• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen

B. Pelaksanaan Pelayanan Terpadu

5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen

1. Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi di tingkat Puskesmas

Sosialisasi Informasi ini sangat penting karena Kesehatan Reproduksi bukanlah sebuah program baru yang berdiri sendiri, dan kegiatan operasional

Kesehatan Reproduksi adalah pelaksanaan secara terpadu semua pelayanan yang sudah (dan akan) disediakan oleh program-program yang termassuk dalam ruang lingkup Kesehatan Reproduksi, antara lain :

 Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

 Keluarga Berencana

Kesehatan Reproduksi 3 Pedoman Operasional

 Pencwgahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS

 Kesehatan Reproduksi Remaja

 Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi Anborsi

 Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

 Kanker pada Usia Lanjut dan/atau Osteoporosis, dan

 Berbagai program pelayanan lain yang terkait dengan aspek kesehatan reproduksi, misalnya penanganan kanker leher rahim, kanker payudara dll.

Prioritas kegiatan operasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia saat ini, adalah pada pemberian Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) yang mencakup pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana, Pencegahan & Penanggulangan IMS/HIV/AIDS/ dan kesehatan Reproduksi Remaja

Perwujudan dari Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial ini berupa Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang dilaksanakan melalui masing-masing empat pelayanan tersebut di atas dengan melakukan keterpaduan pelayanannya klien (masyarakat) yang dilayani mendapatkan seluruh pelayanan

secara efisien dan berkualitas, Artinya, jika seorang ibu hamil dating ke Puskesmas maka ibu tersebut tidak hanya diberi pelayanan untuk kehamilannya saja, tetapi juga diberi semua pelayanan lain yang penting kesehatan reproduksinya (misalnya deteksi Infeksi Saluran Reproduksi/IMS, konseling tentang Keluarga Berencana dll.)

Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi ini menuntut keterkaitan peran dan tanggung jawab yang sangat erat antar petugas di Puskesmas. Karena itu,

seluruh petugas di Puskesmas perlu mengerti dan paham tentang Kesehatan Reproduksi , serta tentang peran dan tanggung jawab masing-masing dalam melaksanakan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi. Upaya untuk memberikan pemahaman tentang Kesehatan Reproduksi kepada seluruh petugas di Puskesmas dilakukan melalui Sosialisasi Informasi Kesehatan Reproduksi.

Sosialisasi Informasi tentang Kesehatan Reproduksi kepada petugas Puskesmas ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan, yang dikoordinir oleh

Pimpinan Puskesmas dan/atau 4 Kesehatan Reproduksi

Petugas yang telah dilatih mengenai Kesehatan Reproduksi, khususnya mengenai Paket PKRE. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh petugas, mulai dari perawat, bidan, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas laboratorium, pengelola obat, pengelola SP2TP, pengelola program P2M hingga petugas loket Puskesmas. Tujuan

pertemuan ini adalah agar semua petugas terkait menjadi tahu tentang :

a. Apa Kesehatan Reproduksi itu,

b. Bagaimana melaksanakan keterpaduan kegiatan Kesehatan Reproduksi secara operasional, dan

c. Peran serta tanggung jawab masing-masing dalam pelaksanaan kegiatan operasional itu.

Jika diperlukan, dalam pertemuan ini dapat juga hadir Tim/Anggota Tim Kesehatan Reproduksi dari Dinas Kesehatan Tingkat Kabupaten/Kota sebagai narasumber. Dalam pertemuan Sosialisasi Informasi ini, kepada para peserta dijelaskan tentang seluruh aspek Kesehatan Reproduksi dengan menggunakan bahan-bahan dari dua buku referensi tersebut, sehingga dapat dikaji bersama selama pertemuan sosialisasi. Sesudah pertemuan sosialisasi, maka kedua buku itu menjadi milik mereka sendiri sehingga setiap saat diperlukan dapat dibaca ulang.

Dalam pertemuan Sosialisasi ini juga dibahas rencana tindak lanjut (langkah-langkah) yang harus dilakukan, sekaligus ditentukan pula siapa yang akan menjadi anggota “Tim Kecil Kesehatan Reproduksi” dengan tugas mengkoordinir pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi. Anggota Tim Kecil ini minimum terdiri dari para penanggung jawab empat program yang terkait dalam Paket PKRE, tetapi tidak haru terbatas pada mereka saja. Tugas utama tm ini adalah melaksanakan langkah-langkah berikutnya dan mempersiapkan lapoan tentang semua yang berkenaan dengan pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi (kemajuan pelaksanaan, masalah-masalah yang dihadapi, dll) dalam rapat ruti/bulanan di Puskesmas.

