• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BARANG-BARANG

B. Penyelenggaraan Pengangkutan Barang Dalam Angkutan Udara

Seperti yang kita ketahui barang yang diangkut dalam angkutan udara adalah barang kargo dan di dalam barang kargo ada salah satunya barang bawaan penumpang. Barang bawaan penumpang itu terdiri dari bagasi tercatat dan bagasi kabin. Mengen penyelenggaraan pengangkutannya pun berbeda. Apalagi setelah lahirnya Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang membedakan barang berbahaya dan tidak berbahaya.

Konvensi Warsawa 1929 tidak mengatur pengertian atau definisi bagasi tercatat (check baggage). Menurut Pasal 4 Konvensi Warsawa 1929, bagasi tercatat harus disertai tiket bagasi tercatat yang dibuat rangkap 2, 1 untuk perusahaan penerbangan dan 1 untuk penumpang.

Tiket bagasi tercatat tersebut harus berisikan tempat dan tanggal penerbitan, Bandar udara keberangkatan dan Bandar udara tujuan, nama dan alamat perusahaan penerbangan, nomor tiket penumpang, suatu pernyataan bahwa penyerahan bagasi tercatat kepada pemegang tiket bagasi tercatat, nomor dan

50

berat bagasi tercatat, deklarasi harga barang yang terdapat dalam bagasi tercatat dan suatu pernyataan bahwa pengangkutan bagasi tercatat berlaku tanggung jawab berdasarkan Konvensi Warsawa 1929.51

Hilang, rusaknya tiket bagasi tercatat tidak mengurangi berlakunya perjanjian antara perusahaan penerbangan dengan penumpang pesawat udara.52

Perusahaan penerbangan wajib menyertakan tanda pengenal bagasi tercatat (check baggage) yang berisi paling tidak nomor tanda pengenal bagasi, sandi (code) Bandar udara keberangkatan dan Bandar udara tujuan serta berat bagasi tercatat. Menteri Perhubungan bertanggung jawab melakukan pengaturan, pengendalian dan pengawasan bagasi tercatat (check baggage) yang berisi bahan dan/atau barang berbahaya karena itu sebagai pelaksanaan, telah dikeluarkan keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/40/II/1995.

Menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009, bagasi tercatat (check

baggage) adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada

perusahaan penerbangan untuk diangkut dengan pesawat udara yang sama.

53

Semua bagasi tercatat (check baggage) harus diperiksa melalui mesin pemindai (x-ray machine) untuk memastikan bahwa bagasi tercatat tidak berisi Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/40/II/1995 tersebut bagasi tercatat (check baggage) harus diperiksa untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan. Pemeriksaan bagasi tercatat tersebut dilakukan oleh petugas keamanan (security personnel) Bandar udara yang telah mempunyai sertifikat tanda kecakapan personel.

51 Ibid. Hal 69. 52 Ibid. Hal 70. 53 Ibid.

bahan dan/atau barang berbahaya seperti senjata api atau barang – barang yang dikategorikan ke dalam barang berbahaya. Senjata api maupun senjata tajam bilamana diperlukan dan harus dibawa di dalam penerbangan dapat diizinkan diperlakukan sebagai barang keamanan (security item) dengan prosedur dan pengawasan.54

1. Alcohol beverages maksimum 5 liter.

Pada umumnya barang – barang terlarang boleh dimasukkan dalam bagasi tercatat (check baggage) tetapi dibatasi. Barang – barang tersebut antara lain:

2. Non radioactive medical or toilet articles (including aerosol)

maksimum 2 kilogram.

3. Hairculer containing hydrocarbon gas maksimum 1 botol.

4. Dry ice maksimum 2 kilogram.

5. Avalance rescue backpack maksimum 1 buah.

6. Small gaseous oxygen or air cylinder (kecuali terbang dari

Amerika Serikat, GUAM).

7. Small carbondioxide gas cylinder jumlahnya tidak dibatasi.

8. Self inflating life jacket jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.

9. Securely boxed

10.Ammunition for sporting purpose maksimum 5 kilogram.

11.A small medical or clinical thermometer jumlahnya 1 buah.

12.Battery driven wheelchair jumlahnya 1 buah.55

54

Ibid. 55

Menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009, bagasi kabin (cabin

baggage) adalah barang yang dibawa oleh penumpang yang berada dalam

pengawasan penumpang sendiri. Menteri Perhubungan bertanggung jawab melakukan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan bagasi kabin (cabin

baggage) yang berisi barang atau bahan berbahaya.

Sebagai pelaksanaan telah dikeluarkan keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/40/II/1995. Menurut keputusan tersebut bagasi kabin (cabin baggage) harus diperiksa untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan.

Pemeriksaan bagasi kabin dilakukan oleh petugas keamanan dan keselamatan penerbangan. Pemeriksaan bagasi kabin dilakukan oleh petugas keamanan (security personnel) Bandar udara yang telah mempunyai sertifikat tanda kecakapan personel.56 Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh mesin pemindai (x-ray machine) untuk memastikan bahwa bagasi kabin tidak berisi bahan dan/atau barang berbahaya seperti senjata api atau senjata tajam atau barang – barang yang dikategorikan ke dalam barang berbahaya.57

Setiap perusahaan penerbangan mempunyai regulasi sendiri, Contohnya

Saudi Arabian airlines melarang penumpang membawa barang – barang atau

bahan dan/atau barang berbahaya kecuali barang – barang atau bahan dan/atau Senjata api atau senjata tajam bilamana diperlukan dan harus dibawa di dalam penerbangan dapat diizinkan diperlukan sebagai barang keamanan (security item) dengan prosedur dan pengawasan.

