• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan ruang simpan disajikan pada Tabel 5. Perlakuan ruang simpan dan jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air benih koro pedang selama penyimpanan 6 bulan. Pengamatan tolok ukur potensi tumbuh maksimum memberikan hasil yang berbeda dengan pengamatan kadar air benih. Potensi tumbuh maksimum tidak dipengaruhi oleh ruang simpan dan jenis kemasan selama penyimpanan, kecuali pada periode simpan 2 bulan. Jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap PTM benih pada periode simpan 2 bulan.

Hasil pengamatan daya berkecambah benih hampir serupa dengan tolok ukur potensi tumbuh maksimum. Ruang simpan dan jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih selama periode simpan 1–5 bulan. Periode simpan 6 bulan, ruang simpan dan jenis kemasan berpengaruh nyata pada tolok ukur daya berkecambah. Ruang simpan berpengaruh nyata pada tolok ukur BKKN pada periode simpan 1 dan 3 bulan. Jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap berat kering kecambah normal pada periode simpan 1 dan 4 bulan serta berpengaruh sangat nyata pada periode simpan 2, 3, dan 5 bulan. Ruang simpan dan jenis kemasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur BKKN pada periode simpan 6 bulan.

Ruang simpan dan jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur indeks vigor selama periode simpan 1–5 bulan, kecuali pada periode simpan 5 bulan. Ruang simpan tidak berpengaruh nyata terhadap indeks vigor pada periode simpan 5 bulan. Ruang simpan dan jenis kemasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur indeks vigor pada periode simpan 6 bulan.

Perlakuan ruang simpan dan jenis kemasan mulai berpengaruh nyata terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh pada periode simpan 2 bulan. Ruang simpan berpengaruh nyata pada periode simpan 2, 4, dan 6 bulan serta berpengaruh sangat nyata pada periode simpan 3 bulan. Jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh pada periode simpan 2 bulan serta berpengaruh sangat nyata pada periode simpan 3–5 bulan. Perlakuan ruang simpan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur keserempakan tumbuh pada periode simpan 2 dan 3 bulan serta berpengaruh nyata pada periode

15 simpan 4 bulan. Jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur KST selama penyimpanan 6 bulan, kecuali pada periode simpan 3 dan 6 bulan.

Tabel 5 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh ruang simpan dan jenis kemasan terhadap tolok ukur pengamatan selama periode simpan 1–6 bulan

Tolok ukura KA (%) PTM (%) DB (%) BKKN (g) IV (%) KCT (% etmal-1) KST (%) Bulan ke-1 Ruang simpan ** tn tn * ** tn tn Kemasan ** tn tn * ** tn ** KK(%) 9.37 0.95 2.84 11.03 17.92b 4.58 18.69b Bulan ke-2 Ruang simpan ** tn tn tn ** * ** Kemasan ** ** tn ** ** * ** KK(%) 4.87 0.67 2.96 8.12 9.53 2.83 19.48 Bulan ke-3 Ruang simpan ** tn tn * ** ** ** Kemasan ** tn tn ** ** ** tn KK(%) 3.08 0.47 4.76 6.54 17.20 4.81 17.16 Bulan ke-4 Ruang simpan ** tn tn tn ** * * Kemasan ** tn tn * ** ** ** KK(%) 8.50 1.91 3.58 9.69 19.49 5.18 14.34b Bulan ke-5 Ruang simpan ** tn tn tn tn tn tn Kemasan ** tn tn ** ** ** ** KK(%) 3.03 2.78 5.82 9.98 17.83 5.47 18.65b Bulan ke-6 Ruang simpan ** tn * tn tn * tn Kemasan ** tn * tn tn tn tn KK(%) 4.45 4.05 15.75b 13.70b 19.60b 13.63 14.41b a

KA: kadar air; PTM: potensi tumbuh maksimum; DB: daya berkecambah; BKKN: berat kering kecambah normal; IV: indeks vigor; KCT : kecepatan tumbuh; KST: keserempakan tumbuh; kolom yang mengandung simbol *, **, tn: berpengaruh nyata, sangat nyata, tidak nyata; bdata hasil transformasi arcsin.

