Penyesuaian angka dasar merupakan tahap akhir dari proses perhitungan angka dasar untuk tahun yang direncanakan. Mengingat angka dasar tersebut diturunkan dari prakiraan maju yang telah disusun pada tahun sebelumnya, perubahan-perubahan parameter yang digunakan dalam perhitungan prakiraan maju perlu disesuaikan. Parameter yang perlu disesuaikan angkanya tersebut, yaitu:
1. parameter ekonomi, meliputi inlasi dan nilai tukar;
2. parameter non-ekonomi, meliputi acress, indeks organ1sas1, dan
indeks SBM.
Selain itu, penyesuaian angka dasar juga menyangkut output baru
terkait dengan inisiatif baru yang diusulkan K/L dalam KPJM. Penyesuaian ini akan berdampak terhadap penyusunan angka prakiraan maju baru (3 tahun dari tahun yang direncanakan).
1. Penyesuaian angka dasar belanja pegawai
Untuk belanja pegawai, perubahan parameter yang perlu disesuaikan nilainya terhadap penyusunan angka dasar adalah:
a. inlasi untuk tunjangan beras;
b. nilai tukar untuk belanja pegawai luar negeri; dan
c. penyesuaian acress 3, 1 % (tiga koma satu persen) pada gaji dan
tunjangan yang melekat pada gaji.
Selain itu, penyesuaian Belanja Operasional Belanja Pegawai (Komponen 001) juga dilakukan terhadap tambahan pegawai baru yang gajinya sudah dibayarkan mulai Januari tahun 2 016, dan penyesuaian SBM tahun anggaran 2 016, di luar SBM uang makan, tarif lembur, dan uang lauk pauk.
Contoh 1: Penyesuaian terhadap inlasi
Berdasarkan hasil reviu diperoleh angka dasar untuk Satker A adalah sebesar Rpl. 000 . 000 . 000. Dari jumlah tersebut, tunjangan beras dialokasikan Rp50 .000 . 000. Asumsi inlasi yang digunakan untuk menyusun Kapasitas Fiskal adalah 4% (empat persen) . Setelah dilakukan penyesuaian, maka angka dasar untuk Satker A adalah
Rp950 . 000 . 000 + (l,04*Rp50 . 000. 000) = Rpl.002 . 000.000.
Contoh 2 : Penyesuaian terhadap nilai tukar
Berdasarkan hasil reviu diperoleh angka dasar belanja pegawai untuk Satker A adalah sebesar Rpl.000 . 000 . 000. Dari jumlah tersebut, dialokasikan Rp240 . 00 0 . 000 untuk belanja pegawai luar negeri
(US$20 . 000 x asumsi kurs Rp12 . 000) . Dalam perkembangannya,
asumsi kurs yang digunakan untuk menyusun Kapasitas Fiskal adalah Rpl2 .500/US$ . Setelah dilakukan penyesuaian, maka angka
dasar belanja pegawai untuk Satker A adalah Rp760 .000 . 000 +
(US$2 0 . 000*Rpl2 .500) = Rpl. 010 . 000 . 000.
Contoh 3: Penyesuaian terhadap acress
Berdasarkan hasil reviu diperoleh angka dasar untuk Satker A adalah sebesar Rpl. 000 . 000 . 000. Dari jumlah tersebut, gaji dan tunjangan yang melekat pada gji diperkirakan Rp50 0 . 000 . 000. Dengan asumsi terjadi kenaikan pegawai secara alamiah, maka terhadap gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji dilakukan peningkatan sebesar acress 3, 1 % (tiga koma satu persen) . Setelah dilakukan penyesuaian, maka angka dasar belanja pegawai untuk
Satker A adalah Rp500.000.000 + (1,031*Rp500.000.000)
Rp 1.015.500.000.
Hasil penyesuaian tersebut digabungkan ke dalam angka dasar sebelum penyesuaian, untuk selanjutnya ditetapkan sebagai angka dasar untuk tahun yang direncanakan.
Gambar
IV. 1Angka p��a! J�tanja Pegawai (Komponen
001)Setelah Penyesuaian
Angka Dasar Belanja Pegawai TA t+l I \ Pagu APBNP TA t Perbaikan distribusi Realisasi APBNP TA l· l , _ _ _ _ _ _ ..
