• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN 5: DEMOGRAFI TANAH ALAS

4.11 Penyerangan Belanda

Kolonial Belanda mulai memperluas kekuasaannya di Sumatera bagian utara dengan julukan “Pulau Harapan" membawa konsekwensi penjajahan terhadap daerah Sultan Aceh. Peperangan Aceh itu berlangsung diantara 1873 – 1904 (Iwabuci, 1994: vi). Kolonial bersusah payah melawan rakyat Aceh. Namun akhirnya dalam masa ± 30 tahun beberapa daerah Aceh dapat dikuasai kolonial. Daerah-daerah yang dapat mereka kuasai antara lain: sekitar laut Tawar tahun 1902. Pada tahun 1904, seorang panglima perang Belanda bernama Van Daalen mengadakan suatu longmars selama lebih kurang 6 bulan. Dia memulai perjalanan dari Lho'seumawe menuju Takengon, Baiengkedjeren, Bambel, Karo dan Pak-pak. Sejak itu pula pertempuran sengit terjadi di Gayo Luas (sekarang Kabupaten Gayo Luas), Kute Lengat (Aceh Tenggara), Likat (Aceh Tenggara) dan seterusnya jatuh pula benteng Kute Reh (Aceh Tenggara) pada tanggal 1 Juni 1904 dengan korban 561 orang yang syahid. Biarpun benteng terakhir di tanah Alas telah jatuh, namun pertempuran-pertempuran secara bergerilya masih terus dilakukan dengan menyerang pos-pos tentera Belanda.

Pada tahun 1905 Belanda dapat menyusun pemerintahannya di Gayo dan baru di tahun 1911 Belanda menyusun pemerintahannya di Tanah Alas. Ibu kota ditempatkannya di Kutacane. Keujuren Batu Mbulan disebut Keujuren Pulo Nas dan Keujuren Njuhar biasa disebut juga Bambel. Pemerintah Belanda menempatkan seorang Kapiten di Kutacane sebagai fungerend Gezaghegger.

Pada tahun 1914 pemerintah Belanda menangkap Keujuren Bambel, karena dituduh menyusun pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda, lalu beliau dibuang ke Ambon. Lalu pada akhir masa pemerintahan Kolonial Belanda,

onderafdeeling Alas-landen dimasukkan ke dalam afdeeling Oostkust van Atjeh

(Aceh Timur).

GLOSARIUM

Afeksi (affection): Keterlibatan emosi atau perasaan di dalam suatu interaksi. Afeksi menentukan pemakaian bahasa sebagai kontinum dengan (+)

Interpersonal di satu sisi dan (+) Ideational di sisi lain. Lihat Konteks Sosial (Konteks Situasi: Afeksi) Selanjutnya “lihat” dinyatakan dengan tanda “ => “.

Aksi (action): Fungsi atau tindakan yang dilakukan dengan menggunakan bahasa.

Aksi dasar terdiri atas pernyataan, pertanyaan, tawaran dan perintah. =>

Fungsi Interpersonal dan Protoaksi.

Aktor (actor): Partisipan pada proses material dalam analisis Metafungsi Ideasional => Proses Material.

Ampe

Ampe adalah proses memindahkan sesuatu ke tempat yang lebih tinggi.

Ampe dalam penelitian ini diartikan sebagai membawa anak gadis (kekasih) ke rumah tuan qadhi untuk dinikahkan.

Antat TaRuh

Antat taRuh adalah satu kegiatan mengantarkan kemanakan (anak kakak/adik perempuan) dari rumah pelaku (paman wanita yang dinikahkan atau anak laki-laki yang disunatkan ) ke rumah ipar (ayah si anak) dengan kuda atau mobil dan diarak sepanjang jalan (jika memakai kuda). Anak atau pengantin yang diantarkan dihiasi dengan pakaian adat. Jika memungkinkan biaya, turut dihiasi keluarga dekat pengantin.

