• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

B. Peran Da‟i dalam Proses Pembinaan

Mewujudkan Masyarakat Yang Religius.

Komunikasi interpersonal di jamaah Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga selain diterapkan dalam proses pengajian juga digunakan untuk pendalaman karakter dari masing-masing jamaah. Dalam sebuah majelis pengajian, akan mempermudah proses transfer informasi antara masing-masing jamaahnya sehingga Da‟i akan lebih mudah memahami dan mendalami karakter jamaahnya untuk kemudian mengembangkan potensi yang dimiliki jamaah dan mengarahkan ke arah yang lebih baik. Proses komunikasi interpersonal tidak hanya terjadi antara Da‟i dengan jamaah, namun juga terjadi antara jamaah satu dengan jamaah yang lainnya. Dengan terciptanya komunikasi interpersonal maka antara jamaah dengan jamaah lainnya akan dapat mengenal dan

mengetahui satu sama lain sehingga tercipta interaksi yang baik antar tiap elemen dari jamaah Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga. Dengan saling mengenal, diharapkan jamaah akan mampu dan mudah dalam bertukar pikiran dan mengemukakan pendapat.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan seorang Da‟i, maka dapat dilihat peranan yang dilakukan oleh para Da‟i Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga. Peranan Da‟i yang utama dalam mengajar yaitu:

1. Sebagai informator yang memberikan segala informasi yang berhubungan dengan berbagai ilmu pengetahuan agama yang kelak akan berguna sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari jamah dalam mewujudkan masyarakat yang religius. Selain sebagai penyuplai informasi Da‟i juga berperan sebagai organisasi, direktor, inisiator dan fasilitator. Dimana dalam tugasnya sebagai pembimbing, Da‟i juga berperan untuk mengorganisasikan berbagai faktor yang mendukung jalannya proses pengajian dan juga berbagai faktor yang mendukung jalanya proses pengajian itu sendiri.

2. Sebagai motivator, disamping itu Da‟i juga berperan sebagai pencetus berbagai ide, baik itu dalam menyampaikan materi pengajian maupun dalam kegiatan pengajian yang lainnya, sehingga Da‟i dapat secara mudah mengarahkan para jamaahnya ke arah terciptanya tujuan pengajian secara optimal. Satu lagi peran seorang Da‟i yang tidak dapat

dihindarkan selama proses pengajian, baik itu selama berada dalam majelis maupun berada di luar majelis, yaitu motivator.

Dimana peran Da‟i dalam hal ini adalah bagaimana caranya ide-ide

yang dimiliki oleh sang Da‟i yang telah diwujudkan dengan berbagai kegiatan dan fasilitas pengajian yang telah diberikan dapat memotivasi para jamaah untuk berubah. Berubah bukan hanya sekedar pengetahuan dan perasaanya saja, namun juga terjadi perubahan baik dalam sikap dan perilaku para jamaah. Sehingga perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dan dianalisis oleh para Da‟i dalam berbagai hasil belajar baik itu secara konkrit.

3. Sebagai evaluator, sehingga dalam hal ini Da‟i berperan sebagai evaluator dimana dalam hasil evaluasi tersebut Da‟i dapat mengetahui sampai dimana para jamaah menerima dan memahami baik itu hal yang menyangkut dengan materi pelajaran maupun berbagai usaha dalam rangka memotivasi yang telah dilakukan oleh sang Da‟i. Tak bisa dipungkiri bahwa komunikasi interpersonal merupakan kunci dan pedoman dalam kegiatan Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga.

Komunikasi interpersonal yang terjalin dengan baik jamaah Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga kepada tujuannya, baik tujuan pengajian maupun tujuan dari komunikasi kelompok sendiri. Komunikasi interpersonal dalam pengajian memiliki peran penting dalam setiap kegiatan yang diadakan jamaah perwiritan Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga.

Komunikasi interpersonal yang memiliki satu tujuan yaitu optimalisasi pengajian tercermin dalam komunikasi antar Da‟i dan jamaah Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga. Yaitu menginginkan satu tujuan pengajian menciptakan masyarakat yang religius dan berkarakter. Perlu adanya kerjasama dan tekad yang bulat untuk meraih tujuan yang ingin dicapai Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga.

