Penelitian ini menggunakan model hierarki yang terdiri dari lima tingkat, yang rinciannya dapat dilihat pada Gambar 4. Tingkat pertama pada hierarki adalah fokus atau goals, yaitu permasalahan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Tujuan dari pemilihan fokus ini yaitu untuk mengetahui prioritas alternatif yang dilakukan dalam pemecahan masalah penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur.
Tingkat kedua dari hierarki adalah faktor atau kriteria masalah yang dipilih yaitu prinsip penerapan SMK3 yang terdiri dari lima prinsip. Prinsip pertama yaitu komitmen dan kebijakan terhadap K3. Prinsip kedua yaitu pembuatan perencanaan untuk perencanaan keberhasilan penerapan SMK3. Prinsip yang ketiga yaitu penerapan, penerapan yang dimaksud yaitu setiap personil mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Prinsip yang keempat yaitu pengukuran dan evaluasi, dimana perusahaan memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3 dan menganalisis hasil guna menentukan keberhasilan serta untuk melakukan identifikasi tindakan
perbaikan. Prinsip kelima yaitu tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen. Pelaksanaan tinjauan ulang SMK3 yang dilakukan oleh perusahaan dilakukan secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan dari K3. Kelima prinsip tersebut terdapat pada pedoman penerapan SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996.
Tingkat ketiga yaitu aktor yang merupakan pihak-pihak yang berhubungan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Aktor kunci yang dipilih untuk mengetahui permasalahan penerapan SMK3 pada perusahaan yaitu P2K3 PT. Suka Jaya Makmur. Aktor yang ada pada hierarki ini terdiri dari top management, middle management dan operational management.
Top management merupakan pihak yang memberikan persetujuan untuk seluruh
kegiatan atau kebijakan yang ada, yaitu ketua P2K3. Middle management merupakan pihak yang bertugas menginterpretasikan kebijakan K3, yaitu sekretaris P2K3 yang merupakan ahli K3 umum yang ada pada perusahaan.
Operational management merupakan pihak yang bertindak sesuai dengan
prosedur dari kebijakan yang telah diterapkan di perusahaan, yaitu anggota P2K3 yang merupakan perwakilan karyawan perusahaan. Pemilihan aktor tersebut merupakan tingkatan organisasi dalam P2K3 PT. Suka Jaya Makmur.
Pada tingkat keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur adalah untuk pencegahan kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan dan untuk pengendalian biaya produksi perusahaan. Tingkat kelima yang ada pada hierarki adalah alternatif tindakan yang dilakukan agar penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur berjalan efektif dan efisien. Terdapat tiga alternatif tindakan yang dilakukan perusahaan, yang pertama yaitu sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, yang kedua yaitu pengadaan pelatihan dan simulasi penanggulangan kebakaran, serta alternatif ketiga yaitu dengan mengikuti perlombaan K3 yang diadakan oleh pemerintah setempat. Kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya yaitu sosialisasi K3 terhadap karyawan baru, sosialisasi kesehatan yang bekerjasama dengan dokter puskesmas Nanga Tayap serta training yang berhubungan dengan K3 dan risiko-risiko kecelakaan kerja oleh depnaker, dinas
kesehatan dan karyawan perusahaan yang lebih berpengalaman dan telah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu. Untuk kegiatan perlombaan K3, perusahaan mendapatkan undangan dari pihak depnaker untuk mengikuti kegiatan bulan K3.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh pihak P2K3, didapatkan hasil prioritas aktor atau masing-masing tingkat manajemen pada P2K3 terhadap lima prinsip dalam penerapan SMK3 dan proiritasnya terhadap tujuan penerapan SMK3 seperti terlihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Pada prinsip komitmen dan kebijakan, pihak top management memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,709. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam komitmen dan kebijakan, P2K3 berpendapat pihak top management memiliki peran penting. Pendapat ini sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996 yang menyatakan bahwa pada prinsip komitmen dan kebijakan, pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 yang diwujudkan dalam menempatkan organisasi P2K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan, menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3, menempatkan personil yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3, perencanaan K3 yang terkoordinasi serta melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3. Selain komitmen dari pengurus dan pengusaha, tinjauan awal K3 dan kebijakan K3 juga diperlukan pada prinsip yang pertama ini. Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa top management memegang peranan penting. Segala kegiatan yang dilakukan haruslah mendapatkan persetujuan dari top management. Pada prinsip perencanaan, nilai tertinggi juga dimiliki oleh pihak top
management yaitu sebesar 0,641. Pihak perusahaan, khususnya top management
telah melakukan kegiatan analisis keselamatan dan kesehatan kerja yang berisi tentang analisis risiko kesehatan (kimia, biologi dan fisika) kerja dan analisis keselamatan kerja. Analisis keselamatan dan kesehatan kerja ini menjelaskan tentang identifikasi sumber bahaya, penilaian risiko, solusi dan pengendalian risiko, evaluasi dan monitoring serta penunjukan penanggung jawab (PT. Suka Jaya Makmur 2011a). Selain melakukan kegiatan tersebut, pihak top management juga melakukan penetapan tujuan penerapan SMK3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak top management tersebut telah sesuai dengan persyaratan
pada Permenaker 05/MEN/1996, yang menyatakan bahwa perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3.