BelagaR (remaja)

BelagaR (remaja) atau juga diistilahkan dengan pemuda adalah fase atau masa yang dialami oleh semua manusia ketika mereka hendak beranjak ke masa dewasa. Terkadang tanpa disadari namun bila diamati terlihat adanya fase kehidupan sejak manusia berada dalam kandungan sempai tua bahkan meninggal dunia, selalu ada perubahan-perubahan terutama yang tampak pada fisiknya sehingga kelihatan ada batas-batas yang sama pula selama dalam perjalanan hidup tersebut. Sejak masa dalam kandungan, masa bayi, masa anak-anak pra sekolah, sampai remaja, terjadi beberapa fase perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dibedakan atas beberapa masa, yaitu:

(1) Masa prenatal,

(2) Masa bayi (0,0 sampai 2,0),

(3) Masa kanak-kanak 3,0 sampai 5,0), (4) Masa anak (sekolah) (6,0 sampai 12,0), (5) Masa pemuda (13,0 sampai 16,0/22,0),

(6) Masa dewasa (23,0 sampai 45,0 dan 17,0 sampai 40,0) (7) Masa tua (Sujanto, 1996: 159)

Eksplisit: diucapkan

Eksisten (existent): parisipan pada proses eksistensial. => Proses, khususnya proses eksistensial.

Ekspansi: Hubungan antarklausa yang menunjukkan bahwa klausa kedua (2 atau β) memperluas makna pertama (1 atau α). Ekspansi mencakupi Elaborasi, Ekstensi, dan Ganda. => Hubungan Logis Semantik.

Ekstensi: Hubungan antarklausa yang memberikan pengertian bahwa klausa kedua (2 atau β) menambah klausa pertama (1 atau α). Ekstensi adalah bagian dari Ekspansi. => Hubungan Logis Semantik.

Epitet (Ephitet): pendeskripsi direalisasikan oleh Ajektiva (Adjective). Epitet (pendeskripsi) berperan untuk memperluas kata benda (nomina) dalam hal bentuk. cirri, dan keadaannya. Contohnya: lawe mboRgoh ‘air dingin’. Kata ‘lawe’ = namina (Noun) dan ‘mboRgoh’ = Ajektiva (Adjective).

Finit (Finite): fungsi gramatikal yang dapat digunakan untuk menentukan (1) polaritas (positif atau negative); (2) bentuk tanya; dan (3) kala (tense),

terutama dalam bahasa Inggris. Finit dapat berdiri sendiri pada klausa yang mempunya struktur “Subjek ^ Finit ^ Predikator”. Namun demikian, Finit juga dapat berfusi (bergabung) dengan Predikator di dalam Verba. (pada struktur “Subjek^Finit^/Pelengkap”), dan dengan Keterangan (pada struktur “Subjek^Finit^Keterangan”), => Subjek (Subject) dan Predikator (Predicator).

Fonologi (Phonology) : sumber pengungkapan kata sebagai suara yang dilafalkan. Fonologi juga sebagai sumber intonasi untuk merealisasikan pilihan gramatika scara langsung, sekaligus merupakan sumber ritme serta artikulasi silabi dan fonem. => Leksikogramatika dan Grafologi.

Fungsi (Nomina), fungsional (Ajektiva): istilah umum yang digunakan untuk menyatakan kegunaan . Dalam Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), fungsi mengacu pada tiga hal sebagai berikut, => Metafungsi

Fungsi ideasional: fungsi untuk mengungkapkan realitas fisik dan biologis, serta berkenaan dengan interpretasi dan representasi pengalaman.

Fungsi interpersonal: fungsi untuk mengungkapkan realitas sosial serta berkenaan dengan interaksi antara penutur/penulis dan pendengar/pembaca.

Fungsi tekstual: fungsi untuk mengungkapkan realitas semiotis/symbol dan berkenaan dengan cara penciptaan teks dalam konteks.

Genre: secara sempit, jenis-jenis teks atau wacana; secara luas, konteks budaya yang melatarbelakangi lahirnya teks. Secara teknis, genre adalah proses sosial yang berorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap, (a staged, goal-oriented social process) (Martin, 1985b; Martin, 1992). Dikatakan “sosial” karena orang yang menggunakan genre untuk berkomunikasi dengan orang lain; dikatakan “berorientasi kepada tujuan” karena orang menggunakan genre untuk mencapai tujuan komunikasi; dan dikatakan “bertahap” karena untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya dibutuhkan beberapa tahap melalui pembabakan di dalam genre (Martin, 2003: 7-8)

Grafologi (Graphology): pengungkapan dalam bentuk kata-kata yang ditulis, sebagai padanan dari fonologi yang merupakan pelafalan kata-kata secara lisan.