2. Kajian atas program Pelayanan dalam Paket Pelayanan Kesehatan

Reproduksi Esensial (PKRE)

Kajian atas program terkait dalam Kesehatan Reproduksi ini merupakn tahap penting untuk memulai pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi di Puskesmas. Tujuan dari kajian adalah menentukan tiga hal penting yaitu apa saja pelayanan Kesehatan Reproduksi :

Kesehatan Reproduksi 5 Pedoman Operasional

1. Yang dibuthkan masyarakat setempat

2. Yang dibutuhkan dan sudah ada dan siap diberikan kepada masyarakat 3. Yang dibutuhkan masyarakat tetapi belum ada/tersedia

Urutan langkah-langkah pelaksanaan kajian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 2 : Langkah-langkah kajian atas program pelayanan paket PKRE

Cari data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

Urutan Kelompok Sasaran sesuai Jumlah dan Masalah Yang dihadapi mereka untuk mengetahui kebutuhan

Masing-masing kelompok

Buat daftar Pelayanan yang sudah tersedia di Puskesmas

Kaitkan antara kebutuhan masing-masing Kelompok dengan Pelayanan

Langkah pertama :

Cari data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Data ini berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur sasaran Kesehatan Reproduksi susuai Siklus Hidup (lihat bagan 2). Sumber utama bagi data ini antara lain dapat diperoleh dari data dasar penduduk yang tersedia di Kecamatan, data laporan Petugas KB, data laporan Imunisasi, data kohort Ibu dan lain-lain. Untuk mendapatkan data ini,

Petugas tidak perlu melakukan sensus penduduk, kecuali jika data yang tersedia dianggap sudah kadaluwarsa

6 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

Bagan 3 : Pendekatan Siklus Hidup

4 5 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 Pendekatan “Siklus Hidup” REMAJA USIA SUBUR USIA TUA KONSEPSI (Ibu Hamil dan Janin)

BAYI BARU LAHIR (dan ibu Bersalin) BAYI menyu sui A si ekslusif (dan Ibu Menyusui) BAYI ANAK Balita ANAK Usia Sekolah P erempuan Perem puan & Laki-laki Sumber : Unicef Langkah kedua :

Urutkan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan masalah yang dihadapi mereka.

Dari segi jumlah, mungkin diperoleh urutan kelompok sasaran sebagai berikut : Remaja

perempuan, Remaja laki-laki, Anak Usia Sekolah laki-laki, Anak Usia Sekolah

perempuan dewasa, Ibu Hamil, Bayi, Perempuan Usia lanjut, Perempuan dewasa, Laki-laki dewasa, dan seterusnya.

Dari segi banyaknya/besarnya masalah maka ada dua criteria utama, yaitu :

a. Masalah yang ada dan mucul dalam bentuk kunjungan ke Puskesmas, dan

b. Masalah yang diketahui ada dalam masyarakat tetapi tidak muncul dalam kunjungan ke Puskesmas. Masalah yang kedua ini tidak selalu terkait langsung dengan pelayanan di Puskesmas, misalnya pecandu NAPZA, perkelahian antar anak sekolah, pekerja seks di wilayah kerja, keluarga dengan hanya satu orang tua dan lain-lain

Kesehatan Reproduksi 7 Pedoman Operasional

Berdasarkan jumlah kunjungan ke Puskesmas mungkin diperoleh urutan kelompok sasaran sebagai berikut : Bayi, Ibu Hamil, Laki-laki Dewasa, Perempuan dewasa,

Remaja perempuan, Remaja laki-laki.

Berdasarkan banyaknya masalah di luar kunjungan ke Puskesmas, mungkin diperoleh urutan kelompok sasaran sebagai berikut : perkelahian antar anak sekolah, adanya

atau banyaknya pekerja seks, keluarga dengan hanya satu orang tua dan pecandu NAPZA.