Pengaruh ruang simpan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum, dan viabilitas benih koro pedang

Kadar air benih yang disimpan di ruang kamar nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air benih yang disimpan di ruang ber-AC selama periode simpan 6 bulan. Kadar air benih yang disimpan di ruang suhu kamar antara 10.69 sampai 11.40% sedangkan kadar air benih yang disimpan di ruang ber-AC antara 8.27 sampai 9.32% (Tabel 6) . Hal ini disebabkan pada kondisi

16

kamar selama penyimpanan menunjukkan suhu dan RH cukup tinggi (suhu 23.3–29.9 ºC dan RH 61–85%) sedangkan pada kondisi ruang ber-AC menunjukkan suhu dan RH lebih rendah (suhu 16.3–26.3 ºC dan RH 33–69%) (Lampiran 1 dan 2).

Penyimpanan benih kedelai hitam selama 6 bulan menunjukkan perubahan kadar air berkisar 0–1%. Peningkatan KA benih dikarenakan selama penyimpanan benih melakukan penyeimbangan dengan udara sekitar. Kadar air benih meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan, karena semakin lama penyimpanan benih lebih lama mengadakan keseimbangan dengan uap air disekitarnya (Irfantongga 2012). Rahayu dan Widajati (2007) dari hasil penelitian terhadap benih caisin menyimpulkan hal yang sama, kadar air benih caisin yang disimpan pada kondisi kamar memiliki kadar air rata-rata nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi ruang AC.

Tabel 6 Pengaruh ruang simpan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum, dan viabilitas benih koro pedang selama periode simpan 1–6 bulan

Ruang Simpan Tolok ukur

a

KA (%) PTM (%) DB (%) BKKN (g)

Bulan ke-1

Ruang kamar 10.83a 99.33 96.67 23.97a

Ruang ber-AC 9.32b 99.11 96.89 20.64b

Bulan ke-2

Ruang kamar 11.40a 99.78 94.44 20.64

Ruang ber-AC 9.13b 99.11 93.78 19.00

Bulan ke-3

Ruang kamar 11.21a 100.00 94.00 23.32a

Ruang ber-AC 8.96b 99.78 92.89 21.62b

Bulan ke-4

Ruang kamar 10.69a 98.89 92.44 25.11

Ruang ber-AC 8.27b 98.44 90.00 23.83

Bulan ke-5

Ruang kamar 10.69a 96.20 90.44 19.66

Ruang ber-AC 9.10b 98.67 90.00 19.58

Bulan ke-6

Ruang kamar 11.06a 95.33 67.11a 11.49

Ruang ber-AC 9.27b 93.78 53.11b 9.66

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada pengamatan bulan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) ; KA: kadar air; PTM: potensi tumbuh maksimum; DB: daya berkecambah; BKKN: berat kering kecambah normal .

Potensi tumbuh maksimum (PTM) merupakan total benih yang menunjukkan gejala pertumbuhan, dengan kata lain PTM merupakan gambaran dari benih yang mampu tumbuh menjadi kecambah normal maupun abnormal (Saleh dan Wardah 2010). Potensi tumbuh maksimum benih koro pedang secara

17 statistik tidak dipengaruhi ruang simpan selama periode simpan 1–6 bulan. Selama penyimpanan, potensi tumbuh maksimum mengalami fluktuasi tetapi tetap bertahan di atas 90.00%. Potensi tumbuh maksimum benih yang disimpan di ruang kamar antara 95.33–100.00% dan benih yang disimpan di ruang ber-AC memiliki nilai potensi tumbuh maksimum 93.78–99.78% (Tabel 6). Berbeda dengan hasil penelitian Baktisari (2011) terhadap benih kedelai, potensi tumbuh maksimum pada periode simpan 1 bulan mulai mengalami penurunan antara 72–97%. Potensi tumbuh maksimum pada periode simpan 3 bulan mengalami penurunan tajam sehingga nilainya kurang dari 45%. Benih koro pedang mampu mempertahankan potensi tumbuh maksimum hingga periode simpan 6 bulan diduga karena kulit benih yang tebal dan keras mampu melindungi benih ketika disimpan.