Pada prinsip penerapan, setiap tingkatan manajemen memiliki nilai yang hampir sama besarnya yaitu 0,381 pada top management, 0,309 pada middle
management dan 0,309 pada operational management. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa untuk penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur tiap tingkat manajemen memiliki peranan yang sama. Pada prinsip pengukuran dan evaluasi, top management dan middle management memiliki nilai yang hampir sama yaitu 0,423 dan 0,416 tetapi pihak operational management memiliki nilai yang kecil yaitu 0,161. Hal ini berarti peran operational management pada pengukuran dan evaluasi sangatlah lemah. Padahal, seharusnya seluruh tingkatan manajemen memiliki peranan yang sama dalam penerapan SMK3. Kegiatan pengukuran dan evaluasi seharusnya tidak hanya melibatkan top management dan
middle management akan tetapi pihak operational management juga harus turut
serta. Untuk prinsip peninjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen, pihak top management memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 0,646. Hal ini menunjukkan bahwa pihak top management memegang peran penting pada kegiatan peninjauan dan peningkatan oleh pihak manajemen. Hal ini sesuai dengan Suardi (2007) yang menyatakan bahwa manajemen puncak harus meninjau kinerja SMK3 organisasi. Tinjauan manajemen juga menjadi media untuk melakukan evaluasi pencapai sasaran K3 dan melakukan perubahan terhadap kebijakan dan sasaran K3.
Tabel 7 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap 5 prinsip dalam penerapan SMK3
Aktor
Prinsip dalam penerapan SMK3
Komitmen
dan kebijakan Perencanaan Penerapan
Pengukuran dan evaluasi Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen Top management 0,709 0,641 0,381 0,423 0,646 Middle management 0,196 0,281 0,309 0,416 0,281 Operational management 0,095 0,078 0,309 0,161 0,073
Untuk prioritas aktor atau masing-masing tingkat manajemen pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK3, didapatkan hasil bahwa pencegahan kecelakaan kerja memiliki nilai yang lebih tinggi dari kontrol biaya produksi yaitu 0,888 pada
top management, 0,825 pada middle management dan 0,799 pada operational management. Hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan utama diterapkannya
SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur yaitu untuk pencegahan kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja ini akan berguna untuk melindungi tenaga kerja dari risiko bahaya. Hal ini sesuai dengan Suardi (2007) yang menyatakan bahwa tujuan inti penerapan SMK3 adalah memberikan perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga kesehatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja.
Tabel 8 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK3
Aktor
Tujuan penerapan SMK3
Pencegahan kecelakaan kerja Kontrol biaya produksi
Top management 0,888 0,112
Middle management 0,825 0,175
Fokus Faktor/ kriteria masalah Aktor Tujuan Alternatif tindakan
Gambar 4 Susunan hierarki permasalahan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur.
Strategi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Suka Jaya Makmur
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen
(0,045)
Top management (0,619)
Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan
(0,573)
Pencegahan kecelakaan kerja (0,861) Pengukuran dan evaluasi (0,083) Penerapan (0,150) Perencanaan (0,208) Komitmen dan kebijakan (0,514) Middle management (0,253) Operational management (0,128)
Kontrol biaya produksi (0,139) Simulasi penanggulangan kebakaran (0,354) Mengikuti perlombaan K3 (0,072)