• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : TOPIK PENELITIAN

C. Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 17.1), definisi penyusutan adalah “alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”.

Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2001 : 550) :

“Depreciation is defined as the accounting process of allocating the cost of tangible assets to expense in a systematic and rational manner to those periods expected to benefit from the use of the asset”

Dengan kata lain penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan secara rasional kepada periode-periode dimana akiva tersebut dinikmati manfaatnya. Sedangkan pengertian penyusutan menurut Fakultas Ekonomi USU sesuai dengan pengertian menurut Standar Akuntansi Keuangan. Adapun besarnya rupiah beban depresiasi hal ini akan tergantung kepada harga perolehan/pokok aktiva tetap,

taksiran umur ekonomis, taksiran nilai sisa, (residual value) dan metode penyusutan yang digunakan.

Pembebanan penyusutan merupakan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai ekonomis suatu aktiva tetap. Perbedaan pengakuan penyusutan sebagai beban (expense) pada umumnya merupakan beban yang tidak melibatkan pengeluaran kas (non cash expense). Pengorbanan sumber ekonomis atau kas terjadi pada saat perolehan aktiva tetap dan jumlah inilah yang dialokasikan sebagai beban penyusutan selama umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan.

2. Faktor – Faktor dalam Menentukan Penyusutan

a. Harga perolehan (cost), yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam perolehan aktiva sampai dengan aktiva siap untuk digunakan.

b. Nilai sisa (salvage value), yaitu jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain untuk aktiva tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat penjualan atau pertukaran.

c. Taksiran umur kegunaan (usefull life), yaitu kegunaan suatu aktiva yang dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan yang dianut dalam penyusutan. Taksiran masa manfaat ini biasa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya.

3. Metode Penyusutan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 17.3), menyatakan bahwa :

Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.

Aktiva tetap berwujud dapat disusutkan dalam beberapa metode, oleh karena itu pemilihan metode penyusutan yang akan dipakai terhadap suatu aktiva berwujud harus dipertimbangkan dengan baik. Metode penyusutan yang dipilih dan dianggap tepat untuk jenis aktiva tertentu, belum dapat dipastikan akan tepat untuk diterapkan pada jenis aktiva lain karena perbedaan sifat dan pola penggunaan aktiva tersebut.

Beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan beban penyusutan periodik antara lain :

A. Metode berdasarkan faktor waktu

1.Penyusutan garis lurus (straight line method)

2.Penyusutan pembebanan menurun (dipercepat) (reducing charge method) a. Metode jumlah angka tahun (sum of years digit method)

b. Metode saldo menurun (decilining balance method)

c. Metode saldo menurun ganda (double decilining balance method) B. Metode berdasarkan faktor penggunaan/ berdasarkan kegiatan/

2. Metode output produksi/ jumlah unit produk (productive output method) C. Metode depresiasi khusus

1. Metode berdasarkan tarif kelompok atau tarif komposit penyusutan kelompok (group and composite method)

2. Metode anuitas (annuity method)

3. Metode penggantian dan penempatan (replacement and location method) 4. Sistem persediaan (inventory system)

Agar pembebanan penyusutan dialokasikan secara efesien akan diperlukan suatu cara atau metode untuk menghitungnya, agar metode yang dipilih sesuai dengan manfaat keekonomian dari aktiva tetap tersebut. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan sampai saat ini belum dapat menghitung sendiri besarnya penyusutan dari aktiva tetap yang ada. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini yang berhak untuk menentukan besarnya penyusutan aktiva tetap FE USU adalah Badan Pembendaharaan Negara Republik Indonesia.

4. Penggantian aktiva tetap Terbagi atas tiga yaitu: 1. Dibuang.

dalam hal ini lebih dimaksudkan dengan dinonaktifkan. Hal ini dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan serta tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar.

2. Dijual.

penjualan aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit.

3. Ditukar dengan aktiva lain.

dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan yang baru, yang sama penggunaannya. Jika nilai tukar lebih besar dari pada nilai buku, maka diperoeh keuntungan.