Faktor ruang simpan tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah benih koro pedang, selama periode simpan 1–5 bulan DB masih bertahan di atas 90%. Daya berkecambah benih di ruang kamar lebih tinggi daripada daya berkecambah benih di ruang ber-AC pada periode simpan 6 bulan. Daya berkecambah benih pada periode simpan 6 bulan ini megalami penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai 67.11% pada ruang kamar dan 53.11% pada ruang ber-AC (Tabel 6). Hasil penelitian Muchtar et al. (2014) menunjukkan benih jagung manis tanpa perlakuan coating (kontrol) mengalami penurunan yang sangat signifikan. Periode simpan 0 bulan daya berkecambah 82.7% dan pada periode simpan 6 bulan daya berkecambah turun menjadi 56.7%.

Tabel 6, pada penyimpanan 6 bulan KA (11.06%) dan DB benih (67.11%) yang disimpan pada ruang suhu kamar lebih tinggi daripada KA (9.27%) dan DB benih (53.11%) yang disimpan di ruang ber-AC. Penyimpanan benih ortodoks pada umumnya memperlihatkan bahwa benih yang memiliki KA lebih tinggi maka DB akan lebih rendah. Hasil penelitian ini dapat seperti demikian, diduga karena meskipun KA benih yang disimpan di ruang kamar lebih tinggi tetapi masih di bawah batas maksimal KA benih koro pedang yaitu 12% untuk semua kelas benih (Dirjen TP 2009). Sehingga memungkinkan DB benih yang disimpan di ruang suhu kamar lebih tinggi daripada DB benih yang disimpan di ruang ber-AC.

Penurunan DB yang sangat signifikan pada periode simpan 6 bulan, sedangkan PTM benih yang masih bertahan di atas 90.00% (Tabel 6) memperlihatkan bahwa pada akhir penyimpanan ini banyak sekali benih yang tumbuh menjadi kecambah abnormal. Tabel 6 menunjukkan PTM benih di ruang kamar sebesar 95.33% dan DB sebesar 55.56%, dari data ini dapat dilihat bahwa 39.77% (19 benih) dari 50 benih tumbuh abnormal. Hasil tersebut juga mengindikasikan bahwa viabilitas benih koro pedang sudah turun pada periode simpan 6 bulan (22 bulan setelah panen).

Berat kering kecambah normal benih yang disimpan di ruang kamar lebih tinggi dibandingakan dengan berat kering kecambah normal yang disimpan di ruang ber-AC pada periode simpan 1 dan 3 bulan. Selama penyimpanan 1–4 bulan, berat kering kecambah normal cenderung tetap di atas 20 g, dan mulai turun pada periode simpan 5 bulan dan turun secara signifikan pada periode simpan 6 bulan (Tabel 6). Syarovi et al. (2013) menyatakan benih yang memiliki daya berkecambah tinggi akan memiliki bobot kering kecambah normal yang

18

tinggi pula. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang bisa dilihat pada Tabel 6, bahwa benih yang memiliki DB tinggi maka BKKN-nya juga cenderung lebih tinggi.

Tabel 7 Pengaruh ruang simpan terhadap vigor benih koro pedang selama periode simpan 1–6 bulan

Ruang simpan Tolok ukur

a

IV (%) KCT (% etmal-1) KST (%) Bulan ke-1

Ruang kamar 52.00a 17.70 54.22

Ruang ber-AC 33.78b 17.11 55.11

Bulan ke-2

Ruang kamar 44.56a 16.95 47.33a

Ruang ber-AC 32.22b 16.29 29.33b

Bulan ke-3

Ruang kamar 51.11a 17.29a 66.89a

Ruang ber-AC 24.44b 16.03b 42.22b

Bulan ke-4

Ruang kamar 42.67a 16.68a 35.78a

Ruang ber-AC 27.78b 15.67b 26.67b

Bulan ke-5

Ruang kamar 20.44 15.33 22.44

Ruang ber-AC 15.11 15.21 13.11

Bulan ke-6

Ruang kamar 4.67 11.12a 15.78

Ruang ber-AC 1.56 8.09b 6.89

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada pengamatan bulan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) ; IV: indeks vigor; KCT : kecepatan tumbuh; KST: keserempakan tumbuh.

