utama (inbound planning, amdal dan target market, operation berupa persiapan benih, bibit dan pupuk, inbound logistic berupa pembibitan dan penanaman, marketing and sales berupa pemasaran) dan pendukung (firm

infrastructure and equipment berupa saung, greenhouse, gazebo, resources management and

development berupa petani, pedagang, pengelola dan tenaga kerja, technology development berupa tenaga listrik, air, drainase dan pengelolaan sampah, procurement berupa olahraga

jogging track, jual beli makanan dan minuman) dalam suatu agrowisata. Analisis STP

diketahui menyasar pengunjung segala umur baik lokal maupun interlokal. Analisis utilitas dilakukan pada jaringan listrik, air bersih dan pengelolaan sampah. Analisis daya tampung dapat dihitung melalui rumus perkalian luas lahan dengan 30% dibagi 2 sesuai pedoman teknik analisis aspek fisik dan lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Nilai 30% diperoleh dari anggapan luas lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 30% berupa fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan agrowisata dan 70% untuk ruang terbuka hijau berupa kebun, sawah dan kolam (Gemilang, 2014).

Tujuan Umum:

Mahasiswa dapat menjelaskan dan mampu menganalisis potensi dan kesesuaian lahan untuk mengukur kelayakan finansial perancangan sistem pertanian terpadu untuk agroekowisata

35 Arah pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu (Ramdan dan Ihkwana, 2016):

a. Kondisi Lahan

Keberadaan lahan yang ada disekitar lokasi objek wisata dimiliki oleh perorangan sehingga perlu ada upaya pembebasan lahan untuk keberlangsungan pengembangan objek wisata. Efisiensi produksi, indeks hasil tanaman, indeks pertanaman, indeks intensitas tumpang gilir dan land lent ratio (LER) pada efisiensi penggunaan lahan juga penting untuk diperhatikan termasuk pada lahan basah dan kering.

Efisiensi produksi lahan basah sangat besar seperti hutan mangrove atau bakau, terutama di daerah yang terletak tidak jauh dengan pantai. Tanaman tersebut memiliki keindahan tersendiri untuk dapat dinikmati pada sore hari oleh wisatawan. Indeks hasil tanaman, pertanaman dan tumpang gilir pada lahan basah sangat baik untuk memikat para wisatawan berkunjung ke bagian lahan basah yang terdapat di Indonesia dengan hasil agroekowisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Hal tersebut yang membuat perbedaan diantara lahan kering dan lahan basah.

Pada lahan kering dapat memiliki indeks hasil produksi yang lebih besar dibandingkan lahan basah. Semua kegiatan terkait pertanian dilakukan di lahan kering sehingga menghasilkan kualitas yang bagus. Indeks hasil pertanaman pada lahan kering memiliki produksi yang besar. Peningkatan hasil produksi pertanian merupakan acuan bagi tumbuh berkembangnya sektor pertanian dan sejenisnya (Murdaningsih dan Nurdiana, 2009). b. Potensi Wisatawan

Pada saat ini, kedatangan wisatawan ke objek wisata sangatlah jarang dikarenakan lokasi yang berada di perkampungan. Kunjungan wisatawan terjadi pada saat liburan sekolah dan hari besar islam dengan maksud dan tujuan yang datang untuk berziarah sambil menyempatkan berkunjung ke lokasi pasir lulumpang. Kondisi ini dapat ditingkatkan menjadi lebih baik apabila didukung oleh sarana tempat wisata yang dapat menambah nilai tambah dan menjadi daya tarik. Dengan arah pengembangan wisata yang telah direncakanan kedatangan mereka tidak hanya untuk berziarah tetapi juga memiliki tujuan lain yaitu sekaligus berwisata. Apabila kondisi ini terlaksana, maka penambahan nilai terhadap lokasi wisata akan menjadi lebih baik.

Analisis kelayakan agroekowisata menurut Ramdhan dan Ikhwana (2016) dipengaruhi beberapa aspek yakni :

a. Aspek Pasar

Pengembangan Kawasan Wisata di Desa Cimareme sangat memungkinkan apabila mempertimbangkan pasar sasaran berdasarkan berbagai faktor, yaitu :

i. Pengguna potensial, berdasarkan faktor pengguna potensial yaitu penduduk di wilayah Kecamatan Banyuresmi dengan jumlah penduduk sebesar 89.773 jiwa atau 35,5 % jumlah keseluruhan dari penduduk Kabupaten Garut dengan target umur penduduk usia mulai dari 5 tahun.

ii. Faktor penggunaan potensial dan tempat rekreasi, berdasarkan jarak tempuh untuk menuju tempat wisata, lokasi pengembangan wisata dapat ditempuh dalam waktu ± 30 menit perjalan dari Terminal Ibu Kota Kabupaten Garut. Selain itu, perjalan menuju lokasi memungkinkan untuk ditempuh dengan kendaraan pribadi dengan jarak dan waktu tempuh yang ada, maka untuk sampai pada lokasi wisata hanya membutuhkan ongkos yang tidak terlalu besar. Berdasarkan faktor-faktor di atas, pengembangan wisata sangat memungkinkan untuk dilaksanakan pengembangannya.