Dengan melihat urutan kelompok sasaran berdasarkan jumlah dan banyak/besarnya masalah yang ditemui paa mereka, dapat diperoleh gambaran kasar tentang kelompok sasaran mana yang paling memiliki masalah sehingga dapat disimpulkan kira-kira apa kebutuhan kesehatan reproduksi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

Langkah ke tiga :

Buat daftar pelayanan apa saja yang sudah tersedia di Puskesmas.

Daftar ini meliputi tiga hal, yaitu adanya :

1. Tenaga yang terlatih untuk memberikan pelayanan, 2. Sarana untuk memberikan pelayanan dan,

3. Pedoman teknis dan pedoman administratif, untuk melaksanakan pelayanan

program yang terkait dalam Kesehatan Reproduksi

Catatan :

Berdasarkan kondisi saat ini, maka hampir dapat dipastikan bahwa di semua Puskesmas telah tersedia pelayanan untuk Ibu Hamil dan Bayi dan Keluarga Berencana. Di sebagian besar Puskesmas mungkin juga telah tersedia pelaynan untuk Pencegahan/Penanggulangan Infeksi Menular Seksual(IMS) dan pelayanan untuk kesehatan Usia Sekolah. Akan tetapi mungkin hanya sebagaian kecil Puskesmas yang sudah menyediakan pelayanan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja.

Langkah ke empat :

Kaitkan antara kebutuhan masyarakat dengan pelayanan yang ada.

Kaittan ini perlu untuk menyimpulkan apa saja pelayanan yang sudah ada belum

tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan kesimpulan

dari kajian atas Program-program pelayanan ini maka Puskesmas perlu segera

membuat dua rencana penting yaitu :

8 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

a. Rencana pelaksanaan kegiatan operasional Kesehatan Reproduksi bagi

pelayanan yang sudah ada sehingga dapat langsung memenuhi kebutuhan masyaratakat, dan

b. Rencana kegiatan untuk mempersiapkan penyediaan pelayanan Kesehatan Reproduksi yang belum ada .Jika ada kebutuhan pelayanan untuk

pencegahan/penanggulangan IMS dan/atau Kesehatan Remaja, tetapi belum ada tenaga dan sarana untuk melakukannya, maka Puskesmas harus melakukan tindak lanjut membuat usulan pelatihan pencegahan penanggulangan IMS dan/atau pelayanan Kesehatan Remaja serta penyediaan

sarana dalam anggaran tahun berikutnya.

3. Kajian atas Kesesuaian Pelayanan Klinis dengan Protap Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

Kajian dilakukan dengan membandingkan antara langkah-langkah pelayanan

klinis (Protap) yang secara rutin dikerjakan di Puskesmas dengan contoh bagan alur Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi bagi masing-masing program (lihat Bagan Alur Pelayanan 1-4 terlampir). Tahap ini meliputi kajian

secara rinci terhadap langkah-langkah pelayanan klinis pada tiap macam program pelayanan yang sudah tersedia. Dari Kajian ini Dapat disimpulkan apakah

langkah-langkah pelayanan klinis yang sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH atau BELUM SESUAI dengan cntoh standar bagan alur Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi.

4. Kajian atas Manajemen Data Peket PKRE

Dengan adanya Protap yang baru dalam pelayanan klinis, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian atas manajemen data yang berkaitan dengan pelaksanaan Paket PKRE. Hal ini dilaksanakan dengan mengkaji data apa yang dicari, dan apa yang dilakukan dengan data itu, dengan memakai Protap yang baru. Dari kajian ini dapat disimpulkan apakah manajemen data yang

sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH atau BELUM MEMENUHI kebutuhan Protap yang baru bagi pelayanan masing-masing program dalam

lingkup Kesehatan Reproduksi.

Kesehatan Reproduksi 9 Pedoman Operasional

5. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis, Manajemen Data dan Logistik

Paket PKRE

Besar kemungkinan bahwa kajian atas pelayanan klinis dan manajemen data akan menghasilkan kesimpulan bahwa Puskesmas perlu melakukan penyesuaian atas langkah-langkah rinci pelayanan klinis dan/atau manajemen data di Puskesmas. Penyesuaian ini dapat berupa penambahan atau pengurangan beberapa langkah pelayanan klinis dalam Protap yang sudah ada, dan/atau penambahan atau pengurangan beberapa data dalam standar pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan di Puskesmas. Salah satu contoh nyata tentang penyesuaian Protap pelayanan klinis adalah penambahan pertanyaan dalam anamnesa dan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keluhan/gejala tentang adanya infeksi saluran reproduks (IMS). Contoh lain adalah penyesuaian pencatatan dan pelaporan data klien (pasien maupun penduduk) sesuai dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan pengelompokan data ini sesuai dengan kelompok umur menurut Siklus Hidup.