Faktor ruang simpan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap tolok ukur vigor benih yang terdiri atas: IV, KCT, dan KST selama periode simpan 1–6 bulan (Tabel 7). Indeks vigor benih koro pedang yang disimpan di ruang kamar lebih tinggi dibandingkan yang di ruang ber-AC pada periode simpan 1–4 bulan, dan pada periode simpan 5, dan 6 bulan tidak berbeda nyata. Kadar air benih yang tinggi pada ruang kamar (Tabel 6) diduga menyebabkan benih mengalami laju respirasi lebih cepat sehingga laju pertumbuhan lebih cepat pula. Laju pertumbuhan yang cepat mengakibatkan nilai IV benih yang disimpan di ruang kamar menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan ruang ber-AC. Indeks vigor pada ke-2 ruang simpan terus menurun, dan pada periode simpan 6 bulan (22 bulan setelah panen) tinggal 4.67% pada ruang kamar dan 1.56% pada ruang ber-AC. Berbeda dengan hasil penelitian Purwanti (2004) yang menyebutkan bahwa benih kedelai kuning yang disimpan selama 6 bulan pada suhu rendah (21–23 ºC) masih memiliki indeks vigor yang tinggi (>80%). Pada suhu tinggi (27–29 ºC) IV benih kedelai kuning mulai menurun setelah disimpan selama

19 2 bulan dan pada akhir penyimpanan IV turun sampai 41%. Hal ini disebabkan adanya perubahan kadar air benih yang naik sekitar 1% dari kadar air awal, perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas benih.

Penyimpanan benih di ruang ber-AC pada periode simpan 6 bulan dengan hasil DB 46.78% (Tabel 6) dan IV 1.56%, (Tabel 7) memperlihatkan bahwa benih berkecambah dengan lambat. Indeks vigor ditentukan dengan persentase kecambah normal pada hitungan pertama (hari ke-5 pengecambahan). Hal ini memperlihatkan hanya 1.56% (1 benih) dari 50 benih yang tumbuh menjadi kecambah normal pada hitungan pertama, dan sisanya 45.22% (22 benih) pada hari ke-6 dan ke-7.

Kecepatan tumbuh benih koro pedang yang terdapat pada ruang kamar dan ruang ber-AC tidak berbeda nyata selama periode simpan 1 dan 2 bulan. Kecepatan tumbuh benih mulai berbeda pada periode simpan 3 bulan. Kecepatan tumbuh benih koro yang disimpan di ruang kamar lebih tinggi dibandingkan ruang ber-AC pada periode simpan 3, 4, dan 6 bulan. Hasil pengujian tolok ukur keserempakan tumbuh juga memperlihatkan bahwa KST ruang kamar lebih tinggi dibandingkan KST ruang ber-AC pada periode simpan 2, 3, dan 4 bulan.

Pengaruh jenis kemasan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum, dan viabilitas benih koro pedang

Kadar air benih yang disimpan dengan karung plastik paling tinggi dibandingkan dengan kadar air benih yang disimpan dengan jerigen plastik dan plastik PP selama periode simpan 1–6 bulan. Benih yang disimpan dengan kemasan karung plastik memiliki kadar air mencapai 12% sedangkan pada jerigen plastik dan plastik PP sekitar 9% . Karung plastik adalah kemasan yang paling porous diantara jerigen plastik dan plastik PP, hal inilah yang menyebabkan KA benih koro pedang langsung meningkat dari 9.31% (Tabel 1) menjadi 12.26% (Tabel 8) pada periode simpan 1 bulan.

