• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN LAIN-LAIN

3. penyelenggaraan aplikasi sistem informasi kriminal, yang meliputi

penyiapan dan penyajian data dan statistik kriminal; dan

h. melaksanakan pelayanan administrasi umum dan ketatausahaan, melaksanakan pembinaan anggaran dan administrasi keuangan serta pelayanan dan pengamanan markas di lingkungan Polres.

(4) Tugas terbatas bidang Operasional Polres Persiapan, meliputi :

a. Memberikan data dan saran pertimbangan kepada Polres Induk terkait:

1. Perencanaan operasi kepolisian; 2. pengumpulan, pengolahan dan

1 2 3 4 5

3. pembinaan manajemen operasi meliputi perintah pelaksanaan operasi, pengendalian dan administrasi operasi kepolisian serta tindakan kontinjensi; 4. monitoring dan evaluasi operasi

kepolisian;

b. pelayanan administrasi kepolisian secara terpadu, meliputi penerimaan Laporan Polisi (LP), menerbitkan Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP), menerbitkan Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), menerbitkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), serta menerbitkan Surat Izin Keramaian dan Kegiatan Masyarakat Lainnya,

c. menyelenggarakan fungsi intelejen keamanan melalui kegiatan deteksi, pengamanan dan penggalangan, pullahjianta, pendataan dan pengawasan senjata api dan bahan peledak, pendataan orang asing, serta menerbitkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dan perijinan keramaian/kegiatan masyarakat;

d. melaksanakan tugas kepolisian umum dalam rangka memberikan pengayoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat guna terpeliharanya Kamtibmas melalui

kegiatan Turjawali,

penyelamatan/pertolongan orang dan harta benda masyarakat akibat bencana, serta pengamanan obyek vital dan pariwisata e. melaksanakan fungsi pembinaan

masyarakat melalui kegiatan pembinaan partisipasi masyarakat, perpolisian masyarakat, pengamanan swakarsa, dan pemberdayaan sinergitas polisional di wiayahnya;

1 2 3 4 5

f. pembinaan dan pemberdayaan Bhabinkamtibmas

g. melaksanakan penegakkan hukum secara terbatas meliputi TPTKP dan olah TKP, penangkapan, pengamanan barang bukti, penyelidikan, penyidikan tahap awal yaitu pemerikasaan saksi dan tersangka, meminta vitsum et repertum serta tindakan lain yang diperlukan untuk mendukung proses penyidikan oleh Polres induk.

h. Melaksanakan fungsi kepolisian lalu lintas melalui turjawali dalam rangka memelihara Kamtibselcar lalu lintas, rekayasa lalu lintas, , bimbingan dan penerangan lalu lintas, pemberian perijinan, penindakan Tilang dan Tipiring;

i. membantu Polres Induk dalam TPTKP dan olah TKP kecelakaan lalu lintas, permintaan vitsum et repertum, penamanan barang bukti serta penyidikan awal dalam bentuk pengamanan dan pemeriksaan saksi dan tersangka serta melimpahkan perkara kepada Polres Induk untuk diteruskan ke penuntut umum; dan

j. Melaksanakan tugas Kepolisian lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(5) Dukungan anggaran Polres Persiapan dialokasikan pada DIPA Polres Induk;

(6) Dukungan logistik Polres Persiapan dipenuhi secara bertahap oleh Biro Sarpras Polda; (7) Kapolres persiapan berpangkat Kompol atau

eselon III-B1

(8) Penggajian, tunjangan jabatan dan remunerasi disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1 2 3 4 5

Pasal 130

(1) Satlantas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g khususnya pada Polres Tipe Metropolitan yang berkedudukan di Polda Metro Jaya, pembinaan dan operasionalisasi dilaksanakan oleh Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya. (2) Pembinaan dan operasionalisasi Satlantas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas usulan Kapolda Metro Jaya dan ditetapkan dengan Keputusan Kapolri

Pasal 110

(1) Satlantas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g khususnya pada Polres Tipe A yang berkedudukan di Polda Metro Jaya, pembinaan dan operasionalisasi dilaksanakan oleh Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya.