=> Leksikogramatika dan Fonologi

Implisit: Tidak diucapkan

Kalimat: gugusan kata dalam satuan ortografis yang diawali oleh huruf besar dan diakhiri oleh tanda titik (.). Dalam LSF, kalimat tidak dibedakan dengan klausa dalam hal bahwa kalimat dan klausa mempunyai kedudukan yang sama dalam tata bahasa, yaitu keduanya mengandung setidak-tidaknya Subjek dan Finit atau Finit/Predikator (Halliday, 1985a: 192-193). =>

Klausa

Kelompok kata: kata kompleks. Kelompok kata meliputi Kelompok Nomina (KN), Kelompok Verba (KV), dan Kelompok Adverbia (KA). Kelompok kata berbeda dengan frasa dalam hal bahwa kelompok merupakan bentuk singkat dari klausa. Kelompok kata dianggap sebagai “kata kompleks” (apabila dianalogikan “klausa kompleks”), sedangkan frasa merupakan konstruksi kata-kata yang berjajar (Halliday, 1985a: 159). Kelompok mengandung muatan logis sebagaimana tercermin pada pola urutannya, sedangkan frasa lebih menunjukkan bentuk fisik, yang penyusunan masing-masing kata di dalamnya belum diberi peran tertentu, khususnya peran sintaksis dan semantik. Pada tradisi LSF, istilah frasa hanya digunakan dalam frasa preposisi (FP), bukan kelompok preposisi. Apabila istilah kelompok digunakan dalam frasa preposisi, penamaan yang digunakan adalah (KA), bukan kelompok preposisi (Halliday, 1985: 252-270). Penamaan KA tersebut mengandung implikasi bahwa KA mempunyai peran sintaksis dan semantis, yaitu sebagai Sirkumstan yang direalisasikan oleh Keterangan (tempat, waktu, cara, dsb). => Sirkumstan (Circumstance)

Keterangan: unsur di dalam Residu yang biasanya dipenuhi oleh Adverbia. Keterangan bersifat sirkumstansial, dan meliputi Keterangan Tempat, Keterangan Waktu, atau Keterangan Cara. => Sirkumstan (Circumstance)

Klausa (Clause): gugusan kata yang mengandung setidak-tidaknya Subjek dan Finit atau Finit/Predikator. => Kalimat

Klausa simpleks: klausa yang hanya mengandung satu aksi, peristiwa, atau keadaan

Klausa kompleks: kalusa yang mengandung lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu subklausa. Subklausa yang satu dan subklausa yang lain biasanya dihubungkan oleh konjungsi, tetapi sering pula hubungan itu hanya ditunjukkan oleh tanda koma atau tanda titik koma, atau bahkan tidak ditunjukkan oleh tanda baca apapun.

Klausa kompleks parataktik: klausa kompleks yang sub-subklausanya dunyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar, dengan makna antara lain “dan”, “tetapi”, dan “atau”. Contoh: “Kelompok tani itu merampas lahannya

dan mengambil semua hasil panennya”.

Klausa kompleks hipotaktik: kalusa kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan konjungtif tidak sejajar, dengan makna antara lain “ababila”, “jika”, “karena”, dan “ketika”. Contoh: “Mereka tidak akan berani melakukannya jika patuh kepada hukum”.

Lagam

Lagam adalah panggilan pria terhadap wanita idaman lewat lantunan suara, berirama dan memiliki struktur generik dalam BA. Lagam dilakukan di tempat-tempat tertentu, misalnya: di beranda rumah (lagam resmi) untuk memanggil gadis di dalam rumah dan di tempat terbuka (lagam tidak resmi). Lagam termasuk salah satu genre dalam BA.

Leksikogramatika: kata-kata dalam susunannya. Leksikogramatika terdiri atas “leksis” dan “gramatika”. Pada aliran linguist selain LSF, leksis dianggap sama dengan leksikon, yaitu kata yang terdaftar di dalam kamus yang lepas dari penggunaan konteks. Pada LSF, leksis adalah kata yang selalu berada dalam konteks penggunaan pada teks. Leksis juga tidak pernah dipisahkan dari gramatika, yaitu seperangkat sistem bahasa yang menunjukkan pilihan makna. Pada aliran linguistik lain, gramatika dianggap sebagai model tentang sistem linguistic secara menyeluruh yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik (yang masing-masing merupakan domain yang berbeda). Sebaliknya, pada LSF gramatika merupakan bagian dari leksikogramatika (di samping leksis) yang terdiri atas morfologi dan sintaksi (yang masing-masing tidak dipisahkan menjadi domain-domain yang berbeda). Gramatika dan leksis (pada kombinasinya di dalam leksikogramatika) direalisasikan oleh fonologi/grafogi.

