• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KEGIATAN BELAJAR II PELAKSANAAN KEGIATAN PENGADAAN TANAH SKALA

3.13 Penyerahan Hasil pengadaan Tanah

Penyerahan hasil pengadaan tanah yang harus dilakukan oleh Tim pengadaan tanah dalam pengadaan skala kecil:

3.13.1 Menyerahkan berkas hasil pengadaan tanah

Ketua Tim Pelaksana Pengadaan Tanah instansi yang memerlukan tanah membuat dokumen dalam rangkap 2 (dua), yaitu 1 (satu) asli dan 1 (satu) fotokopi.

Penyerahan hasil pengadaan tanah dilaksanakan dengan membuat Berita Acara Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah dari ketua tim pengadaan tanah kepada PPK atau kepada Satker Pengadaan Tanah.

1. Menyiapkan dokumen untuk pendaftaran dan sertipikasi tanah

PPK atau kepada Satker Pengadaan Tanah paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak menerima penyerahan hasil Pengadaan Tanah, mengajukan permohonan sertipikat hak atas tanah kepada kantor pertanahan setempat. Kantor Pertanahan menerbitkan Surat Ukur yang didasarkan atas peta bidang tanah hasil inventarisasi dan identifikasi Pelaksana Pengadaan Tanah Instansi yang memerlukan tanah. Kantor Pertanahan menyelesaikan permohonan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setelah menerima hasil pengadaan tanah Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan kegiatan pembangunan.

2. Pengamanan Hasil Pengadaan Tanah

Hasil Pengadaan Tanah untuk Jalan yang telah diserahkan oleh Ketua Tim/ Satker Pelaksana Pengadaan Tanah kepada Ditjen Bina Marga/Satker Jalan adalah milik Kementrian Pekerjaan Umum yang perlu dikelola sesuai dengan Pasal 48 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Untuk itu, Menteri Pekerjaan Umum selaku Pengguna Barang

wajib melakukan pengamanan barang milik Negara yang berada dalam penguasaannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 22/PRT/M/2006 tentang Pengamanan dan Perkuatan Hak Atas Tanah, maka seluruh tanah dan bangunan Departemen Pekerjaan Umum termasuk hasil Pengadaan Tanah, perlu dilakukan pengamanan fisik, administrasi dan haknya

Pengertian Pengamanan Fisik, Administrasi dan Hak menurut Peraturan Menteri PU No 22/PRT/M/2006, tanggal 16 Oktober 2006, adalah sebagai berikut

a. Barang Milik Negara, selanjutnya disebut BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari peraturan lainnya yang sah

b. Tanah adalah bagian dari Barang Milik Negara Departemen berupa lahan yang diatasnya telah atau belum dibangun Prasarana dan Sarana Pekerjaan Umum (PSPU) dan telah atau belum dicatat dalam Inventarisasi Barang Departemen c. Satuan Kerja adalah bagian dari satminkal yang

melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program yang bertanggung jawab atas pengadaan, penggunaan, pengamanan, pemeliharaan atas tanah dan BMN lainnya yang dikuasainya

d. Kepala Satuan Kerja adalah pejabat yang ditunjuk oleh menteri sebagai Kuasa Penggunan Barang untuk melakukan kegikatan pengadaan , pengurusan, penggunaan, pengamanan atas tanah dan BMN lainnya di lingkungan Satuan Kerjanya

e. Pengamanan fisik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengamankan penggunaan dan penguasaan BMN dan tanah milik departemen dari pihak yang tidak berhak dengan pemberian tanda batas, pagar pengumuman dan cara lain yang dianggap memadai

f. Pengamanan hak adalah kegiatan untuk melengkapai legalitas BMN dan tanah khususnya dengan dokumen administrasi yang membuktikan bahwa tanah tersebut secara hukum sah dikuasai Departemen

g. Dokumen administrasi adalah dokumen yang diterbitkan oleh yang berwenang yang berkaitan dengan keberadaan tanah seperti sertifikat hak, akta jual beli, akta notaris, keputusan panitia pengadaan tanah, berita acara ganti rugi, berita acara pelepasan hak tanah, daftar/kuitansi pembayaran ganti rugi, perjanjian jual beli, perjanjian tukar-menukar, perjanjian sewa menyewa, perjanjian pinjam meminjam, keputusan penyerahan hak pengelolaan, IMB, dan dokumen lain yang terkait.

h. Inventarisasi adalah kegiatan mendata, mencatat dan melaporkan keberadaan kondisi dan status tanah Departemen.