Tentunya melalui komunikasi yang efektif di dalam setiap kegiatan pengajian. Komunikasi interpersonal tidak hanya membantu Da‟i dalam mengajar mengaji namun juga membantu jamaah untuk mengaktualisasikan dirinya melalui stimulasistimulasi yang Da‟i berikan. Dalam komunikasi interpersonal, jamaah Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam diajarkan untuk mampu menunjukkan eksistensinya kepada Da‟i dan jamaah. Dengan kemampuan yang dimiliki individu, akan diasah untuk kemudian dikembangkan dalam skala yang lebih besar lagi. Jamaah dilatih untuk mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal untuk menyampaikan pendapat maupun pikiran kepada Da‟i dan jamaah yang lain.

Proses Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga terletak dalam kedudukan posisi yang sentral mengingat di pengajian ini berpusat pada potensi perkembangan, kebutuhan dan kepentingan jamaah dan lingkungannya. Hal tersebut telah sesuai dalam pandangan pengajian yang berkonsepkan dengan pola pengajian mewujudkan masyarakat yang religius. Dalam sistem pengajian ini proses pengkajian lebih ditekankan sebagai suatu aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkan dengan jamaah, sehingga terjadi proses pengkajian alquran dan alhadis. Maka disini fungsi pokok seorang Da‟i dalam menjalankan tugasnya yaitu menyediakan kondisi yang kondusif, sedangkan yang berperan aktif dan lebih banyak melakukan kegiatan adalah jamaah itu sendiri dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. Dalam hal ini peran Da‟i hanya bersifat membimbing. Hal tersebut terlihat dari metode pengajian yang dipergunakan oleh Da‟i di Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga ini, dimana lebih memfokuskan kepada jamaah sebagai subjek pengajian. Dalam metode pengajian yang dianut oleh para Da‟i Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga ini memang berpedoman pada ketentuan program alquran dan hasis memujudkan masyarakat yang religius.

Namun, pada realitannya, tetap saja Da‟i harus berpikir ulang tentang bagaimana memuat pola mengaji dan mengkaji yang tepat sehingga akan memudahkan Da‟i dalam menyampaikan materi pengkajian kepada jamaahnya. Tentunya hal tersebut juga akan memudahkan pola pikir para jamaah dalam memahami materi yang disampaikan oleh Da‟i. Pemahaman atau comperhension

yang dialami para jamaah tentunya tidak bisa datang dengan mudah dimana Da‟i sekedar membimbing dan para jamaah sekedar menerima. Menurut Thomas F. Staton terdapat enam macam faktor psikologis yang mempengaruhi jamaah dalam proses mengkaji ilmu pengetahuan agama.

Faktor-faktor tersebut diantara lain adalah motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman dan ulangan, dimana keenam faktor psikologis tersebut sangat berkaitan erat satu sama lain. Dalam motivasi belajar seorang jamaah

dipengaruhi oleh pengalaman dan minat yang dimiliki dalam kehidupannya. Sehingga dalam proses pengajian motivasi merupakan hal yang paling utama yang harus diciptakan terlebih dahulu. Terciptanya motivasi dalam belajar maka akan terbentuk konsentrasi penuh dalam jamaah menerima materi pengajian yang disampaikan oleh Da‟i nya.

Maka secara otomatis akan muncul pemahaman yang tepat dalam pola pikir jamaah dalam memahami apa tujuan dari informasi yang disampaikan dan hal tersebut memunculkan reaksi yang positif dan aktif jamaah dalam melakukan proses belajar. Sang murid bisa belajar untuk mengorganisasikan dan menata pola pikirnya menjadi satu kepribadian yang kreatif. Kepribadian tersebut akan lebih kokoh apabila dilakukan proses pengulangan-pengulangan dalam pemberian informasi dan proses memotivasi. Timbulnya motivasi dalam menerima pelajaran karena Da‟i itu sendiri, artinya para jamaah memiliki minat dalam menerima pelajaran pengajian adalah karena kepribadian dari Da‟i. Beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh para Da‟i Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga untuk bisa memotivasi dalam proses belajar adalah sebagai berikut: 1. Komunikatif, 2. Memiliki kesabaran, 3. Mau menerima kritik dan saran. 4. Pengertian, penyanyang dan menghargai. 5. Selalu berlaku positif. 6. Ramah, menyenangkan dan friendly. 7. Jujur, 8. Tidak berlaku kekerasan dan kasar. 9. Berwawasan luas. 9. Mengerti dan memahami dunia anak-anak.

