• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyitaan adalah tindak lanjut dari pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa, apabila Pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat) jam sesudah tanggal pemberitahuan dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa kepada Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dan didampangi oleh 2 orang saksi penduduk Indonesia yang telah mencapai usia dua puluh satu tahun, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya.

Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak, atau di tempat lain sekalipun penguasaanya berada di tangan pihak lain.

Prinsipnya penyitaan dilakukan terhadap sejumlah barang bergerak dan jika ternyata tidak cukup barang bergerak menurut Surat Paksa dan biaya-biaya

penagihannya, maka dilanjutkan penyitaan terhadap barang- barang tidak bergerak. Namun apabila barang bergerak tidak memadai langsung dapat di sita barang tidak bergerak. Dalam hal ini pengertian penyitaan oleh H. Moeljo Hadi, S.H. adalah serangkaian tindakan dari Jurusita Pajak yang dibantu oleh dua orang saksi untuk menguasai barang-barang dari Wajib Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak sesuai dengan perundang-undangan pajak yang berlaku.

1. Objek Sita

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain,dan atau

b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.

1. Barang Gerak yang Dapat Disita

Perincian mengenai barang gerak yang dapat disita adalah sebagai berikut:

a. Semua barang bergerak yang ada di rumah Penanggung Pajak seperti:

1. Perkakas rumah tangga (lemari, meja, kursi, dan sebagainya)

2. Barang-barang mewah (TV, lemari es, tape recorder, kompor gas, dan sebagainya)

3. Barang-barang perhiasan (kalung, gelang, cincin dari emas, berlian dan batu permata lainnya)

4. Uang tunai (termasuk surat-surat berharga)

5. Kenderaan (mobil, sepeda motor, vespa, sepeda, dan sebagainya)

6. Lain-lainya (lukisan, jam dinding, radio, dan sebagainya) b. Semua barang bergerak yang ada di toko Penanggung Pajak,

seperti:

1. Barang dagangan (baik yang berada di toko tersebut maupun yang ada di gudang)

2. Barang-barang inventaris toko (lemari, meja, kursi, mesin tik, mesin stensil, kenderaan, dan sebagainya)

c. Semua barang bergerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak, seperti:

1. Persediaan barang jadi maupun bahan baku, barang- barang inventaris perusahaan lainnya, termasuk kenderaan bermotor, mesin tik, mesin stensil, dan sebagainya.

d. Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak, seperti: 1. Inventaris kantor (mesin tik, mesin stensil, meja, kursi,

lemari besi, dan alat kantor lainnya)

2. Kenderaan bermotor (mobil, sepeda motor, vespa, dan sebagainya)

2. Barang Tidak Bergerak yang Dapat Disita

Dalam golongan barang tidak bergerak yang boleh disita adalah:

a. Rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebagainya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan / dikontrakkan, kepada orang lain.

b. Kebun, sawah, bungalow, dan sebagainya, baik yang ditempati / dikerjakan sendiri maupun yang disewakan / dikerjakan oleh orang lain.

c. Kapal dengan isi kotor tertentu. 2. Pengecualian Objek Sita

Barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:

1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah.

3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari Negara.

4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan.

5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000.00 (dua puluh juta rupiah), atau

6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

3. Tahap-tahap Penyitaan

Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

1. Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya dilaksanakan sebagai berikut:

a. Membuta rincian tentang jenis, jumlah, dan harga perhiasan yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

2. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dilaksanakan sebagai berikut:

a. Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuta rinciannya dalam sduatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksana Sita.

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

c. Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya pada Penanggung Pajak atau menitipkannya pada bank.

3. Penyitaan terhadap kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan sebagai berikut:

a. Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyampaian Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

b. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak.

c. Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank memerintahkan Penanggung Pajak untk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada Juru sita Pajak.

d. Dalam hal Penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, Pejabat meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank utnuk memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank yang dimaksud.

e. Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Juru sita Pajak melaksanakn penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita,dan menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan bank yang bersangkutan.

f. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah Penanggung Pajak melunasi Utang pajak dan Biaya Penagihan Pajak.

g. Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan Biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran. 4. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya

yang tidak diperdagangkan di bursa efek sebagai berikut:

a. Melakukan inventaris dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

c. Membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama dari Penangung Pajak.

a. Melakukan inventarisasi dan membuat tentang jenis dan jumlah piutang yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

c. Membuat Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang.

6. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya dilaksanakan sebagai berikut:

a. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksaan Sita.

b. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

c. Membuat Akta Persetujuan Pengalihan Hak Penyertaan Modal pada perusahaan lain dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal.

BAB IV

ANALISA DATA

A.Prosedur Mekanisme Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Cara penagihan yang terakhir dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah penagihan paksa, dimana fiskus melalui jurusita pajak negara menyampaikan / memberitahukan Surat Paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak. Cara penagihan ini dikenal sebagai penagihan yang “keras” dibidang perpajakan, namun langkah ini merupakan upaya terakhir, apabila Wajib Pajak tidak segera memenuhi kewajibannya.

Mekanisme penagihan utang pajak dengan Surat Paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang tidak melunasi utang pajaknya adalah:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran melalui kantor Pos dari hasil produksi penelitian diantaranya:

a Surat Tagihan Pajak (STP)

b Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

c Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Di dalam mekanisme penagihan utang pajak ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan pajak.

1. Apabila utang pajak tidak dilunasi sejak ditebitkannya surat teguran, maka pejabat menerbitkan Surat Paksa setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu ) hari dan dalam hal ini:

d Jurusita mendatangi tempat tinggal / tempat kedudukan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

e Jika jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti:

- Apakah tunggakan pajak menurut STP / SKP / SKPKB cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum denga Surat Paksa.

- Apakah ada surat keputusan pengurangan / penghapusan, atau pengajuan keberatan atas utang pajak.

- Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun / jenis pajak lainnya.

f Kalau jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada:

- Keluarga Penanggung Pajak atau orang yang tinggal bersama yang sehat mental dan dewasa.

- Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha yang bersangkutan.

- Pejabat pemerintah setempat (Bupati / Walikota / Camat Lurah), dalam hal ini harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinannya sebagai tanda diketahui oleh Wajib Pajak yang bersangkutan

- Jurusita yang telah melaksanakan penagihan utang pajak dengan Surat Paksa, harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

d Biaya penyampaian Surat Paksa

Biaya harian jurusita =Rp. 20.000 Biaya perjalanan =Rp. 30.000

Jumlah =Rp. 50.000

Apabila seorang jurusita telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka jurusita berhak sepenuhnya menerima biaya penagihan tanpa dikaitkan apakah piutang pajak dan biaya penagihan telah dilunasi oleh Wajib Pajak atau belum.Tetapi itu tidak berarti bahwa jurusita yang telah bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggungjawabnya terhadap pencarian piutang pajak tersebut. Apabila jurusita yakni bahwa Wajib Pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka jurusita segera mengambil langkah-langkah untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut.

e. Surat Paksa yang telah dilaksanakan, diserahkan kepada Kasubsi penagihan disertai laporan penagihan dengan Surat Paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Verifikasi untuk ditandatangani dan selanjutnya dimasukan dalam berkas penagihan Wajib Pajak. Dalam melaksanakan Surat Paksa tersebut jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tangga / perusahaan Wajib Pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah berikutnya.

f. Laporan pelaksanaan Surat Paksa

Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh jurusita yang melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut. Hal- hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu:

- Pengakuan penyelesaian surat keberatan diuraiakan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakanya ternyata sudah dikurangi. - Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan

memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan.

- Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak antara lain: kemampuan membayar, itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan / penagihan pajak dan sebagainya,

sehingga jurusita dapat mengajukan usul utnuk tindakan penagihan selanjutnya.

g. Apabila jurusita tidak dapat melaksanakan Surat Paksa secara langsung, maka jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab- sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya Surat Paksa, antara lain menghubungi pejabat pemerintah setempat, polisi dan sebagainya.

3. Apabila juga utang yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat 2 x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam) sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang dilaksanakan oleh jurusita pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh jurusita pajak, dan dapat dipercaya.

Di dalam pelaksanaan jurusita dapt menempel kertas penyitaan kepada barang yang akan disita. Biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh jurusita dikarenakan:

1. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan.

2. Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan.

4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat 14 ( empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman

lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang jurusita mempertanyakan dulu kepada dinas yang bersangkutan atau kepada Wajib Pajak mengenai hak milik barang yang dilelang. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang diberhentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat kepada Wajib Pajak setelah pelaksanaan lelang.

B. Faktor Penghambat Dalam Mekanisme Penagihan Pajak Dengan Surat

Dokumen terkait