3.14 Rangkuman

Instansi yang memerlukan tanah membentuk Tim Pelaksana melalui penunjukkan Satker dan PPK pengadaan tanah.

Data-data pelaksana antara lain Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan, Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang, Letak Tanah, Luas Tanah, Gambaran Umum Status Tanah, Perkiraan Waktu Pelaksanaan, Perkiraan Nilai Tanah dan Rencana Penganggaran.

Pendanaan Pengadaan tanah dilakukan oleh Instansi yang memerlukan tanah. Dana tersebut digunakan untuk Biaya Perencanaan, Biaya Persiapan, Biaya Pelaksanaan, Biaya Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah, Biaya Administrasi dan Pengelolaan, dan Biaya Sosialisasi. Sumber anggaran dibebankan pada APBN dan/atau APBD. Biaya operasional dan biaya pendukung yang berasal dari APBN diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, biaya operasional dan biaya pendukung yang berasal dari APBD diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri, sementara biaya operasional dan biaya pendukung pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan oleh Badan Hukum Milik Negara/Badan Usaha milik Negara yang mendapat penugasan khusus mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan.

Penetapan standar harga satuan untuk biaya operasional dan biaya pendukung dengan memperhatikan satuan biaya yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan serta mempedomani biaya tarif penerimaan Negara bukan pajak sesuai peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Biaya operasional dan biaya pendukung ditentukan berdasarkan perhitungan dimulai dari 4% untuk nilai Ganti Kerugian Tanah sampai dengan atau setara dengan Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) pertama dan selanjutnya dengan prosentase menurun. Apabila Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Operasional dan Biaya Pendukung di luar standar biaya yang ditetapkan/disetujui oleh Menteri Keuangan, maka harus membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak kecuali untuk honorarium dan/atau fasilitas yang menambah penghasilan dengan mempertimbangkan prinsip kewajaran, kepatutan, efisiensi, dan efektifitas.

Pengelolaan biaya operasional dan biaya pendukung dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan akuntabel. Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban biaya operasional dan pendukung berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan pusat dan daerah.

Hak atas tanah yang diberikan oleh Negara terdiri dari Hak Individu yang bersifat perdata (Hak Primer dan Hak Sekunder), Hak Pengelolaan, Tanah wakaf, dan Tanah-tanah TNI.

Dokumen perencanaan anggaran disusun berdasarkan studi kelayakan dan studi lain yang bersifat khusus sebagai pelengkap.

Koordinasi dengan Kepala Daerah Kabupaten/Kota Lokasi Rencana Pembangunan Jalan dilakukan untuk mensinkronisasi Rencana Pembangunan Jalan kesesuaian dngan RTRW dan perencanaan pembangunan jangka menengah wilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta persiapan pengadaan tanahnya.

Setelah berkoordinasi, dilakukan kegiatan penilaian melalui jasa Penilai.

Seleksi Pengadaan jasa penilai dilakukan dengan jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja, namun apabila gagal dilaksanakan dalam jangka waktu tersebut dapat menunjuk Penilai Publik yang telah memperoleh izin Menteri Keuangan.

Dalam melaksanakan tugas, Penilai Publik akan meminta data dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah, berupa peta bidang tanah, daftar nominative, dan data lainnya yang diperlukan sebagai bahan penilaian.Hasil penilaian

menjadi bahan untuk musyawarah penentuan besaran dan bentuk Ganti Kerugian.