(2) Pembinaan dan operasionalisasi Satlantas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas usulan Kapolda Metro Jaya dan ditetapkan dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 115

(1) Satlantas pada Polres Tipe A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf g berkedudukan di Polda Metro Jaya, pembinaan dan operasionalisasi dikendalikan oleh Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya. (2) Pembinaan dan operasionalisasi Satlantas

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas usulan Kapolda Metro Jaya dan ditetapkan dengan Keputusan Kapolri.

Pasal 131

Pembentukan dan operasionalisasi Satpamobvit dan Satpolair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf h dan huruf i pada semua Tipe Polres, dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kapolri atas usulan dari Kapolda dengan mempertimbangkan karakteristik dan tingkat kerawanan wilayah serta kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan Polri.

Pasal 111

Pembentukan dan operasionalisasi Satpamobvit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf h pada semua Tipe Polres, dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kapolri atas usulan dari Kapolda dengan mempertimbangkan karakteristik dan tingkat kerawanan wilayah serta kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan Polri.

Pasal 116

(1) Satpamobvit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf h yang masih belum terstruktur (skelton) pada Polres guna kepentingan meningkatkan pelayanan masyarakat, pemeliharaan kamtibmas dan penegakkan hukum berdasarkan pertimbangan kelayakannya, Kapolda dapat mengusulkan untuk dibentuk struktur Satpamobvit (dibuka skelton) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

(2) Satpamobvit Polres ditetapkan dengan Keputusan Kapolri

Pasal 132

(1) Pembentukan dan operasionalisasi Unitlantas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf f yang berada di tingkat Polsek Tipe Rural dan Pra Rural, dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kapolri atas usulan Kapolda.

(2) Pembentukan dan operasionalisasi Unitpolair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf g yang berada di semua Tipe Polsek, dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kapolri atas usulan Kapolda.

Pasal 112

Pembentukan dan operasionalisasi Unitlantas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf f yang berada di tingkat Polsek, dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kapolri atas usulan Kapolda.

1 2 3 4 5

Pasal 133

(1) Ketentuan mengenai jumlah kuota pada masing-masing Tipologi Polsek dan Polsubsektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) dan Pasal 85 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

(2) Penetapan Tipologi Polsek dan Polsubsektor ditentukan oleh masing-masing Kapolda dengan mempedomani jumlah kuota yang telah ditetapkan dalam Keputusan Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 113

Penetapan Tipologi Polsek dan Polsubsektor ditentukan oleh masing-masing Kapolda dengan mempedomani jumlah daftar susunan personel yang telah ditetapkan dalam Keputusan Kapolri.

Pasal 117

(1) Untuk kebutuhan organisasi Polri guna meningkatkan pelayanan kepolisian, Kapolda dapat mengusulkan peningkatan tipologi Polres dan Polsek atas pertimbangan kriteria persyaratan tertentu berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undanga; dan (3) Unit kerja yang masih belum terstruktur

(skelton) pada Polres dan Polsek guna kepentingan meningkatkan pelayanan masyarakat, pemeliharaan kamtibmas dan penegakkan hukum berdasakan pertimbangan kelayakannya, Kapolda dapat membentuk struktur Unit Kerja (dibuka skelton) setelah mendapat persetujuan Kapolri sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

(4) Penetapan Tipologi Polres diatur dengan Keputusan Kapolri;

(5) Penetapan Tipologi Polsek, dan Polsubsektor, dan unit kerja pada Polres/Polsek diatur dengan Keputusan Kapolda setelah mendapat persetujuan Kapolri;

Pasal 114

(1) Dalam hal kebutuhan organisasi guna meningkatkan pelayanan kepolisian kepada masyarakat, tipe Polres dan Polsek pada daerah tertentu dapat ditingkatkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal kebutuhan organisasi guna meningkatkan pelayanan kepolisian kepada masyarakat, unit kerja yang masih skelton pada kesatuan tertentu dapat dibuka sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1 2 3 4 5

BAB V

KETENTUAN

Dokumen terkait