Tujuan dari pengemasan benih adalah mencegah perubahan kadar air benih karena pengaruh lingkungan. Peningkatan kadar air benih dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang memiliki kadar air lebih tinggi daripada kadar air benih yang disimpan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan laju deteriorasi adalah peningkatan kadar air benih, sehingga dibutuhkan bahan pengemas yang dapat menghambat perubahan kadar air (Kusawanto 2003). Peningkatan kadar air yang cepat pada benih yang disimpan dengan karung plastik dikhawatirkan akan mempercepat laju deteriorasi benih, sehingga benih tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang panjang.

Jenis kemasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap potensi tumbuh maksimum hanya pada periode simpan 2 bulan. Benih yang disimpan dengan karung plastik dan plastik PP memiliki PTM lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang disimpan dengan jerigen plastik. Potensi tumbuh maksimum benih koro pedang yang sudah berumur 16 bulan setelah pemanenan ini masih tinggi, dengan kisaran 93.00–100.00%. Potensi tumbuh maksimum yang masih tinggi, sedangkan daya berkecambah yang sudah turun pada periode simpan 6 bulan (22 bulan setelah panen) mengindikasikan semakin banyak benih yang tumbuh menjadi kecambah abnormal.

20

Kriteria kecambah normal pada koro pedang yaitu hipokotil memiliki panjang 2 kali dari panjang benih, akar primer 2 kali panjang benih, plumula belum atau telah membuka, dan kotiledon masih menempel pada hipokotil. Kriteria kecambah abnormal pada koro pedang yaitu hipokotil belum memiliki panjang 2 kali dari panjang benih, akar primer belum berkembang sempurna, dan kulit benih masih membungkus kotiledon (Febriyanti 2013). Kriteria kecambah normal dan abnormal benih koro pedang disajikan pada Gambar 4.

Variasi kecambah abormal pada hasil pengujian penyimpanan lebih sedikit dibandingkan kecambah abnormal hasil percobaan pengusangan cepat fisik. Kecambah abnormal pada pengujian penyimpanan didominasi kecambah yang hipokotil belum memiliki panjang 2 kali ukuran benih dan kulit benih masih membungkus kotiledon. Pada pengujian penyimpanan ini tidak ditemukan kecambah abnormal karena busuk. Berbeda dengan percobaan pertama yang kecambah abnormalnya dikarenakan kecambah busuk, akar primer tidak ada atau busuk, dan kotiledon busuk.

Gambar 4 Kriteria kecambah koro pedang (a) normal, (b) abnormal

Daya berkecambah benih koro pedang dengan perlakuan jenis kemasan tidak berbeda nyata hingga periode simpan 5 bulan. Benih koro pedang yang disimpan dengan kemasan karung plastik nyata paling tinggi dibandingkan dengan 2 kemasan lainnya pada periode simpan 6 bulan. Persentase daya berkecambah dengan jenis kemasan karung plastik juga satu-satunya yang di atas batas minimal DB benih koro pedang. Berdasarkan Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2009) batas minimal daya berkecambah benih koro pedang adalah 70%. Berbeda dengan beberapa hasil penelitian yang menyebutkan semakin tinggi kadar air, dan semakin porous jenis kemasan yang digunakan maka viabilitasnya semakin rendah. Penelitian Rinaldi (2004) benih kedelai yang memiliki KA awal 9.75% setelah disimpan dengan kemasan kaleng tertutup memiliki KA 10.20% dan DB 94.80%. Benih yang disimpan dengan kemasan kantong kain (porous) KA meningkat sampai 16.21% dan DB 81.60%. Penelitian Tatipata (2008) daya berkecambah benih kedelai menurun seiring dengan semakin tinggi kadar air benih awal dan semakin porous kemasan.

21 Penurunan DB yang sangat signifikan terjadi pada periode simpan 6 bulan. Potensi tumbuh maksimum benih yang masih bertahan di atas 90.00% (Tabel 8) pada penyimpanan 6 bulan ini memperlihatkan bahwa pada akhir penyimpanan ini banyak sekali benih yang tumbuh menjadi kecambah abnormal. Tabel 8 menunjukkan PTM benih yang disimpan dengan jerigen plastik sebesar 93.00% dan DB sebesar 48.67%, dapat dilihat bahwa 44.33% (22 benih) dari 50 benih tumbuh abnormal. Hasil tersebut juga mengindikasikan bahwa viabilitas benih koro pedang sudah turun pada periode simpan 6 bulan (22 bulan setelah panen). Tabel 8 Pengaruh jenis kemasan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum,

dan viabilitas benih koro pedang selama periode simpan 1–6 bulan

Kemasan Tolok ukur

a

KA (%) PTM (%) DB (%) BKKN (g)