Linguistik: ilmu yang mempelajari bahasa sebagai sistem komunikasi manusia. Linguistic juga diartikan sebagai “Kajian ilmiah bahasa.

Linguistik Sistemik Fungsional: aliran linguistik yang dipelopori oleh M.A.K Halliday (lahir 1925), yaitu linguistik yang memandang bahwa secara fungsional bahasa berada pada konteks sosial. Terdapat tiga prinsip utama pada LSF, yaitu (a) bahasa harus selalu dipandang sebagai teks, tidak sekedar sebagai kumpulan kata atau aturan tata bahasa; (b) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk merealisasikan makna; (c) bahasa bersifat funsional, yaitu bentuk bahasa yang digunakan mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideology penggunaannya (Wiratno, 1993b). Dalam disertasi ini, penulis menggunakan istilah linguistik sistemik fungsional (LSF).

Makna (Meaning): “what a language express about the world we live in or any possible or imaginary world” (Richards, Platt & Weber, 1985: 172)

Makna metafungsional: makna yang secara simultan terbangun dari tiga fungsi bahasa, yaitu, fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. => Fungsi dan metafungsi

Makna ideasional: makna yang tercipta sebagai hasil dari realisasi unsur – unsur leksikogramatika yang digunakan untuk memahami alam sekitar dan untuk mengorganisasikan pengalaman penutur atau penulis tentang dunia nyata atau rekaan

Makna interpersonal: makna yang tercipta sebagai hasil dari realisasi unsur-unsur leksikogramatika yang digunakan untuk melakukan aksi terhadap orang lain.

Makna tekstual: makna sebagai hasil dari realisasi unsur-unsur leksikogramatika yang menjadi media terwujudnya sebuah teks, tulis atau lisan, yang runtut dan sesuai dengan situasi tertentu pada saat bahasa itu dipakai dengan struktur yang bersifat periodik (Martin, 1992:13,21).

Makna wacana (discourse semantics): makna pada tataran wacana (Martin, 1992).

Medan (Field) => Register Mepekat=> MeRadat

MeRadat

MeRadat adalah musyawarah antara pihak pria dan wanita untuk sebuah pernikahan setelah anak gadis diampeiken oleh pria kesayangannya.

dilakukan secara besar-besaran atau sederhana bahkan tidak diadati sama sekali.

MeRaleng

MeRaleng adalah kegiatan mengantarkan pengantin pria ke tempat pengantin wanita. MeRaleng biasanya dilakukan di sore hari dan bermalam karena pada malamnyalah dilakukan pernikahan.

Metafungsi (Nomina), metafungsional (Ajektiva): funsi abstrak bahasa, yaitu funsi yang memungkinkan terciptanya makna pada sast bahasa digunakan. Metafunsi meliputi tiga wilayah sekaligus: ideasional, interpersonal, dan tekstual.

Moda => Register

Modalitas: sisterm yang meliputi pilihan modalisasi dan modulasi. Modulasi barsifat indikatif dan mengacu kepada wilayah makna di antara “ya” dan “tidak” atau di antara polaritas positif dan negative. Makna yang demikian menunjuk pada kemungkinan (probabilitas) atau kebiasaan. Modulasi bersifat imperatif dan berkaitan dengan keharusan atau kesiagaan/kesediaan untuk melakukan sesuatu.

MOOD (ditulis dengan huruf besar): sistem klausa yang menunjukkan fungsi tuturan. MOOD berada pada wilayah makna interpersonal, serta mewadahi indikatif (yang meliputi pilihan Deklaratif dan Interogatif) dan Imperatif.

Mood (ditulis dengan huruf kecil yang diawali huruf besar): kesatuan antara Subjek dan Finit.

NaRuh

NaRuh adalah mengantarkan pengantin wanita ke rumah suaminya. Biasaya

naRuh dilakukan banyak orang termasuk kaum bapak, ibu-ibu, pemuda, anak-anak, dan yang tidak boleh tidak adalah anak gadis dan dayang-dayang.

Nasihat

Nasihat merupakan peringatan, arahan dan atau bimbingan oleh seseorang kepada orang lain ketika orang lain yang diberi nasihat itu akan menempuh hidup baru atau menuntut ilmu, atau telah melakakukan suatu pekerjaan tidak terpuji.