a. Penyesuaian Alur Pelayanan Klinis

Jika diperoleh kesimpulan bahwa langkah-langkah pelayanan klinis yang sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH SESUAI dengan standar, maka Puskesmas hanya perlu malakukan monitoring melalui diskusi dalam pertemuan rutin bulanan Puskesmas, untuk menjamin bahwa rincian langkah-langkah pelayanan klinis berjalan terus sesuai dengan baik dan laancar melalui kegiatan pengendalian mutu pelayanan.

Sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas BELUM SESUAI standar, maka

Puskesmas perlu segera membuat rencana tindak lanjut :

i) Penyesuaian Prosedur Tetap (Protap) pelayanan klinis sehingga sesuai contoh/standar. Penyesuaian ini antara lain dapat berbentuk

kesepakatan bersama untuk melakukan Protap yang baru, pembuatan Protap tertulis yang baru untuk dibagikan kepada seluruh petugas terkait, pembuatan bagan alur Protap yang baru untuk dipasang di lingkungan Puskesmas sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan pelayanan, dll.

10 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

ii) Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu, terhadap pelaksanaan Protap yang baru. Kajian rutin ini dilaksanakan

oleh Tim Kecil Kespro dan sebaiknya secara khusus dilakukan terus menerus selama tiga bulan pertama sejak Protap yang baru disepakati, dengan tujuan menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan Protap yang baru itu. Setelah terbukti bahwa Protap baru itu telah mantap dilaksanakan, maka kajian rutin yang khusus ini dapat dihentikan dan monitoring selanjutnya dilakukan melalui diskusi dalam pertemuan rutin/bulanan (Lokakarya Mini) yang membahas pengendalian mutu pelayanan.

iii) Melaksanakan Pelatihan singkat bagi petugas terkait atau penyediaan sarana tambahan jika perubahan Protap itu memerlukan

penambahan ketrampilan baru bagi petugas dajn/atau penyediaan sarana baru.

b. Penyesuaian Manajemen Data

Jikan diperoleh kesimpulan bahwa manajemen data yang sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas SUDAH MEMENUHI kebutuhan Protap yang baru, maka Puskesmas hanya perlu melakukan monitoring melalui diskusi atas data itu dalam pertemuan bulanan untuk menjamin bahwa manajemen data yang ada berjalan terus sesuai dengan baik dan lancer (pengendalian mutu manajemen data) . Sebaliknya, jika ditemukan kesimpulan bahwa manajemen data yang sekarang rutin dikerjakan di Puskesmas BELUM MEMENUHI kebutuhan Protap yang baru, maka Puskesmas perlu segera membuat

rencana tindak lanjut :

i) Penyesuaian manajemen data sehingga sesuai dengan Protap yang baru. Contoh penyesuaian ini antara lain berupa penambahan atau

pengurangan data, penentuan cara pencarian dan pengolahan data yang baru termasuk pedoman analisa dan pembuatan kesimplannya. Penyesuaian ini diwujudkan dalam bentuk pedomn tertulis untuk dibagikan kepada seluruh petugas terkait, pembuatan laporan atau grafik yang baru untuk dipakai di lingkungan Puskesmas atau sebagai laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai bahan referensi dalam menilai kemajuan atau hasil kegiatan pelayanan, dll.

Kesehatan Reproduksi 11 Pedoman Operasional

ii). Melakukan kajian rutin, minimum tiap minggu atau tiap dua minggu, terhadap manajemen data yang baru. Kajian rutin ini sebaiknya dilakukan

Tim Kecil Kespro secara khusus selama tiga bulan pertama sejak perubahan manajemen data dimulai, untuk menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan manajemen data yang baru tersebut. Setelah terbukti bahwa proses manajemen data yang baru itu telah mantap dilaksanakan, maka kajian khusus ini dapat di hentikan dan selanjutnya dimonitor melalui diskusi dalam pertemuan rutin bulanan (Lokakarya Mini) sebagai bagian dari pengendalian mutu keseluruhan pelayanan Puskesmas.

iii). Melaksanakan pelatihan singkat bagi petugas terkait atau penyediaan

sarana, jika perubahan manajemen data ini menyangkut penambahan ketrampilan baru bagi petugas dan/atau penyediaan sarana baru.