Pada Fakultas Ekonomi USU aktiva tetap yang sudah tidak bermanfaat lagi maka akan digudangkan dan digantikan dengan aktiva lain.

5. Penyajian aktiva tetap dalam neraca

Aktiva tetap merupakan bagian dari aktiva yang disajikan dalam daftar neraca. Prinsip akuntansi mengklasifikasikan aktiva dalam neraca menurut ukuran likuiditasnya. Pengklasifikasian ini tidak mutlak tergantung pada jenis perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pengungkapan atau penyajian aktiva tetap dalam neraca adalah :

1. Aktiva tetap dinyatakan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Akan tetapi apabila manfaat ekonomis aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya maka aktiva tetap harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonominya yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap tersebut sebagai kerugian. 2. Aktiva tetap yang tidak digunakan lagi masih mempunyai nilai yang cukup

3. Pemakaian istilah cadangan penyusutan harus dihindarkan sebab istilah tersebut berarti adanya dana yang disisihkan untuk tujuan tersebut, sebaliknya digunakan yang lebih menggambarkan alokasi biaya aktiva tetap sampai periode tertentu.

4. Jenis aktiva tetap yang disusutkan dan aktiva tetap yang tidak disusutkan harus dipisahkan dalam neraca.

5. Aktiva tetap yang disusutkan harus dilaporkan berdasarkan nilai cost. Jika dilaporkan dengan dasar penilaian diluar cost, maka harus dijelaskan termasuk perbedaannya dengan harga cost.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab terakhir ini penulis mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan yang didasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya dan kemudian dengan pemberian saran-saran yang mungkin dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk tujuan perbaikan dan kamajuan di masa yang akan datang khususnya pada pengelola aktiva tetap.

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas secara teoritis dan kemudian membandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara memberikan defenisi tentang harga perolehan aktiva tetap yaitu semua pengeluaran yang timbul mulai dari proses pembelian hingga aktiva tersebut siap beroperasi.

2. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan dalam memperoleh aktiva tetap yaitu dengan cara membeli secara tunai, melalui hibah, sumbangan, bantuan-bantuan, dan dari APBN. Disamping itu, perusahaan juga mendapatkan aktiva tetap dengan cara membangun sendiri.

3. Aktiva tetap yang diperoleh perusahaan dengan cara membangun sendiri harga perolehannya yang berasal dari pemindahbukuan aktiva dalam pelaksanaannya

dari penanggung jawab pembagian atau pembuat aktiva tetap yang bersangkutan.

4. Dalam membuat harga perolehan perusahaan menjumlahkan harga yang diberikan penjual (harga faktur) dengan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk dipergunakan dan menjumlahkan harga yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan.

5. Harga perolehan aktiva tetap diakui sebesar harga perolehannya (the acquisition cost). Maka harga perolehan dapat dirumuskan dengan : nilai beli + pengeluaran yang timbul dari proses pembelian hingga aktiva tersebut siap operasi.

B. Saran

Untuk mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis mencoba mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Universitas Sumatera Utara Medan diharapkan memberikan kewenangan kepada setiap Fakultas untuk membuat sendiri secara rinci pembukuan khusunya pencatatan tentang akiva tetap.

2. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan diharapkan dapat menyusun sendiri besarnya penyusutan aktiva tetap untuk menentukan alokasi biaya terhadap penggunaan aktiva tetap tersebut.

3. Diberlakukannya kebijakan management menyangkut penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Yogyakarta; BPFE.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002. Akuntansi Aktiva Tetap, Jakarta; Bumi Aksara. Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Jakarta;

Salemba Empat.

Kieso, Donald E, Jerry J, Weygant, and Terry D. Warfield, 2001. Intermediate Accounting, 10th edition, New York; Jhon Wiley and Sons, Inc.

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-3, Jakarta; Salemba Empat.

Stice, Earl K, James D. Stice, and K. Fred Skousen, 2004. Intermediate Accounting, 15th edition, Ohio; South-Western College Publishing.

Dokumen terkait