• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Lain Yang Dapat Menyebabkan Timbulnya Faciitis Plantaris Menurut Mujianto (2012), banyak hal yang dapat menyebabkan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Penyebab Lain Yang Dapat Menyebabkan Timbulnya Faciitis Plantaris Menurut Mujianto (2012), banyak hal yang dapat menyebabkan

timbulnya penyakit Fasciitis Plantaris diantaranya adalah diakibatkan oleh waktu kerja yang lama yang ditunjang dengan penggunaan sepatu, posisi kerja dengan posisi berdiri yang lama, dan indeks massa tubuh yang berlebih.

2.5.1 Kondisi Sepatu

Pemakaian sepatu terutama sepatu PDH dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan seseorang beresiko terjadi fasciitis plantaris. Hal ini disebabkan karena seseorang yang menggunakan sepatu PDH memaksakan kaki menjadi tegang yang akhirnya membuat otot-otot disekitar telapak kaki menjadi stres. Pada waktu kita berjalan, semua berat badan bertumpu pada tumit yang kemudian tekanan akan disebarkan ke plantar fascia sehingga ligament plantar fascia tertarik dan mempengaruhi arcus longitudinal yang berada di telapak kaki sehingga keduanya tertarik berlebihan menjadi tegang dan akhirnya terjadi inflamasi.

Sepatu PDH yang digunakan oleh anggota Polri tidak didukung untuk lengkung kaki atau tidak ada kemampuan untuk menyerap hentakan akan menyebabkan resiko terkena Fasciitis Plantarissemakin tinggi. Jika sering memakai sepatu yang tidak sesuai maka tendon Achilles yakni tendon yang melekat pada tumit dapat berkontraksi/tegang dan memendek, menyebabkan strain pada

jaringan disekitar tumit yang juga akan menyebabkan resiko terkena Fasciitis Plantaris semakin tinggi.

Ketika mulai melangkah otomatis fascia plantar mulai tertarik dan mempengaruhi arcus longitudinal. Keduanya saling kontraksi dan menegang sehingga terjadi peradangan. Ditambah tumit dengan base yang sempit dan kecil pada fascia plantar menambah stres mekanis pada jaringan miofascial dalam waktu yang lama. Prevalensi yang terjadi pada penekanan bagian sepanjang ligament plantar fascia biasa disebut fasciitis plantaris dan dapat dilakukan pemeriksaan spesifik fisioterapi yaitu plantar fasciitis test dengan posisi pasien tidur terlentang atau dalam posisi relax, terapis menggerakkan ankle ke arah dorsi flexi secara pasif dan ekstensipasif jari-jari kaki, kemudian palpasi pada perbatasan medial fascia plantar. Jika pasien mengalami nyeri maka positif terkena fasciitis plantaris (Cohen, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukanoleh Suryakencanawati (2015) bahwa ada hubungan yang signifikan antara kondisi sepatu dan perilaku penggunaan sepatu terhadap kasus nyeri plantaris

2.5.2 Perilaku penggunaan sepatu

Penggunaan sepatu yang benar akan membantu kesehatan dan kenyamanan kaki. Bila kondisi sepatu yang digunakan tidak sesuai, maka akan menimbulkan ketidaknyamanan dan bahkan bisa mengakibatkan cidera pada kaki. Seperti penggunaan sepatu PDH pada Polwan dengan penyangga tumit yang tinggi, dapat

menyebabkan nyeri pada kaki. Penggunaan sepatu PDH yang tidak sesuai dengan kondisi kaki akan berdampak pada jaringan yang disebut plantar facia yang terletak sepanjang bagian bawah kaki, sehingga ligamen dapat berbentuk lengkungan akan menyebabkan nyeri.Hal ini dikarenakan dalam hal penggunaan sepatu dimana posisi kaki dengan posisi “enquine” pada kaki tidak sesuai kondisi sepatu sehingga akan timbul rasa sakit dan nyeri pada bagian tumit.

Salah satu penggunaan sepatu yang bisa menyebabkan kaki terasa nyeri adalah sepatu hak tinggi atau high heels seperti sepatu PDH pada Polwan yang memiliki hak 5 cm. Sepatu PDHmemiliki alas kaki yang terlalu sempit, tumit sepatu terlalu tinggi atau sepatu yang lancip ujungnya, sepatu yang ukurannya kurang tepat juga bisa menimbulkan nyeri pada kaki.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryakencanawati (2015) bahwa ada hubungan yang signifikan antara kondisi sepatu dan perilaku penggunaan sepatu terhadap kasus nyeri plantaris

2.5.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Massa Indeks (BMI) adalah suatu alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (Usia 18 tahun ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. (Proverawati dan Wati, 2010).