Bulan ke-1

Karung plastik 12.26a 99.00 98.00 24.49a Jerigen plastik 9.21b 100.00 98.33 22.30ab Plastik PP 8.77b 98.67 94.00 20.12b

Bulan ke-2

Karung plastik 12.50a 100.00a 94.00 20.99a Jerigen plastik 9.24b 98.67b 90.67 18.58b Plastik PP 9.06b 99.67a 97.67 19.90ab

Bulan ke-3

Karung plastik 12.29a 100.00 95.33 23.75a Jerigen plastik 9.00b 100.00 92.00 21.51b Plastik PP 8.97b 99.67 93.00 22.15ab

Bulan ke-4

Karung plastik 11.8a 98.67 95.00 26.81a Jerigen Plastik 7.95b 98.33 87.00 22.56b Plastik PP 8.69b 99.00 91.67 24.04ab

Bulan ke-5

Karung plastik 12.11a 98.33 92.00 20.85a Jerigen plastik 8.60b 96.00 89.67 18.92b

Plastik PP 8.98b 98.00 89.00 19.09ab

Bulan ke-6

Karung plastik 12.36a 96.00 73.00a 12.43 Jerigen plastik 8.91b 93.00 48.67b 8.63 Plastik PP 9.29b 94.67 58.67ab 10.66 a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada bulan pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) ; KA: kadar air; PTM: potensi tumbuh maksimum; DB: daya berkecambah; BKKN: berat kecil kecambah normal.

Penyimpanan benih dengan 3 jenis kemasan yang berbeda, yang terdiri atas karung plastik, jerigen plastik, dan plastik PP mempengaruhi berat kering kecambah normal benih koro pedang sampai periode simpan 5 bulan (Tabel 8). Benih yang disimpan dengan karung plastik memiliki nilai BKKN paling tinggi

22

dibandingkan dengan kemasan jerigen plastik tetapi tidak berbeda dengan plastik PP pada periode simpan 3–5 bulan. Berat kering kecambah normal yang disimpan dengan ke-3 jenis kemasan tersebut cenderung mengalami penuruunan. Penurunan yang sangat signifikan terjadi pada periode penyimpanan 6 bulan dengan keadaan kecambah lebih kecil dan pendek. Menurut Ardian (2008) berat kecambah dipengaruhi oleh lamanya pertumbuhan, karena bila kecambah butuh waktu yang lama untuk tumbuh maka hasil kecambah yang diperoleh adalah kecambah pendek, ukuran daun kecil, dan hipokotilnya pendek.

Tabel 9 Pengaruh jenis kemasan terhadap vigor benih koro pedang selama periode simpan 1–6 bulan

Kemasan Tolok ukur

a

IV (%) KCT (% etmal-1) KST (%)

Bulan ke-1

Karung plastik 52.33a 17.82 65.00a

Jerigen plastik 40.67ab 17.16 61.67b

Plastik PP 35.67b 17.24 37.33c

Bulan ke-2

Karung plastik 49.17a 17.13a 52.33a

Jerigen plastik 34.67b 15.87b 33.00b

Plastik PP 31.33b 16.88a 29.67b

Bulan ke-3

Karung plastik 53.33a 17.46a 62.33

Jerigen plastik 30.67b 16.19b 51.67

Plastik PP 29.33b 16.33b 49.67

Bulan ke-4

Karung plastik 53.33a 17.42a 46.00a

Jerigen plastik 24.00b 15.05b 22.67b

Plastik PP 28.33b 16.05b 25.00b

Bulan ke-5

Karung plastik 29.00a 16.25a 31.67a

Jerigen plastik 13.00b 14.78b 13.33b Plastik PP 11.33b 14.78b 8.33b Bulan ke-6 Karung plastik 5.67 11.45 15.33 Jerigen plastik 1.33 7.85 5.67 Plastik PP 2.33 9.53 13.00 a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) ; IV: indeks vigor; KCT : kecepatan tumbuh; KST: keserempakan tumbuh.