Sebagai elemen penting dalam komunikasi interpersonal, banyak hal yang dilakukan Da‟i untuk melakukan perannya sebagai penyeruh dakwah dan mengatasi hambatan yang terjadi, pertama yaitu dengan menciptakan situasi majelis yang

menyenangkan bagi jamaah. Da‟i Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga melakukan variasi-variasi metode pembelajaran untuk mengantisipasi terjadinya kebosanan pada jamaah. Kedua, dengan membangun hubungan personal dengan masing-masing jamah sebagai individu. Diantaranya dengan cara menyediakan waktu untuk jamaah mengungkapkan apa yang dirasakan, berkomunikasi dengan jamaah untuk pendalaman karakter, dan mempertahankan hubungan baik yang terjalin antara Da‟i dan jamaah. Dalam hubungan interaksi antara Da‟i dan jamaah ini tercipta suatu pola komunkasi secara dua arah, dalam hubungan antara Da‟i dan jamaah ini yang terpenting adalah response dan umpan balik dari para jamaah atas informasi yang disampaikan oleh Da‟i dan jamaah sebagai penyeruh dakwah. Tentunya respon dan umpan balik yang diberikan tentunya berbeda antara selama berada di dalam majelis dan di luar majelis.

Berdasarkan pengamatan selama proses penelitian di Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga ini telah tercipta proses komunikasi secara dua arah selama di dalam majelis. Hal tersebut dapat dilihat dari data atau fakta sebagai berikut :

1. Selama proses pengajian atau saat menjelaskan materi ketika jamaah merasa kurang paham, mereka dengan bersemangat akan bertanya dan meminta Da‟i untuk menjelaskan kembali.

2. Selama proses belajar mengajar para jamaah memperlihatkan ekspresi memberikan perhatian dan konsentrasi terhadap pengajian.

3. Jika ada jamah bertanya atau meminta menjelaskan kembali, maka Da‟i akan dengan senang hati memberikan jawaban dan menjelaskan kembali materi.

4. Apabila jamaah memiliki masalah baik dalam proses pengajian maupun dalam kehidupan sehari-hari tertentu para Da‟i ini selalu memberikan informasi tentang perkembangannya.

Dalam proses pengajian tidak hanya tercipta proses komunikasi secara verbal melalui berbagai metode pendidikan yang diberikan oleh para Da‟i. Namun juga memalui proses secara non verbal, antara lain :

a. Senyum b. Kontak mata.

c. Tepukan tangan ketika Da‟i meminta jamaah untuk tenang. d. Nada dan volume suara Da‟i yang tegas sehingga para jamaah

otomatis akan memberikan perhatian terhadap perintah yang diberikan Da‟i.

e. Angguan jamaah ketika mereka mengerti. f. Kernyitan dahi ketika jamaah binggung.

g. jamaah menguap ketika bosan di majelis saat proses pengajian berlangsung, dan lain– lain.

Peran seorang Da‟i adalah selain menjadi informatory juga dapat mendidik sekaligus menghibur dan mempengaruhi para jamaah dalam usaha memotivasi dalam rangka pencampaian tujuan akhir dari pengajian. Tujuan akhir dalam proses pengajian adalah tercapainya konsep positif yang kokoh dalam diri masing – masing

jamaah. Dalam proses pengajian antara seorang Da‟i dan jamaah, dimana sang Da‟i melakukan proses pembinaan dan sang jamaah melakukan proses pengajian. Masing-masing proses baik itu proses pengajian maupun proses mengkaji memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencapai kedewasaan pada masing-masing jamaah agar menjadi bekal mewujudkan masyarakatyang religius.

Sehingga untuk menjembatani masing-masing proses demi tercapainya tujuan pengajian yang optimal diperlukan suatu proses komunikasi atau interaksi dalam proses pengajian, semuanya dilakukan melalui komunikasi kelompok yang terjadi di dalam majelis. Interaksi antara Da‟i sebagai penyeruh dakwah dan jamaah sebagai warga belajar, diharapkan merupakan proses motivasi.

Maksudnya bagaimana dalam proses interaksi itu Da‟i sebagai pihak penyeruh dakwah mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta

reinforcement kepada jamaah selaku subjek pengajian, agar dapat melakukan kegiatan pengkajian secara optimal. Interaksi edukatif dalam komunikasi interpersonal antara Da‟i dan jamaah adalah sebagai suatu proses hubungan timbal balik yang memiliki tujuan tertentu, yakni merubah jamaah agar nantinya dapat berdiri sendiri, dapat menemukan jati dirinya secara utuh.