Ngampeken

Ngampeken adalah proses melarikan anak gadis orang ke rumah tuan kadi dengan tujuan untuk dinikahkan atas kesepakan dua belah pihak. Pihak pria

ditemani setidaknya dua orang pria lain sebagai pengawal dan mengatur strategi. Waktu ngampeken bebas asalkan aman. Namun biasanya dilakukan waktu menjelang shubuh. Ngampeken bisa gagal bila diketahui oleh pemuda dari pihak wanita setempat.

Ngandung

Ngandung adalah satu kegiatan dalam budaya Alas dilakukan oleh perempuan terhadap anggota keluarga yang sedang ditepung tawari dengan melantunkan suara dan berirama bercerita dengan muatan nasihat.

Ngandung diawali dengan riwayat keluarga (masa lampau) diikuti keadaan masa sekarang dan sampai kepada masa akan datang dengan harapan dan nasihat-nasihat. Ngandung bisa berlangsung lama tergantung materi dan orang yang melakukannya.

Non- Verbal:Tidak dengan ucapan

Partisipan (Participant): pelaku (yang direalisasikan oleh kelompok nomina (KN)).

Proses dan Transitivitas

Pelengkap: unsur di dalam residu yang biasanya dipenuhi oleh Normina atau KN (Nominal group) yang berpotensi sebagai Subjek. Selain oleh Nomina atau KN, Pelengkap dapat dipenuhi oleh Ajektiva. Apabila Pelengkap diisi oleh Nomina atau KN, Pelengkap dapat disejajarkan dengan Objek, baik Objek langsung maupun Objek tak langsung. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan Pelengkap yang diisi oleh Ajektiva; Objek tidak lazim diisi oleh Ajektiva. Pada tradisi LSF, istilah Objek tidak digunakan, dan pengertian Objek sudah tercakup di dalam pelengkap (Complement).

Pelibat => Register

Pemerilaku: partisipan pada proses perilaku. => Proses, khususnya proses perilaku.

Pengindera: partisipan pada proses mental. => Proses, khususnya proses mental.

Penyandang: partisipan pada proses relasional atribut. => Proses, khususnya proses relasional atributif

PeRaleng: dayang-dayang dibawa pengantin wanita ketika dia dibawa ke rumah orang tua pengantin pria (suaminya) pada malam pertama. peRaleng

bertugas sebagai pembantu pengantin wanita dalam acara adat pada pesta tersebeut

Predikator (Pradicator): fungsi gramatikal yang biasanya diisi oleh kategori Verba atau KV, yang mengungkapkan sesuatu tentang Subjek. Verba yang merealisasikan Predikator adalah Verba selain Finit, yaitu Verba yang menunjukkan aktivitas. Predikator dapat digunakan untum menyatakan

voice (aktif-pasif), prose (misalnya: material. Mental. relasional), dan khususnya dalam bahasa Inggris, acuan waktu yang terkait dengan kata (tense). Perlu dicermati bahwa tidak semua klausa, mengandung Predikator. Klausa yang berstruktur”Subjek^Finit/Pelengkap” dan “ Subjek^ Finit/ Keterangan” tidak mengandung predicator. => Subjek dan Finit

Proses (Process): aksi, peristiwa, atau keadaan yang direalisasikan oleh Verva atau KV. Terdapat enam jenis proses utama dalam bahasa, => Transitivitas Proses material (material process): proses kerja yang menunjukkan perbuatan atau peristiwa, misalnya: “membaca”, “menulis”, “memukul”. Pada proses materialterdapat partisipan yang melakukan sesuatu yang disebut Aktor, dan partisipasn yang lain (tidak selalu ada) yang dituju oleh proses tersebut yang disebut Sasaran. Contoh: “ Ayah (Aktor) membaca (Proses: Material) koran(Sasaran)”.

Proses mental (mental process): proses yang menerangkan persepsi (misalnya: “melihat”, “merasa”), afeksi (misalnya: “suka”, “khawatir”), dan kognisi (misalnya: “berfikir”, “mengerti”). Pada proses mental terdapat partisipan Pengindera (Senser) dan Fenomena. Contoh: “Ayah (Pengindera) mendengar (Proses: mental) kabar itu (Fenomena)”.