• Bel. Pegawai Transito;
• Akun selain 51;
2. Penyesuaian angka dasar belanja non pegawai
•
Penyesuaian lnlasi x Tunjangan Beras•
Nilai Tukar x Belanja Pegawai LN•
Acress x Gaji dan Tunjangan yang Melekat Pada GajiSebagaimana halnya angka dasar belanja pegawai, untuk menghasilkan proyeksi yang lebih akurat, terhadap angka dasar belanja non-pegawai juga dilakukan penyesuaian, baik terhadap parameter ekonomi seperti inflasi, maupun terhadap parameter non ekonomi seperti indeks organisasi dan indeks standar biaya masukan. Untuk sumber dana yang berasal dari PHLN, juga disesuaikan dengan asumsi nilai tukar.
Untuk Belanja Operasional Belanja Barang (komponen 002) penyesuaian dilakukan atas:
a. Tambahan biaya keperluan sehari-hari perkantoran sesuai tambahan pegawai tahun yang direncanakan;
b. Penyesuaian dengan SBM tahun yang direncanakan;
c. Tambahan aset yang dipelihara pada tahun yang direncanakan sebesar maksimal 2% (dua persen) dari tambahan belanja modal tahun berjalan dari realisasi belanja modal tahun sebelumnya;
d. Tambahan indeks inlasi untuk unit cost non SBM tahun yang
direncanakan.
Sementara itu, untuk Belanja Non Operasional berkarakteristik operasional seperti Dukungan Operasional Pertahanan dan Keamanan (komponen 003), Dukungan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan (komponen 004), dan Dukungan Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Unit (Komponen 005) penyesuaian dilakukan terhadap: a. SBM tahun yang direncanakan;
b. Tambahan Indeks inflasi untuk unit cost non SBM tahun yang
direncanakan.
Contoh 1: Penyesuaian terhadap inlasi
Berdasarkan hasil reviu diperoleh angka dasar komponen 002 yang bersumber dari Rupiah Murni untuk Satker A adalah sebesar Rp l . 00 0 . 000 . 000. Asumsi inflasi yang digunakan untuk menyusun Kapasitas Fiskal adalah 4% (empat persen) . Setelah dilakukan penyesuaian, maka angka dasar komponen 002 untuk Satker A
adalah 1,04*Rp l . OOO . OOO . OOO = Rp l . 04 0 . 000 . 000.
Contoh 2 : Penyesuaian terhadap indeks organisasi
Berdasarkan hasil reviu diperoleh angka dasar belanja barang dan jasa yang bersumber dari Rupiah Murni untuk Satker A adalah sebesar RpS00 . 000 .000. Sejalan dengan penambahan pegawai baru, maka kebutuhan peralatan kantor untuk pegawai baru juga mengalami peningkatan. Oleh karena itu, terhadap angka dasar belanja barang dan jasa tersebut dilakukan penyesuaian terhadap indeks organisasi sebesar 3% (tiga persen) . Setelah dilakukan penyesuaian, maka angka dasar belanja barang dan jasa untuk Satker A adalah 1,03*Rp500�000 . 000 = Rp515.000 . 000 .
Contoh 3 : Penyesuaian terhadap belanja pemeliharaan
Berdasarkan hasil reviu diperoleh angka dasar belanja barang dan jasa yang bersumber dari Rupiah Murni untuk Satker A adalah sebesar Rp l . 00 0 . 000.000. Dari jumlah tersebut, proyeksi belanja pemeliharaan adalah sebesar Rp400 . 000 . 000 . Sejalan dengan semakin banyaknya aset yang harus dipelihara, terhadap angka dasar belaja pemeliharaan tersebut dilakukan penyesua1an terhadap indeks organisasi sebesar 2% (dua persen) . Setelah
dilakukan penyesuaian, maka angka dasar belanja barang dan jasa untuk Satker A adalah 1,02*Rp400 . 00 0 . 000 = Rp408 . 000 . 000 .
Hasil penyesuaian angka dasar belanja non-pegawai, selanjutnya digabungkan dengan angka dasar belaja non-pegawai sebelum penyesu..1an.
Mengingat angka dasar yang harus disusun harus mencakup semua sum ber dana, maka angka dasar yang dihasilkan oleh pereviu dari Direktorat Anggaran I, Direktorat Anggaran II, dan Direktorat Anggaran III ditambahkan dengan angka dasar belanja non-pegawai yang bersumber dari PNBP dan pendapatan BLU (dari Direktorat PNBP-DJA), dan dari PHLN, PHDN, dan SBSN PBS (dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko) .
Hasil akhir reviu angka dasar dituangkan dalam kertas kerja sebagaimana terlampir.