56

Ibid. Hal 73.

57

barang berbahaya tersebut milik perusahaan penerbangan yang digunakan selama dalam penerbangan seperti botol oksigen, CO2 di dalam jaket pelampung, pemadam kebakaran, abterai dan lain – lain yang diperlukan untuk operasi pesawat udara, parfum, gas korek api dan lain – lain yang dijual selama penerbangan berlangsung.58

Setiap bagasi tercatat (check baggage) maupun bagasi kabin (cabin

baggage) harus diperiksa oleh petugas keamanan (security personnel) Bandar

udara baik pemeriksaan secara fisik dan/atau menggunakan alat bantu pemeriksaan.

Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/40/II/95 semua calon penumpang pesawat udara, penumpang khusus, awak pesawat udara, calon jemaah haji, dokumen penumpang, pesawat udara, bagasi tercatat (check baggage), bagasi kabin (cabin baggage), kargo maupun pos harus dilakukan pemeriksaan oleh petugas keamanan (security) untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan. Di samping itu, petugas kemanan (security personnel) juga harus mengawasi jalur dari check-in counter ke ruang tunggu dan sisi udara (air side), jalur menuju pesawat udara.

59

58

Ibid. hal 74.

59

Ibid. hal 99.

Pemeriksaan tersebut dapat menggunakan alat bantu yang diselengi dengan pemeriksaan secara fisik dengan cara diacak. Setiap bagasi harus diperiksa lebih intensif. Bagasi tercatat (check baggage), bagasi kabin (cabin baggage) yang telah diperiksa secara fisik dengan menggunakan alat bantu harus disegel

oleh petugas kemananan (security personnel) dengan label kemanan (security) sesuai dengan persyaratan yang berlaku.60

Petugas keamanan (security personnel) Bandar udara berwenang untuk menolak keberangkatan bagasi tercatat maupun bagasi kabin yang tidak boleh diperiksa oleh petugas keamanan (security personnel) Bandar udara. Perusahaan penerbangan dalam kapasitasnya sebagai pengangkut wajib menolak transportasi bagasi tercatat (check baggage) setelah diberi tahu oleh petugas keamanan (security personnel) Bandar udara bahwa bagasi tercatat maupun bagasi kabin tersebut tidak mau diperiksa oleh petugas keamanan (security personnel) Bandar udara.61

Perusahaan penerbangan hanya diizinkan mengangkut bagasi tercatat (check baggage) maupun bagasi kabin (cabin baggage) yang telah ditempeli label pemeriksaan keamanan oleh petugas keamanan Bandar udara. Bilamana kondisi bagasi tercatat atau bagasi kabin kurang baik sebelum diangkut dengan pesawat udara, maka perusahaan penerbangan sebagai pengangkut wajib membertahu pemilik yang bersangkutan untuk memperbaikinya.62

Bagasi calon penumapang yang batal berangkat dan/atau tidak melanjutkan penerbangan tanpa memberitahu kepada perusahaan penerbangan, bagasi tersebut dilarang untuk diangakut dengan pesawat udara, kecuali atas persetujuan pimpinan penerbangan (pilot in command). Bagasi tercatat milik

60 Ibid. 61 Ibid. hal 100. 62 Ibid

calon penumpang yang membatalkan pemberangkatannya dilarang angkut kecuali telah melalui pemeriksaan keamanan dan disertai dengan bukti kenal diri, sedangkan bagasi tercatat milik calon penumpang yang tidak diangkut bersama dengan penumpangnya dapat diangkut apabila telah melalui pemeriksaan petugas

security.63

Jumlah bagasi kabin setiap calon penumpang pesawat udara tidak boleh melebihi dari 2 koli dengan ukuran berat bagasi kabin serta kebutuhan penumpang selama penerbangan ditentukan oleh perusahaan penerbangan yang mengangkut. Pengawasan terhadap jumlah dan ukuran bagasi kabin dilakukan oleh perusahaan penerbangan yang mengangkut. Bagasi kabin yang melampaui jumlah maupun berat yang ditentukan oleh perusahaan penerbangan yang mengangkut harus diangkut sebagai bagasi tercatat.64

Pesawat terbang sebagai alat pengangkutan udara yang tercepat mempunyai pengaruh yang tidak sedikit dalam dunia perdagangan oleh karena kecepatannya, bermacam barang yang dahulu tidak dapat diangkut mengingat jarak yang jauh dan oleh karena sifatnya dari barang yang diangkut mudah rusak ataupun busuk, sekarang dapat diangkut dengan cepat dan aman sehingga dipergunakan ataupun dijual dengan harga yang lebih baik di tempat – tempat yang membutuhkannya.

C. Perlindungan Hukum Terhadap Barang – Barang Penumpang Menurut

Dokumen terkait