Proses relasional (relational process): proses kerja yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung pengertian A “adalah” B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A “pada/di dalam” B), dan milik (yang mengandung pengertian A “mempunyai” B). Proses kerja yang pertama tergolong ke dalam relasional identifikatif, sedangkan dan proses kerja yang kedua dan ketiga tergolong ke dalam proses relasional atribut. Pada proses relasional identifikatif terdapat partisipan Token (Token) atau Teridentifikasi (Identified) dan Nilai (Value) atau Pengidentifikasian (Identifier). Contoh: “Ayah (Token) adalah (Proses Relasional Identifikatif) pelindung keluarga (Nilai). Pada proses relasional atribut, terdapat partisipan Penyandang (Carrier) dan Sandangan (Attribute). Contoh: “Ayah (Penyandang) adalah (Proses Relasional Atribut) baik hati (Sandangan).

Proses verbal (verbal process): proses yang menunjukkan pemberitahuan atau pewartaan (misalnya: “memberitahukan”, “mengatakan”). Pada proses verbal terdapat partisipan Pewicara dan Wicara. Contoh: “Ayah (Pewicara) berkata (Proses Verbal): ‘Sya lelah’ (Wicara)” atau “Ayah (Pewicara) berkata (Proses Verbal) bahwa ia lelah (Wicara)”.

Proses perilaku (behavioral process): proses yang menunjukkan perilaku, baik fisik maupun psikologis. Yang pertama disebut sebagai perilaku verbal, yaitu proses yang menunjukkan perpaduan antara ucapan pada proses verbal dan tindakan pada proses material (misalnya: “memuji”, “menggurutu”, “menertawakan”), dan yang kedua disebut proses perilaku mental, yaitu proses yang menunjukkan perpaduan antara ungkapan perasaan pada proses mental dan tindakab pada proses material (misalnya: “mengagumi”, “mencintai”). Pada proses perilaku terdapat partisipan Pemerilaku (behaver) dan Sasaran (tidak harus ada) untuk proses perilaku mental. Contoh untuk yang pertama: “Ayah (pemerlaku) menggerutu (Proses Pemerlaku Verbal)”. Contoh untuk yang kedua: “Ayah (Pemerlaku) mencintai (Proses Pemerlaku Mental) kami (Fenomena)”.

Proses eksistensial (exixtential process): proses yang menunjukkan keberadaan sesuatu (misalnya: “ada”, “terdapat”). Partisipan pada proses ini disebut Eksisten, dan biasanya terletak di belakang proses tersebut. Contoh: “Ada/terdapat (Proses Eksistensial) dua perguruan tinggi negeri (Eksisten) di Solo

Register: pilihan variasi bentuk bahasa yang dipengaruhi oleh konteks situasi (Halliday, 1972. Register mancakup tiga aspek, yaitu Medan (field), Pelibat (ternor), dan Moda (mode)

Medan (Field): seperangkat urutan-urutan aktivitas yang berorientasi kepada ujuan-tujuan institusional secara global (Martin, 1986: 236; Martin, 1992: 536). Medan berhubungan dengan organisasi objek dan aktivitas. Secara singkat, dapat dikatan bahwa Medan berkaitan dengan poko persoalaan yang dibicarakan melalui penggunaan bahasa di dalam teks. Medan berurusan dengan apa yang sedang berlangsung dan siapa melakukan apa dengan siapa.

Pelibat (Tenor): negosiasi yang mencerminkan hubungan sosial di antara pengguna bahasa yang terdapat di dalam teks (Martin, 1992:523). Dalam konfigurasi makna interpersonal, Pelibat berkenaan dengan jarak semiotika sosial yang mencangkup tiga jenis hubungan, yaitu Status (status), Kontak (contact), dan Afek (affect). Status adalah posisi masing-masing partisipan di dalam teks, misalnya sejajar atau tidak sejajar. Kontak adalah intensitas hubungan atau derajat keterlibatan di antara partisipan, misalnya hubungan itu bersifat permanen, regular, atau temporal. Adapun Afek berkaitan dengan muatan emosional dalam hubungan di antar partisipan, sehingga Afek dapat menunjukkan penilaian atau justifikasi positif/ngatif di antara partisipan terhadap masalah yang terungkap di dalam teks.

