• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Penyidikan

1. Pengertian Penyidik dan Penyidikan

Penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).25 Dalam KUHAP penyidikan juga dilaksanakan untuk mencari serta mengumpulkan bukti.26 Penyidikan yang dilaksanakan untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu juga dilaksanakan guna menemukan tersangkanya. Penyidikan dilakukan oleh penyidik. Dimana penyidik menurut KUHAP adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil (PPNS) tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.27

Pasal 6 ayat (2) KUHAP mencantumkan bahwa syarat-syarat untuk diangkat menjadi “penyidik” diatur oleh Peraturan Pemerintah. Adapun Peraturan Pemerintah yang mengatur syarat-syarat penyidik tersebut yaitu Peraturan Pemerintah Nomo 27 Tahun 1983 yang berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 dapat disimpulkan bahwa penyidik adalah sebagai berikut:

1. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang sekurang-kurangnya berpangkat pembantu Letnan Dua (Pelda Pol), ditunjuk oleh kepala Kepolisian Republik Indonesia.

2. Komandan Sektor (karena jabatannya adalah penyidik/Pelda Pol tidak ada: untuk melaksanakan penyidikan atas usul Komandan/ Pimpinannya, Kepala Kepolisian Republik Indonesia mengangkat penyidik pembantu dengan syarat-syarat:

a. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi.

25

Dahlan. 2017. Penegakan Hukum dengan Pendekatan Diversi: Perspektif Teori

Keadilan Bermartabat. Yogyakarta: Nusa Media Yogyakarta, halaman 133. 26

Ibid. 27

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (Golongan II/a).

3. Pejabat pegawai negeri tertentu, yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda tingkat I (Golongan II/b) atas usul dari Departemen yang bersangkutan, diangkat Menteri Kehakiman setelah mendengar pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.28

Setelah bukti-bukti dikumpulkan dan yang diduga tersangka telah ditemukan, maka penyidik menilai dengan cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan kepada Penuntut Umum (Kejaksaan) atau ternyata bukan merupakan tindak pidana.29 Setelah selesai dilakukan penyidikan, maka berkas perkara diserahkan kepada penuntut umum. Penyerahan ini dilakukan 2 (dua) tahap, yakni:

1. Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara;

2. Dalam hal penyidik sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.30

Pemeriksaan tindak pidana narkotika dan psikotropika biasanya dilakukan setelah menerima informasi/laporan atau dugaan mengenai telah terjadinya suatu tindak pidana narkotika. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh penyidik guna melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian perkara (locus delicti), yakni mengadakan penelitian untuk menemukan barang-barang bukti yang ada di tempat tersebut. Selanjutnya penyidik berusaha untuk menemukan orang yang diduga melakukan tindak pidana narkotika tersebut. Proses hukum acaranya

28

Leden. 2009. Proses Penanganan Perkara Pidana: Buku 1. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 74.

29

Ibid., halaman 12-13. 30

sesuai dengan KUHAP, yakni penyidik terlebih dahulu berfungsi sebagai penyidik, dan membuat berita acara dengan melakukan pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penggeledahan, pemasukan rumah, penyitaan benda, pemeriksaan surat, pemeriksaan saksi dan lainnya, guna dibuatkan BAP. Dalam perkara tindak pidana narkotika, maka diperioritaskan untuk didahulukan. Sehingga, penyidik diberikan tugas untuk mengumpulkan bukti-bukti dalam perkara tersebut.31

2. Kewenangan Penyidik

Menurut KUHAP, penyidik memiliki sejumlah kewenangan yaitu, 1) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana. 2) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian, menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dirinya. 3) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. 4) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat, mengambil sidik jari dan memotret seseorang, memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi, mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara, mengadakan penghentian penyidikan dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.32

Penyidik berwenang untuk memeriksa tanda pengenal diri dari seorang tersangka, yakni orang yang karena perbuatannya atau karena keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku sesuatu tindak pidana.

31

Syaiful Bakhri, Op.Cit., halaman 158.