Catatan : Khusus untuk tindak lanjut untuk butir iii (baik untuk pelayanan klinis

maupun manajemen data), perlu dibuat usulan rencana kegiatan khusus guna mendukung pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi untuk dimasukkan dalam pengajuan anggaran rutin bulanan, misalnya dengan

memakai dana dari biaya operasional Puskesmas atau memakai dana dari pengembalian pendapatan Puskesmas.

Penyesuaian alur pelayanan dan manajemen data ini, jelas akan berdampak terhadap aspek logistic program yang terkait dengan Reproduksi Kesehatan. Sebagai contoh, adanya tambahan pertanyaan anamnesa dan pemeriksaan terhadap ibu hamil dalam kaitannya dengan IMS mungkin akan memerlukan : a. Perubahan pada bagian anamnesa dan pemeriksaan dalam Kartua Pasien b. Penambahan reagen untuk pemeriksaan IMS dan obat untuk

menanggulangi IMS, karena jumlah sasaran pemeiksaan kemudian tidak hanya mencakup pasien yang dating ke Balai Pengobatan dengan keluhan IMS saja tetapi juga mencakup ibu hamil yang dating ke klinik KIA, berikut pasangannya.

c. Penyediaan alat pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan IMS yang diperlukan.

12 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

Denagan adanya kebutuhan baru dalam aspek logistic, maka manajemen sarana Puskesmas juga perlu disesuaikan. Ini berarti perencanaan tahunan

Puskesmas juga perlu disesuaikan terutama menyangkut perencanaan kebutuhan sarana, penyimpanan, pencatatan dan pelaporan inventaris, termasuk perubahan dalam formulir permintaan bahan/sarana.

Untuk tu pada saat pembuatan rencana anggaran tahun berikutnya maka Puskesmas perlu menyesuaikan rencana usulan kebutuhan logistic untuk masing-masing rogram terkait, agar memenuhi kebutuhan standar

pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reprouksi.

Kesehatan Reproduksi 13

BAB III PELAKSANAAN

Yang terpenting dalam penerapan Pelayanan Terpadu Kesehaan Reproduksi, adalah mulai menyesuaikan kegiatan rutin Puskesmas untuk mencapai tujuan “Sekali Datang Semua Pelayanan Diperoleh”. Penyesuaian ini didasarkan pada hasil

kajian atas program, pelayanan klinis, manajemen data, serta logistic dan pelatihan staf. Dengan penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi ini, diharapkan seluruh klien yang dating di Puskesmas akan dilayanai secara terpadu sesuai Protap yang mengitegritaskan semua aspek Kesehatan Reproduksi dalam pelayanan tiap program kesehatan yang ada.

A. Langkah-Langkah Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi

Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sebaiknya dimulai dengan

menyempurnakan Protap bagi program pelayanan yang paling siap. Secara

operasiona, penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi untuk semua program dengan sekaligus mungkin sulit dilakukan, mengingat belum tentu semua sarana telah tersedia, dll. Pemilihan program pelayanan mana yang akan dijadikan sebagai “ujung tombak” penerapan didasarkan pada hasil kajian program untuk mengetahui pelayanan apa yang paling siap. Kesiapan ini mencakup adanya petugas yang sudah dilatih, Protap yang paling mudah disesuaikan dan sarana yang paling mudah/cepat dapat diperoleh. Sebagai contoh, ditinjau dari segi kesiapan program, maka pelayanan Kesehatan Ibu & Bayi Baru Lahir dan Keluarga Berencana biasanya merupakan calon terkuat untuk menjadi ujung tombak memulai penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi karena kedua pelayanan ini sudah ada di sebagian besar Puskesmas.

Agar Puskesmas dapat memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi yang berkualitas, sebaiknya penerapan pelayanan juga dilakukan secara bertahap.

Sebagai contoh, pada awal penerapan atau selama bulan pertama, hanya sebagian ibu hamil saja yang diberi Pelayanan Terpadu dengan menerapkan Protap yang baru sesuai dengan kesiapan dan ketersedian petugas yang terlath. Setelah satu bulan berjalan, dapat dilakukan kajian terhadap pengalaman penerapan ini untuk mempelajari kesulitan-kesulitan yang ditemui agar dapat dirancang tindakan untuk mengatasinya.