Hutahaean (2008) menyatakan bobot kering kecambah normal terus menurun seiring semakin lamanya penyimpanan benih. Daya berkecambah benih tidak akan meningkatakan bobot kering kecambah, karena pada saat berkecambah tanaman belum melakukan fotosintesis namun hanya menggunakan cadangan

23 makanan dari benih tersebut. Dalam hal ini bobot kering kecambah normal dapat meningkat jika sudah terjadi aktivitas daun dalam fotosintesis.

Pengaruh jenis kemasan terhadap vigor benih koro pedang diamati dengan tolok ukur indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan keserempakan tumbuh. Benih koro pedang yang disimpan dengan dengan kemasan karung plastik memiliki indeks vigor paling tinggi dibandingkan benih yang disimpan dengan kemasan jerigen plastik dan plastik PP pada periode simpan 2–5 bulan ( Tabel 9). Indeks vigor pada semua jenis kemasan cenderung terus turun seiring dengan bertambahnya lama penyimpanan. Indaryani (2012) menyebutkan bahwa perlakuan jenis kemasan plastik dan kertas tidak berpengaruh terhadap indeks vigor benih padi varietas Inpara-3 selama penyimpanan 12 minggu. Indeks vigor benih padi varietas Inpara-3 juga cenderung menurun seiring bertambahnya lama penyimpanan. Pada awal penyimpanan IV benih padi varietas Inpara-3 sebesar 24.00% dan pada akhir penyimpanan IV tinggal 12.67%.

Penyimpanan benih menggunakan karung plastik pada periode simpan 6 bulan dengan hasil DB 73.00% (Tabel 8) dan IV 5.67%, (Tabel 9) memperlihatkan bahwa benih berkecambah dengan lambat. Indeks vigor ditentukan dengan persentase kecambah normal pada hitungan pertama (hari ke-5 pengecambahan). Hal ini memperlihatkan hanya 5.67% (3 benih) dari 50 benih yang tumbuh menjadi kecambah normal pada hitungan pertama, dan sisanya 33.66% (16 benih) pada hari ke-6 dan ke-7. Penelitian Sari et al. (2013) juga memperlihatkan benih kacang tanah juga mengalami penurunan DB dan IV pada penyimpanan 4 bulan. Daya berkecambah benih pada penyimpanan 4 bulan sebesar 70.10% dan IV sebesar 6.10%.

Kecepatan tumbuh benih dengan kemasan karung plastik dan plastik PP lebih tinggi dibandingkan dengan jerigen plastik pada periode simpan 2 bulan. Periode simpan 3–5 bulan, benih yang disimpan dengan karung plastik memiliki kecepatan tumbuh paling tinggi dibandingkan benih yang disimpan dengan kemasan jerigen plastik dan plastik PP (Tabel 9). Tingginya vigor benih yang disimpan dengan karung plastik juga didukung dari hasil tolok ukur keserempakan tumbuh. Benih yang disimpan dengan kemasan karung plastik memiliki KST paling tinggi daripada kemasan jerigen plastik dan plastik PP pada periode simpan 1, 2, 4, dan 5 bulan.

Kulit benih yang sangat tebal diduga akan sulit menyerap air dengan cepat. Benih dengan kadar air yang tinggi (benih yang disimpan di ruang kamar dan benih yang disimpan dengan karung plastik) akan lebih cepat menyerap air sehingga benih akan cepat berkecambah dan memiliki viabilitas serta vigor yang tinggi pula. Viabilitas benih koro pedang dengan ruang simpan dan jenis kemasan berbeda ini turun pada periode simpan 6 bulan. Tolok ukur PTM, viabilitas benih (DB dan BKKN), vigor benih (IV, KCT, dan KST) mengalami penurunan yang sangat signifikan pada periode 6 bulan (22 bulan setelah panen).

24

Dokumen terkait