BAB III PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
C. Penyelenggaraan
Kepala Desa dan Perangkat Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah penyelenggara pemerintahan desa. Oleh karena itu, kegiatan memfasiltasi masyarakat menyelenggarakan pengembangan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif, yang merupakan tugas dari Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan kader kesehatan, harus mendapat dukungan dari Kepala Desa/Lurah dan BPD, Perangkat Desa/Kelurahan, serta lembaga kemasyarakatan yang ada. Kegiatannya berupa langkah-langkah dalam memfasilitasi siklus pemecahan masalah demi masalah kesehatan yang dihadapi
19 Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
Siaga
Aktif
masyarakat desa atau kelurahan, yang secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
SIKLUS PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN OLEH MASYARAKAT
1. Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan
Pengenalan kondisi desa atau kelurahan oleh KPM/kader kesehatan, lembaga kemasyarakatan, dan Perangkat Desa atau Kelurahan dilakukan
dengan mengkaji data Proil Desa atau Proil Kelurahan dan hasil
analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang menggambarkan kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang sudah dapat dan belum dapat dipenuhi oleh desa atau kelurahan yang bersangkutan.
2. Identiikasi Masalah Kesehatan dan PHBS
Dengan mengkaji Proil/Monograi Desa atau Proil/Monograi Kelurahan dan hasil analisis situasi, maka dapat diidentiikasi:
2. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN & PHBS 3. MUSYAWARAH DESA/KELURAHAN 1. PENGENALAN KONDISI DESA/ KELURAHAN 4. PERENCANAAN PARTISIPATIF 6. PEMBINAAN KELESTARIAN 5. PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITATOR/ KPM/KADER KESEHATAN
UPAYA PEMECAHAN SUATU MASALAH DILESTARIKAN & MASALAH BERIKUTNYA DIPECAHKAN, DST
Siaga
Aktif
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
20
l Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat dan
urutan prioritas penanganannya.
l Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan,
baik dari sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat.
l Potensi yang dimiliki desa/kelurahan untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan tersebut.
l UKBM apa saja yang sudah ada (jika ada) dan atau harus diaktifkan
kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut.
l Bantuan/dukungan yang diharapkan: apa bentuknya, berapa banyak,
dari mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana dibutuhkan.
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
l Bila dirasakan perlu, Musyawarah Desa/Kelurahan dapat dilakukan
secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW).
l Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan:
a. Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat dan program pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
b. Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan yang hendak ditangani.
c. Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan kembali.
d. Memantapkan data/informasi potensi desa atau potensi kelurahan serta bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber bantuan/dukungan tersebut.
e. Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
4. Perencanaan Partisipatif
l Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan,
KPM dan lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan- pertemuan secara intensif guna menyusun rencana pengembangan
21 Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
Siaga
Aktif
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan.
l Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif mencakup:
a. UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
b. Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, dan lain-lain), berikut jadwal pembangunannya.
c. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
l Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan
atau bantuan dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa atau Kelurahan untuk diteruskan ke Musrenbang selanjutnya.
5. Pelaksanaan Kegiatan
l Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan ditetapkannya
alokasi dana Pemerintah, KPM/kader kesehatan dan lembaga kemasyarakatan yang ada dapat memulai kegiatan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader- kader pelaksananya, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya atau yang sudah diperoleh dananya dari donatur. Juga pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti misalnya promosi kesehatan melalui Dasawisma, pertemuan Rukun Tetangga, pertemuan Rukun Warga/ Dusun, atau forum-forum kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.
l Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh
masyarakat dengan didampingi Perangkat Pemerintahan serta dibantu oleh para KPM/kader kesehatan dan Fasilitator. Pelaksanaan kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan (para kader pelaksana UKBM atau pihak lain), pengajuan dan pencairan dana, pengerahan tenaga kerja (khususnya untuk pembangunan sarana), pengadaan barang dan jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan.
Siaga
Aktif
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
22
l Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi isik,
keuangan, dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan rencana.
l Apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga
teknis kesehatan yang tidak dapat disediakan/dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dapat membantu masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.
l Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk teknis dari Kementerian Dalam Negeri.
l Pelatihan teknis, termasuk kursus-kursus penyegar, bagi para
kader pelaksana UKBM menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dengan dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk melaksanakannya, dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.