14 Kesehatan Reproduksi Pedoman Operasional

Proses “uji coba” secara bertahap ini sebaiknya tidak lebih dari tiga bulan agar pada bulan keempat Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah dapat tersedia dan dinikmati oleh semua ibu hamil yang berkunjung. Langkah uji coba

ini, dengan hanya melayani sebagian ibu hamil, tidak perlu dilakukan jika hasil kajian menunjukan bahwa Puskesmas telah mampu (memiliki cukup tenaga terlatih) dan sebagian sarana utama (reagen dan obat) telah tersedia dalam jumlah yang dianggap cukup.

Sebagai acuan, dapat digunakan contoh penerapan bertahap berikut :

1. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 5-10 orang per hari, dapat langsung memberikan Pelyanan Tepadu Kesehatan Reproduksi kepada semua (100%) ibu hamil

2. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil 11-20 orang per hari, dapat

memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi separuh (50%) ibu hamil dalam 1-3 bulan pertama. Sesudah 3 bulan diharapkan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi ini sudah dapat diberikan kepada semua (100%) ibu hamil. 3. Untuk Puskesmas dengan kunjungan ibu hamil lebih dari 20 orang per hari, dapat

memberikan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi kepada sepetiga (30%) ibu hamil dalam 1-6 bulan pertama. Sudah 3 bulan, tetapi tidak lebih dari 6 bulan, diharapkan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi sudah diberikan kepada semua (100%) ibu hamil.

B. Penyusunan Rencana Penerapan Pelayanan Terpadu Kespro

Rencana penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi secara bertahap harus merupakan kesepakatan bersama di Puskesmas dan diketahui oleh setiap petugas karena menyangkut proses kerja banyak petugas. Misal, penerapan

Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi dengan menjadikan pelayanan Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir sebagi “ujung tombak” akan berdampak pada proses kerja (paling sedikit) empat petugas, yaitu petugas Klinik KIA, petugas Imunisasi, Petugas Laboratorium dan petugas Kamar Obat. Bahkan mungkin hal ini juga berdampak pada petugas loket, jika di Puskesmas tersebut petugas loket juga berfungsi melakukan anamnesa sederhana. Penerapan Pelayanan Terpadu Kesehatan Reproduksi juga dapat mempengaruhi alur pergerakan klien, sehingga disarankan agar pelayanan yang berkaitan erat, (missal KIA dan KB) dilaksanakan di ruang yang berdekatan sehinnga memudahkan klien.

Kesehatan Reproduksi 13

Apapun rencana penerapan yang dipilih, pada akhir bulan pertama harus diadakan kajian khusu untuk menilai kelancaran dan keberhasilannya. Penilaian tersebut berdasarkan 2 aspek, yaitu :

1. Aspek kelancaran dikaji dalam pertemuan bulanan Puskesmas untuk

menyempurnakan alur pelayanan, agar estafet pelayanan klien dari satu petugas ke petugas yang lain berjalan mulus dan tidak malah membuat klien menjadi harus lebih lama menunggu dilayani.

2. Aspek keberhasilan dikaji untuk menilai apakah dengan pendekatan itu semakin

banyakn kasus dapat ditemukan dan/atau semakin banyak klien yang dating untuk mendapatkan pelayanan. Sumber data untuk menilai keberhasilan ini adalah pengalaman masing-masing peugas yang terkait.

Agar penilaian terhadap langkah-langkah penerapan ini menjadi lebih tepat dan lebih tajam, dapat dilakukan wawancara sederhana pada beberapa klien secara acak sebelum mereka meninggalkan Puskesmasn (“exit interview”). Tujuan utama wawancara ini adalah untuk mendengar pendapat dan kesan klien tentang lamanya waktu pelayanan, apakah klien merasacmakin repot karena harus berhubungan dengn banyak petugas dll. Untuk wawancara ini sebaiknya dipilih 5-10% klien perhari dengan jumlah klien kunjungan lama lebih banyak sehingga dapat diperoleh kesan yang membandingkan antara pelayanan sebelumnya (tanpa keterpaduan) dan pelayanan

Dokumen terkait