32

Apabila penyidik itu mengetahui sendiri tentang terjadinya suatu tindak pidana, maka dengan sendirinya ia wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan, misalnya melakukan tindakan pertama di tempat kejadian, menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenalnya, melakukan penangkapan dan lain-lainnya. 33

Penyidik dalam hal menerima pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa, yang oleh pelapor atau pengadu telah diduga sebagai tindak pidana, maka ia harus berhati-hati untuk tidak tergesa-gesa melakukan pemanggilan terhadap orang-orang untuk didengar keterangannya atau diperiksa, baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka, apabila melakukan penangkapan atau penahanan terhadap orang yang dilaporkan atau diadukan sebagai pelaku suatu tindak pidana karena sikap tergesa-gesa yang pada hakikatnya merupakan suatu kecerobohan, sering sekali hal tersebut menyebabkan penyidik terpaksa menghentikan penyidikannya.34

Menurut Pasal 7 ayat (1) huruf b KUHAP bahwa penyidik berwenang melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian. Yang dimaksud dengan tempat kejadian adalah tempat di mana telah dilakukan sesuatu tindak pidana. Yang dimaksud dengan melakukan tindakan pertama di tempat kejadian adalah melakukan segala macam tindakan yang oleh penyidik dipandang perlu untuk:

a. Menyelamatkan nyawa korban atau harta kekayaan orang;

b. Menangkap pelakunya apabila pelaku tersebut masih berada dalam

33

P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang. 2010. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu

Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 260. 34

jangkauan penyidik untuk segera ditangkap;

c. Menutup tempat kejadian bagi siapa saja yang kehadirannya di situ tidak diperlukan untuk menyelamatkan korban, untuk menyelamatkan harta kekayaan orang atau untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan dengan maksud agar tempat kejadian itu tetap berada dalam keadaan yang asli untuk memudahkan penyelidikan dan penyidikan;

d. Menemukan, menyelamatkan, mengumpulkan dan mengambil barang-barang bukti serta berkas-berkas yang dapat membantu penyidik untuk mendapatkan petunjuk tentang identitas pelaku atau dari pelaku-pelakunya, tentang cara dan alat yang telah digunakan oleh para pelakunya dan untuk melemahkan alibi yang mungkin saja akan dikemukakan oleh seseorang tersangka apabila ia kemudian berhasil ditangkap;

e. Menemukan saksi-saksi yang diharapkan dapat membantu penyidik untuk memecahkan persoalan yang sedang ia hadapi dan memisahkan saksi-saksi tersebut agar mereka itu tidak dapat berbicara satu dengan yang lain, dan lain-lain.35

Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian tersebut, para penyidik perlu menyadari akan pentingnya beberapa hal berikut ini:

a. Bahwa bukti-bukti dan bekas-bekas di tempat kejadian itu sangat mudah hilang atau rusak, karena terinjak ke dalam tanah, tertendang oleh kaki ke tempat-tempat yang tidak disangka-sangka, tersentuh oleh tangan atau benda-benda lain;

b. Bahwa sudah dapat dipastikan para pelaku sesuatu tindak pidana itu akan meninggalkan bukti-bukti atau bekas-bekas di tempat kejadian, karena mereka tidak mungkin dapat menghilangkan semua bekas yang telah mereka buat di tempat kejadian karena ingin lekas-lekas meninggalkan tempat tersebut, kecuali apabila tindak pidana yang mereka lakukan telah direncanakan secara sempurna sekali;

c. Bahwa tidak ada satu pun barang bukti atas bekas yang terdapat di tempat kejadian itu yang tidak berguna untuk mengungkap peristiwa yang terjadi dan untuk menyelidiki siapa pelakunya;

d. Bahwa berhasil atau tidaknya seorang penyidik dapat mengungkap peristiwa yang terjadi atau dapat mengetahui siapa pelaku tindak pidana itu, tergantung pada berhasil atau tidaknya penyidik tersebut menemukan, mengumpulkan, dan mengamankan barang-barang bukti atau bekas-bekas yang telah ditinggalkan oleh pelakunya di tempat kejadian;

35

e. Bahwa harus dijaga agar tidak satu pun benda yang terdapat di tempat kejadian itu disentuh, dipindahkan atau diangkat dari tempatnya yang semula oleh siapa pun sebelum benda-benda tersebut dipotret dan digambar dalam suatu sketsa mengenai tempat dimana benda-benda tersebut dijumpai. Di samping itu, perlu dicatat mengenai tempat ditemukannya benda-benda tersebut, letaknya, keadaannya dan lain-lain untuk memudahkan penyidikan lebih lanjut dan untuk memudahkan pembuatan berita acara mengenai penemuan-penemuannya itu sendiri;

f. Bahwa pada semua benda yang ditemukan di tempat kejadian itu harus diberikan tanda-tanda tertentu dan pemberian tanda-tanda itu harus dicatat oleh penyidik dan diusahakan agar pemberian tanda-tanda itu jangan sampai merusak tanda-tanda atau bekas-bekas yang telah ada pada benda-benda tersebut.36

Dokumen terkait