• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sengketa informasi publik mu-lai terjadi jika Pemohon infor-masi mengajukan keberatan kepada atasan Pejabat Penge-lola Informasi dan Dokumentasi (PPID) atau petugas pelayanan informasi di sebuah badan pub-lik. Ada beberapa faktor seh-ingga Pemohon informasi men-gajukan keberatan ke atasan PPID. Faktor-faktor ini bisa juga dikatakan sebagai penyebab ter-jadinya sengketa informasi pub-lik. Faktor tersebut berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbu-kaan Informasi Publik, yaitu:

1. penolakan atas perminta-an informasi berdasarkperminta-an alasan pengecualian se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 17;

2. tidak disediakannya infor-masi berkala;

3. tidak ditanggapinya permint-aan informasi;

4. permintaan informasi di-tanggapi tidak sebagaimana yang diminta;

5. tidak dipenuhinya perminta-an informasi;

6. pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau

7. penyampaian informasi yang melebihi waktu yang diatur dalam Undang-Un-dang ini.

14 Tahun 2008 tentang Keterbu-kaan Informasi Publik (UU KIP), penyelesaian sengketa informa-si publik melalui proses tingka-tan sebagai berikut:

1. Tingkat internal badan publik diselesaikan melalui me-diasi;

2. Tingkat Komisi Informasi melalui cara mediasi dan/atau Ajudikasi Non Litigasi

3. Tingkat Pengadilan melalui Gugatan/keberatan atas Putusan Komisi Informasi.

Proses penyelesaian tersebut harus dilakukan secara berting-kat, jika tidak selesai di proses pertama maka lanjut ke pros-es berikutnya begitu sampai terakhir.

Pada dasarnya, penyelesaian sengketa informasi publik di in-ternal badan publik merupakan tahap awal dari penyelesaian sengketa informasi. Penyelesa-ian sengketa secara internal ini merupakan syarat yang harus ditempuh oleh setiap pemohon informasi sebelum memasuki penyelesaian sengketa melalui Komisi Informasi. Pengajuan Surat Keberatan oleh Pemohon informasi kepada atasan Peja-bat Pengelola Informasi dan Do-kumentasi (PPID)/ badan publik merupakan awal dimulainya rangkaian penyelesaian sengke-ta informasi.

kenapa sebuah informasi tidak diberikan atau diabaikan, dihara-pkan terjadi komunikasi intensif antara Pemohon dan badan publik untuk bermusyawarah agar menemukan solusi terh-adap sengketa yang terjadi se-hingga hak-hak Pemohon bisa terpenuhi dan badan publik juga bisa menunaikan kewajibannya sesuai perintah undang- undang.

Terkait sengketa informasi pub-lik, semuanya dapat diselesaikan di tingkat internal Badan Publik, sehingga penyelesaian sengketa informasi tidak berlanjut pada tingkatan Komisi Informasi maupun tingkatan Pengadilan. Adapun sengketa informasi yang penyelesaiannya sampai pada tingkat Komisi Informasi Provin-si Jawa Barat dan tingkat Pen-gadilan pada tahun sebelumnya dapat kami sampaikan terdapat 4 (empat) perkara sengketa in-formasi di tingkat Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht), dengan rincian sebagai berikut:

Sebagai implementasi dari UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, pada akhir tahun 2019, Pemer-intah Kota Bogor sudah melaku-kan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dengan sasa-ran 41 instansi. Hasil monev menunjukkan hasil positif, yai-tu hampir seluruh instansi tel-ah melakukan langktel-ah-langktel-ah yang konstruktif terhadap imple-mentasi keterbukaan informasi publik.

Hal paling menonjol adalah adanya langkah-langkah proaktif yang dilakukan hampir semua

instansi untuk mengelola infor-masi dan mempublikasikannya melalui berbagai jenis media. Salah satunya terlihat dari pen-ingkatan jumlah instansi yang memberikan pelayanan infor-masi lewat website, peningkatan jumlah advertorial, peningkatan jumlah media massa baik ce-tak maupun online yang bekerja sama, peningkatan jumlah me-dia sosial yang digunakan oleh setiap instansi, hingga pening-katan jumlah admin media so-sial. Hal ini diyakini akan lebih memudahkan masyarakat yang memerlukan informasi.

BAB V

Di samping itu pelayanan in-formasi yang dilakukan lewat kerjasama media juga menun-jukkan perubahan pergeseran. Kerjasama dengan media on-line yang cakupan pembacanya tinggi, mengalami penambahan yang signifikan sejalan dengan maraknya era digital.

Tuntutan dari era digital ini juga yang secara tidak langsung mendorong instansi di lingkun-gan Pemerintah Kota Bogor untuk memasifkan pelayanan informasi lewat media sosial. Sepanjang 2019 tercatat adanya pengingkatan dalam penggu-naan media sosial, khususnya Instagram. Media ini dianggap sarana yang efektif dalam pen-yampaian informasi yang cepat dan murah, serta memudahkan komunikasi dua arah antara Pe-merintah Daerah dengan war-ganya.

Mengenai kendala yang dihada-pi instansi dalam pelayanan in-formasi, hamper semua instan-si mengeluhkan faktor internal seperti kurangnya sumber daya manusia/ personil yang mema-dai. Demikian pula dengan pen-ganggaran yang diperlukan un-tuk mendukung seluruh kegiatan yang dilakukan oleh PPID Pem-bantu. Terlebih anggaran untuk sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan informasi.Meski demikian, di ta-hun 2019 sudah ada perbaikan berupa dibuatnya Standar Oper-asi Prosedur (SOP) pelayanan. Untuk mengatasi berbagai ham-batan yang disampaikan oleh masing-masing instansi serta

untuk mendorong peningkatan kualitas personil pendukung PPID Pembantu, diperlukan pe-rencanaan yang lebih matang untuk membuat agenda kegia-tan yang bertujuan untuk mem-perbaiki kinerja pengelolaan informasi dan pelayanan per-mohonan informasi. Kegiatan dimaksud antara lain berbentuk diskusi, baik berupa forum Per-humas dan BakoPer-humas, dan workshop tentang keterampilan yang dibutuhkan oleh para per-sonil PPID Pembantu.

Tentu masih banyak langkah lain yang diperlukan untuk mening-katkan kinerja seluruh jajaran Pemerintah Kota Bogor dalam mengimplementasikan amanat UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Salah satunya adalah melaku-kan penyesuaian SK penunjumelaku-kan PPID utama dan pembantu. Hal ini dilakukan terkait adanya pe-rubahan nomenklatur Perangkat Daerah di lingkungan Pemerin-tah Kota Bogor.

Ke depan, Pemerintah Kota Bo-gor telah mengalihtugaskan tu-gas pokok, pelayanan dan fungsi kehumasan kepada Dinas Ko-munikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfo-standi) Kota Bogor. Diharapkan, dengan dipindahkannya tupoksi kehumasan kepada Diskomin-fostandi Kota Bogor, pelayanan kehumasan akan berjalan lebih optimal dan sinergis untuk pe-layanan publik yang lebih efektif, transparan dan terintegrasi. Pada akhirnya, laporan ini kami maknai sebagai salah satu

bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas dalam melak-sanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2019. Semoga laporan ini tidak hanya seka-dar menggugurkan tanggung jawab yang diperintahkan oleh UU KIP juncto Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Infor-masi Publik (Perki SLIP), melain-kan sebagai bentuk pelaksanaan prinsip keterbukaan informasi publik dan akuntabilitas kepada masyarakat.

Dokumen terkait