• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERALIHAN HAK ATAS SAHAM

Dalam dokumen MAKALAH SAHAM DAN OBLIGASI (1) (Halaman 43-48)

KESIMPULAN DAN SARAN

PERALIHAN HAK ATAS SAHAM

Berikut prosedur peralihan Hak Milik Atas Saham dalam suatu Perseroan dan hal-hal lain yang mesti diperhatikan dalam Anggaran Dasar Perseroan terhadap Peralihan Hak Milik atas Saham tersebut berdasarkan UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

1. Bagaimana cara mengalihkan hak milik atas saham?

Saham merupakan benda bergerak (Pasal 60 ayat (1) UU PT), maka peralihan hak milik atas saham wajib memenuhi syarat:

 Pasal 55 UUPT: Dalam Anggaran Dasar Perseroan ditentukan cara pemindahan hak atas saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Pasal 56 ayat (1) UUPT: Pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak.

Penjelasan Pasal 56 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “akta”, baik berupa akta yang dibuat di hadapan notaris maupun akta bawah tangan. Di dalam Pasal 56 ayat (1) UUPT maupun penjelasan Pasal 56 ayat (1) UUPT, tidak menyebutkan secara jelas, pemindahan hak atas saham apa saja yang harus/wajb menggunakan akta notaris, dan yang tidak harus/wajib menggunakan Akta Notaris.

2. Bagaimana dengan pemindahan hak atas saham dengan cara jual-beli, apakah wajib dituangkan ke dalam Akta Notaris?

Menurut Pasal 56 ayat (1) UUPT maupun penjelasan Pasal 56 ayat (1) UUPT bahwa jual-beli saham tidak harus menggunakan Akta Notaris.

3. Bagaimana dengan pemindahan hak atas saham dengan cara hibah, apakah wajib dituangkan ke dalam Akta Notaris?

Menurut Pasal 56 ayat (1) UUPT maupun penjelasan Pasal 56 ayat (1) UUPT bahwa Jual-Beli Saham tidak harus menggunakan Akta Notaris;

Akan tetapi jika mengacu kepada Pasal 55 UUPT dan Pasal 1682 KUHPerdata “Tiada suatu penghibahan pun, kecuali penghibahan termaksud dalam pasal 1687, dapat dilakukan tanpa akta notaris, yang minut (naskah aslinya) harus disimpan pada notaris, dan bila tidak dilakukan demikian, maka penghibahan itu tidak sah”.

Dengan demikian pemindahan hak atas saham karena Hibah sesuai dengan Pasal 1682 harus menggunakan Akta Notaris.

4. Setelah saham beralih kepemilikian, apakah terhadap perubahan pemegang saham tersebut harus/wajib diberitahukan kepada Kemenkumham?

 Pasal 56 Ayat (2) UUPT: Akta pemindahan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau salinannya disampaikan secara tertulis kepada Perseroan.

 Pasal 56 Ayat (3): Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut dalam Daftar Pemegang Saham atau daftar

khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak.

Penjelasan Pasal 56 ayat (3): Yang dimaksud dengan “memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri” adalah termasuk juga perubahan susunan pemegang saham yang disebabkan karena Warisan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.

5. Apa konsekuensi terhadap pihak ketiga, dalam hal Direksi telah mencatatkan pemindahan hak atas saham di dalam Anggaran Dasar Perseroan, namun tidak memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri?