36 b. Aspek Teknis

Pentingnya lingkungan alam untuk mendukung suatu kawasan menjadi daerah tujuan atau objek wisata tidak terbantahkan lagi. Meskipun bukan factor utama atau satu-satunya yang menarik wisatawan untuk berkunjung, tetapi factor lingkungan dan alam mempunyai pengaruh signifikan bagi calon wisatawan mengapa memilih daerah tersebut sebagai daerah tujuan wisata.

Berdasarkan dukungan berbagai kriteria seperti dijelaskan, pengembangan lokasi wisata memerlukan dukungan prasarana dan sarana penunjang, karena sampai saat ini fasilitas yang digunakan sebagai sarana pelayanan dasar berada di luar lokasi wisata serta kurang mendukung terhadap pengembangan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan sarana dan prasarana agar tercipta lokasi wisata yang memadai.

c. Aspek Manajemen

Pemerintah diharapkan memberikan pembinaan dan penyuluhan untuk mendorong masyarakat untuk ikut serta dalam pengembangan wisata yang ada di Desa Cimareme. Pembinaan dan penyuluhan dapat dilakukan oleh instansi yang terkait seperti Dinas Pariwisatadan Budaya. Tidak adanya struktur manajemen dan keterbatasan sumber daya manusia untuk merawat tempat mengakibatkan kurang terawatnya area lokasi wisata.

d. Aspek Finansial

Berdasarkan uraian pendapatan serta pengeluaran pada kegiatan wisata, selanjutnya dilakukan analisis finansial dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal

Rate Of Return (IRR) dan Payback Period. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan nilai bunga 6 % (bunga deposito tahun 2016) maka periode pengambilan modal dapat dikembalikan pada tahun ke 4 memasuki tahun ke 5. Oleh karena itu, apabila menggunakan rentang waktu 10 tahun, pengembangan wisata secara aspek finansial dapat dikategorikan layak untuk dikembangkan. Perbandingan dengan menggunakan IRR didapatkan hasil dengan nilai positif, hal ini menggambarkan bahwa apabila kegiatan bisnis ini diorientasikan untuk jangka waktu 10 tahun, maka layak untuk dilaksankan karena nilai pengembaliannya lebih besar dari 0.

Perhitungan Kelayakan Rencana Pengembangan Kawasan Agrowisata Kotabumi menurut Gemilang (2014) yaitu:

1. Biaya Investasi Kawasan

Kotabumi Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon layak untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut:

a. Melakukan pengelolaan yang baik dan maksimal Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota Cilegon agar tercipta suasana yang nyaman dan dapat memberikan banyak dampak positif bagi pengujung yang datang.

b. Diperlukan upaya penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung baik secara kuatitas maupun kualitas untuk mendukung kegiatan wisata di Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota Cilegon.

c. Dalam pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Agrowisata Kotabumi juga melakukan kegiatan konservasi dan reboisasi dengan menghasilkan bibit-bibit tanaman yang akan ditanam untuk berbagai kegiatan dan program penghijauan di Provinsi Banten khususnya di Kota Cilegon.

d. Diperlukan komitmen dan konsistensi program yang tinggi dari seluruh pihak yang terkait dalam rangka menjamin keberlanjutan Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota Cilegon. e. Meletakkan benda-benda yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat Suku Baduy, seperti

lumbung padi yang biasa digunakan masyarakat Suku Baduy untuk menyimpan hasil panennya. Pada tahap ini perencanaan pengembangan Kawasan Agrowisata Kotabumi yang merupakan suatu investasi, tahap yang di lakukan perhitungan kelayakan investasi

37 kawasan.Kawasan Agrowisata Kotabumi berada pada lahan dengan luas 4 Ha, dengan total biaya pembebasan Rp 500,000,000.

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR dihitung dengan menggunakan discount factor (faktor diskon) yang diasumsikan sebesar 14%. Untuk dapat melihat kelayakan investasi pada suatu proyek, IRR harus lebih besar dari pada nilai bunga bank. Hasil perhitungan proyeksi keuangan menunjukkan IRR sebesar 31,49%. Yang artinya tingkat kemampuan keuangan untuk dapat merecover seluruh biaya investasi dan operasi dan pemeliharaan.

3. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah nilai yang terjadi dimasa yang akan datang dilihat dari nilai saat ini. Kelayakan suatu proyek akan terlihat bila nilai FNPV lebih dari 1 atau positif pada tingkat diskon faktor yang sama. Pada perhitungan proyeksi keuangan diperoleh nilai FNPV sebesar Rp. 2,3 milyar.

4. Payback Period (PBP)

Payback period menunjukkan tingkat kecepatan mengembalikan biaya investasi yang

diukur dengan satuan waktu (tahun). Payback Period dari hasil perhitungan proyeksi didapat pada tahun ke 9,2 yang artinya waktu pengembalian modal adalah kurang dari 10 tahun.

Kelayakan suatu usulan proyek dikaji dengan tujuan untuk mempelajari usulan tersebut dari segala segi secara professional agar nantinya setelah diterima dan dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Tolak

Dalam dokumen AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (Halaman 30-43)

Dokumen terkait