Disini Da‟i sebagai pembina dan pembimbing harus mau dan dapat menempatkan jamaah sebagai jamaahnya di atas kepentingan yang lain. Da‟iharus dapat mengembangkan motivasi dalam setiap kegiatan interaksi dengan jamaahnya. Sehingga dalam kedudukan ini Da‟i harus menyadari bahwa dirinya sebagai pemikul tanggung jawab untuk membawa jamaah keingkat keberhasilannya. Salah satu bukti kongkrit tingkat keberhasilan jamaah selama mengukuti proses

pengajian di Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga adalah dengan proses yang senantiasa diraih oleh para jamaahnya.

Komunikasi interpersonal dalam kegiatan pengajian dalam suatu majelis pengajian adalah terwujudnya tujuan menjadi masyarakat yang religius. Tujuan tersebut tentunya diiringi berbagai halangan. Perbedaan usia yang rentan menjadi penyebab kurang efektifnya komunikasi dalam pengajian. Sehingga Da‟i harus mengulangi materi bahkan mengganti metode dalam penyampaiannya terhadap jamaah. Berbagai metode pengajian yang diterapkan oleh para Da‟i pengajian al-ikhlas merupakan metode yang efektif dalam proses pengajian bagi jamah. Namun, tidak dapat dipungkiri adanya hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan berbagai metode tersebut yaitu adanya gangguan dalam komunikasi interpersonal dalam pengajian.

Semaksimal mungkin para penyeruh dakwah harus mampu meminimalisir hambatan untuk mencapai tujuan akhir yang optimal dalam proses pengajian itu sendiri. Berbagai hambatan komunikasi kelompok yang terjadi sepanjang pelaksanaan proses Persatuan Amal Sosial Majelis Taklim Becak Bermotor As-Salam Kota Sibolga disampaikan oleh H. Burhanuddin, MA selaku Da‟i Keanekaragaman karakter yang dimiliki setiap jamaah harus dihadapi dan tidak bisa dipungkiri oleh para Da‟i. Itulah tantangan yang besar bagi para Da‟i dalam proses mengajar. Terkadang para Da‟i harus bekerja sama dengan beberapa Da‟i lain dalam mengkondisikan majelis.

Para Da‟i terkadang mengalami kewalahan untuk bisa meredam aktivitas jamaah. Jamaah yang terkadang berdebat kepada sesama jamaah menjadi tidak

kondusif karena jamaah yang lain terpengaruh dan terpecah konsentrasinya. Inilah yang terkadang menghambat proses pengajian di majelis. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Drs. Syafaruddin, MA dan Sangkot Siregar, S.Ag selaku Da‟i di pengajian alikhlas. Tidak ada hambatan yang sangat berarti dalam proses pengajian. Hanya saja terkadang faktor usia yang berbeda antara satu jamaah dengan jamaah yang lain yang menyebabkan kesulitan bagi sebagian mereka untuk memahami apa yang Da‟i sampaikan. Hal lain juga karena karakter para jamaah yang berbeda, keaktifan jamaah juga berbeda sehingga Da‟i harus melakukan pendampingan khusus kepada beberapa jamaah yang kurang aktif.

Adanya perbedaan karakter yang dimiliki setiap jamaah menyebabkan perbedaan pula dalam bertindak. Jamah yang memiliki keaktifan lebih dari yang lain memiliki kecondongan untuk lebih mudah memahami pelajaran. Demikian sebaliknya, jamah yang cenderung pasif dari yang lain akan berbeda cara menangkap pelajaran. Hambatan komunikasi kelompok lainnya adalah perbedaan pendidikan, jamah yang pendidikan lebih tinggi yang teman lainnya cenderung lebih merasa pintar dan sebagian jamaah lain yang pendidikan rendah pun merasa minder. Hal-hal seperti itu yang terkadang dapat menghambat komunikasi kelompok pada proses pengajian di majelis. Para Da‟i sudah dibekali bagaimana cara untuk mengatasi segala kondisi dan situasi di majelis dan meminimalisir segala bentuk hambatan yang mungkin terjadi..

C. Keberhasilan dan Pencapaian Da’i dalam Proses pembinaan Jamaah

Dokumen terkait