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain

mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. Adapun rumus perhitungan IMT pada orang dewasa dapat menggunakan rumus :

Batas ambangIMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang laki – laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan batas laki – laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.

Untuk di Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut : Berat badan (kg)

IMT =

berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk indonesia adalah seperti Tabel 3-3.

Tabel II.1.

Klasifikasi BMI yang di usulkan untuk Penduduk Asia Dewasa (IOTE, WHO 2000)

Katagori BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities Underweight < 18,5 kg/m2 Rendah

Normal 18,5-22,9 kg/m2 Rata-rata At Risk 23,0-24,9 kg/m2 Normal tinggi

Obese I 25-29,9 kg/m2 Sedang

Obese II >30,0 kg/m2 Berbahaya Indeks Massa Tubuh (IMT) yang berhubungan dengan penyakit Fasciitis Plantaris merupakan nyeri tumit disebabkan oleh peradangan dari Plantar Fascia - suatu jaringan disepanjang bagian bawah kaki yang menghubungkan tulang tumit dengan ibu jari kaki. Fasciitis Plantarisdisebabkan oleh aktivitas fisik yang berlebihan pada waktu bekerja yang memerlukan banyak berdiri atau berjalan yang disertai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang berlebih, dengan berat tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan lemak dibawah tulang tumit yang mengakibatkan nyeri tumit dan menderita Fasciitis Plantaris. (Victorio, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Pascual (2008) bahwa ada

hubungan indeks massa tubuh, dengan fasciits plantaris. Tinggi

rata-rata IMT secara teoritis meningkatkan gaya vertikal selama kontak tumit, dengan peningkatan simultan dalam stres jaringan.

2.5.4 Lamanya Memakai Sepatu

Penentuan jam kerja di lingkungan Polri diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Negeri Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang tercantum pada Bab III Pasal 11. Hari kerja di lingkungan Polri ditetapkan 5 (lima) hari kerja dalam satu minggu, mulai hari Senin sampai hari Jum’at atau setara 40 (empat puluh) jam. Jam kerja di lingkungan Polri ditentukan sebagai berikut :

1. Hari Senin sampai dengan Kamis : 07.00 - 12.00 12.00 - 13.00 (waktu istirahat) 13.00 – 15.00. 2. Hari jum’at : 07.00 - 11.30 11.30 - 13.00 (waktu istirahat) 13.00 – 15.30.

Tujuan dari peraturan ini adalah :

1. Sebagai pedoman dalam pemberian dan pengawasan Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri Pada Polri.

2. Terwujudnya tertib administrasi dalam pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Negeri pada Polri dan pengawasannya.

Waktu kerja yang cukup lama dapat menyebabkan keluhan pada anggota tubuh salah satunya pada bagian kaki, lamanya kerja dengan menggunakan sepatu PDH selama 3 jam tanpa membuka sepatu dan tanpa merilekskan kaki dapat menyebabkan stres pada kaki sehingga beresiko menimbulkan Fasciitis Plantaris (Mujianto, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Madium (2012) secara deskriptif dari 53 sampel terdapat 83,02 % yang beresiko terjadi fasciitis plantaris dan secara analisis berdasar pada hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat hubungan antara lama pemakaian sepatu dengan resiko fasciitis plantaris pada sales promotion girls (SPG). 2.5.5 Pekerjaan Dengan Posisi Berdiri Yang Lama

Anggota Polri berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Hal ini diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah, peraturan ini bertujuan untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas guna menyamakan pola pikir dan pola tindak dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan organisasi Polda.

Selain melaksanakan tugas pokok Polri, Anggota Polri juga melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan seperti pelaksanaan lalu lintas Kepolisian. Antara lain meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli lalu lintas dalam rangka penegakan hukum pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.

Posisi berdiri yang lama yang ditunjang dengan indeks massa tubuh yang berlebih dapat menimbulkan keluhan pada nyeri tumit hal ini dikarenakan kondisi sepatu yang menggunakanhigh heels seperti sepatu PDH pada Polwan yang memiliki hak 5 cm sehingga jika dibiarkan secara terus menerus akan menimbulkan keluhan nyeri pada tumit yaitu timbulnya Faciitis Plantaris.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Madium (2012) secara deskriptif dari 53 sampel terdapat 83,02 % yang beresiko terjadi fasciitis plantaris dan secara analisis berdasar pada hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat hubungan antara lama berdiri dengan resiko fasciitis plantaris pada sales promotion girls (SPG).

Dokumen terkait