Jika ada suatu saham yang sudah terjual kepada pihak ketiga, maka wajib bagi Direktur untuk mencatatkan pemindahan hak atas saham tersebut di dalam Anggaran Dasar Perseroan, sehingga di dalam Anggaran Dasar terjadi perubahan susuan pemegang saham, akan tetapi Direktur tidak wajib memberitahukan perubahan susunan pemegang saham tersebut kepada Menteri. Dengan tidak diberitahukannya perubahan pemegang saham tersebut kepada Menteri bukan berarti hak-hak pemegang saham yang baru tidak diakomodir oleh UUPT. Merujuk pada Pasal 48 ayat (1) UUPT bahwa “Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya”. Walaupun demikian ada baiknya Direktur juga memperhatikan Pasal 56 ayat (4) yang menyatakan “dalam hal pemberitahuan sebagaimana Pasal 56 ayat (3) belum dilakukan, Menteri menolak permohonan persetujuan atau pemberitahuan yang dilaksanakan berdasarkan susunan dan nama pemegang saham yang belum diberitahuan tersebut”. Artinya jika ada suatu saham yang ingin jual kemudian dibeli oleh pihak ketiga, namun perubahan susunan pemegang sahamnya oleh Direksi tidak diberitahukan kepada Menteri, maka jika saham tersebut ingin dijual lagi oleh pemiliknya yang baru kepada pihak lain dan kemudian dibeli oleh pihak lain tersebut, maka jika Direktur ingin memberitahukan perubahan susunan pemegang saham yang baru, maka sesuai dengan Pasal 56 ayat (4) menteri menolak permohonan persetujuan atau pemberitahuan tersebut.

6. Apa isi daftar pemegang saham atau daftar khusus? Menurut Pasal 50:

(1) Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang memuat sekurang-kurangnya:

 nama dan alamat pemegang saham;

 jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham;

 jumlah yang disetor atas setiap saham;

 nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut;

 keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2).

(2) Selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan dan/atau pada Perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.

(3) Dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicatat juga setiap perubahan kepemilikan saham.

(4) Daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disediakan di tempat kedudukan Perseroan agar dapat dilihat oleh para pemegang saham.

(5) Dalam hal peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal tidak mengatur lain, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) berlaku juga bagi Perseroan Terbuka.

7. Apakah suatu saham Perseroan yang akan dijual harus mendapatkan persetujuan pemegang saham lainnya?

Dalam Anggaran Dasar (Perseroan) dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham (Pasal 57 Ayat (1) UUPT), yaitu:

 keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;

 keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan; dan/atau

 keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2): Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal pemindahan hak atas saham disebabkan peralihan hak karena hukum, kecuali keharusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berkenaan dengan kewarisan. Penjelasan Pasal 57 ayat (2): Yang dimaksud dengan “peralihan hak karena hukum”, antara lain peralihan hak karena kewarisan atau peralihan hak sebagai akibat Penggabungan, Peleburan, atau Pemisahan.

8. Apa bentuk keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan?

Berdasarkan Pasal 59 UUPT bahwa:

(1) Pemberian persetujuan pemindahan hak atas saham yang memerlukan persetujuan Organ Perseroan atau penolakannya harus diberikan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal Organ Perseroan menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut.

(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan OrganPerseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, Organ Perseroan dianggap menyetujuipemindahan hak atas saham tersebut.

Berdasarkan Pasal 57 ayat (1) huruf bahwa suatu saham Perseroan yang mau dijual harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan, dan berdasarkan Pasal 59 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa persetujuan tersebut harus secara terstulis. Namun, baik di dalam Pasal 57 ayat (1) beserta penjelasan maupun Pasal 59 ayat (1) dan (2) beserta penjelasan tidak ada yang menjelaskan persetujuan tertulis oleh Organ Perseroan mana yang dimaksud oleh Pasal-Pasal tersebut, sementara itu Berdasarkan Pasal 1 angka 2 bahwa yang dimaksud Organ Perseroan adalah:

 Direksi; dan  Dewan Komisaris

Namun demikian, dapat diasumsikan bahwa yang dimaksud Organ Perseroan oleh Pasal 57 maupun Pasal 59 adalah RUPS, karena pemegang sahamlah sebagai Stakeholder terdepan dalam suatu Perseroan.

Dengan demikian, ada 2 bentuk persetujuan dari Organ Perseroan dalam hal memberikan persetujuan penjualan suatu saham Perseroan:

 Notulensi RUPS; dan

 Surat pernyataan dari tiap-tiap pemegang saham berdasarkan Circular Resulation.

# Circular Resulation diatur di dalam Pasal 91 UUPT yang menyatakan bahwa Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani usul yang bersangkutan.

ISTILAH DALAM SAHAM/KAMUS PASAR MODAL

Dalam dokumen MAKALAH SAHAM DAN OBLIGASI (1) (Halaman 43-48)

Dokumen terkait