Bentuk Ganti Kerugian berupa tanah, tanah pengganti, pemukiman kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui kedua belah pihak.

Setelah dicapai kesepatan Ganti Kerugian, maka dilakukan Pelepasan Objek Pengadaan Tanah melalui pembuatan surat pernyataan pelepasan/penyerahan objek dan penarikan tanda bukti penguasaan penilikan tanah.

Jika pelepasan objek pengadaan tanah dan Ganti Kerugian diberikan, dilakukanlah Pemutusan hubungan hukum Pihak yang berhak dengan Objek pengadaan tanah, yaitu melakukan pencatatan hangusnya hak milik atas tanah dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara.

Data Pengadaan tanah kemudian disimpan, didokumentasikan, dan diarsipkan oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat. Sementara itu hasil pengadaan tanah diserahkan oleh Ketua tim pelaksanaan pengadaan tanah kepada PPK atau Satker Pengadaan tanah untuk kemudian didaftarkan sertifikasi tanah dalam 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya.

Kemudian Satker Pengadaan tanah menyerahkan hasil pengadaan tanah tersebut kepada Ditjen Bina Marga dan menjadi milik Kementrian PU dan dilakukan Pengaman fisik, administrasi dan hak dilakukan oleh Departemen PU.

3.15 Latihan

1. Data apa saja yang diperlukan dalam pelaksanaan pengadaan tanah Skala Kecil?

2. Jelaskan urutan pelaksanaan pengadaan tanah Skala Kecil?

4. PENUTUP

Dalam Proses Pengadaan Tanah perlu diketahui bahwa terdapat kondisi dimana Pengadaan Tanah dengan skala kecil yaitu sesuai dengan Ketentuan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menjelaskan bahwa, “Dalam rangka efisiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum yang luasnya tidak lebih dari 5 Hektar, dapat dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar-menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak.” , dapat dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah tersebut. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pengadaan tanah Skala Kecil dapat dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah tersebut, namun dengan memperhatikan beberapa hal seperti pada uraian materi di atas.

Penting sekali bagi para PNS di lingkungan Kementerian PU untuk menguasai materi mengenai tahapan persiapan pengadaan tanah ini, karena terdapat hal-hal yang khusus dalam prosedur pengadaan tanah ini sehingga dalam prakteknya dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Seperti dibahas dalam modul lV ini, bahwa pengadaan tanah Skala Kecil dapat dilakukan secara mandiri oleh instansi yang memerlukan tanah secara mandiri.

5. DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang No. 2 tahun 2012 , Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 71 tahun 2012, Penyelenggaraan pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 40 tahun 2014, Perubahan atas Perpres No.71 tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Peraturan Presiden RI No. 99 tahun 2014, Perubahan kedua atas Perpres No.71 tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 30 tahun 2015, Perubahan ketiga atas Perpres No.71 tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 148 tahun 2015, Perubahan keempat atas Perpres No.71 tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 6 Tahun 2015 Tentang perubahan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 tahun 2012 tentang Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 72 tahun 2012, Tentang Biaya Operasional dan Biaya pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 13/PMK.02/2013, Tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Peraturan Presiden RI No.3 Tahun 2016, Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

6. GLOSARIUM

Badan Usaha Milik Daerah adalah perusahaan yang didirikan dan dimiiki oleh pemerintah daerah.

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sepenuhnya atau sebagian besar modalnya dikuasai oleh negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

DED (Detailed Engineering Design) adalah perencanaan fisik; proyek untuk membuat sebuah perencanaan detail bangunan sipil (gedung, jalan, jembatan, bendungan, dll. Digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan

.

Feasibility Study (FS) adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek yang dilakukan perusahaan.

Hak Primer adalah hak yang langsung diberikan oleh negara kepada pemegang haknya.

Hak Sekunder adalah hak yang timbul atau dibebankan diatas hak atas tanah yang sudah ada .

Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan atas tanah.

Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan.

Trase Jalan adalah sumbu jalan.

Dokumen terkait