Moda (Mode): seleksi pilihan dalam kerangkan sistem teks (Halliday, 1978: 144), dan berurusan dengan peranan yang dimainkan oleh bahasa dalam merealisasikan aksi sosial (Martin, 1992: 508). Moda mencakup dua sisi,

media dan sarana (channel). Dari sisi media, teks dapat dinyatakan secara lisan atau tulis. Dari sii sarana, teks dapat dipublikasikan melalui televise, radio, buku, jurnal, dan sebagainya.

Rema (Rheme) => Tema

Residu (Residue): unsur-unsur sisa selain Subjek dan Finit, yaitu Predikator, Pelengkap, dan Keterangan. => Modus

Semantic Wacana => Discourse Semantics

Sirkumstansi (Circumstance): perwujudan dari Keterangan (Tempat, Wktu, Cara) yang mengitari terjadinya proses di dalam klausa. =>Transitivitas Sistem (System): istilah yang mengacu kepada dua hal, yaitu (1) sistem pilihan

(system of choise), bahwa secara paradigmatis, penggunaan bahasa berada pada pilihan, misalnya, apakah deklaratif atau indikatif dan aktif atau pasif; (2) sistem berkenaan dengan kenyataan bahwa bahasa secara sintagmatis mempunyai sistemnya sendiri, dengan kaidah-kaidah (struktur )yang ada.

Struktur Genre

Struktur genre sesuai dengan hakikat dan sifatnya yakni produk sosial, mengalami prubahan. Perubahan itu sesuai dengan dinamika dan pola pikir masyarakat pemakai genre itu. Dengan perubahan itu tidak ada genre yang statis, tapi terus berkembang sesuai dengan keinginan masyarakat pemakai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan demikian, struktur genre

nasihat saat ini akan berubah sesuai dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman.

Subjek (Subject): fungsi gramaatikal yang dipenuhi oleh kategori Nomina atau kelompok Nomina (KN) yang kehadirannya terkait dengan Finit dan atau Predikator. => Predikator dan Finit

Teks (Text): satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula. Istilah “teks” dan “wacana” dianggap sama, dan hanya dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan realisasi makna dari teks. Tentang teks (text) dan wacana (discourse), Martin (2008) menyatakan “no difference technicalised …. I do technicalise discourse semantics for third status of language, and text for the instantiaton of the system along the instantiaton hierarchy … but in general no distinction”.

Tema (Theme): titik permulaan klausa sebagai pesan. Tema adalah informasi lama yang biasanya diletakkan di bagian depan. Sebaliknya, Rema adalah informasi baru yang biasanya diletakkan di belakang Tema.

Tema topikal tidak bermarkah: tema yang berfusi dengan Subjek klausa (contoh: “Darto sakit”)

Tema topical bermarkah: tema yang direalisasikan oleh (1) Sirkumstansi (tempat, waktu, cara, dsb.) yang terletak di depan Subjek (Contoh: “Kemarin malam, Anton tiba dengan selamat”); atau oleh (2) subklausa dengan konjungsi yang diletakkan di depan klausa kompleks hipotaktik (contoh: “ Jika Hanan tidak hadir, kita tidak gajian”).

Tema interpersonal: tema yang direalisasikan olej vokatif (Contoh: “ TO, ke mana saja kamu akhir-akhir ini?”), Keterangan Mood (Contoh: “ SAYANG SEKALI, Darto tidak hadir hari ini”), Finit dalam polaritas (Contoh: “Tidakah Darto kerja sekarang?”), kata Tanya (Contoh: “ Mengapa ia tidak bekerja?”), dan kata seru (Contoh: “Betapa sakit hatinya!”).

Tema tekstual: tema yang direalisasikan oleh (1) konjungsi eksternal yang digunakan untuk menandai hubungan parataktik dan hipotaktik (Contoh: “Darto ma ghoh keghane ie njenguk saudaghene dang sakit”. “Darto tidak datang karena ia menjenguk keluarga yang sedang sakit”); (2) konjungsi internal yang digunakan untuk merangkaikakan hubungan antarklausa (Contoh: “Darto ma koghje. Begedipe kite tetap koghje sepeghti biase.”

Darto tidak kerja. Namun demikian, kita tetap kerja seperti biasa”); dan (3) kata perangkai (Contoh: “Darto ma ghoh. Ue, kutoh enggou edi.” Darto tidak datang. Ya, kita tahu itu”)

Hiper-tema: tema pada tataran paragraph, yang biasanya direalisasikan

Dokumen terkait