• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONTRAK YANG BERKAITAN DENGAN PENJUALN

3. Peran dan Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Barang Secara

40

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.147.

mengusahakan pengangkutan, pengangkut dibebani tanggung jawab tertentu terhadap barang-barang muatan yang diserahkan dari pengirim untuk diangkut.

Adapun tanggung jawab pengangkut menurut KUHD diatur dalam : a. Pasal 468

Ayat (1) :

“Persetujuan pengangkutan untuk menjaga keselamatan barang-barang yang diangkutnya sejak dia terima dari pengirim sampai dia serahkan ke penerima” Ayat (2) :

“Si pengangkut diwajibkan mengganti segala kerugian yang disebabkan karena barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan pada barang itu, kecuali apabila dibuktikannya bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah maupun dihindarkannya atau cacat daripada barang tersebut atau oleh kesalahan dari si yang mengirimkannya”

Ayat (3) :

“Ia bertanggungjawab untuk perbuatan dari segala mereka yang dipekerjakannya dan untuk segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut”

Dalam ayat (1) ditetapkan kewajiban pengangkut untuk menjaga keselamatan barang-barang selama dalam perwalian pengangkut.

Dalam ayat (2) ditetapkan keharusan pengangkut mengganti kerugian atas kehilangan dan kerusakan barang-barang seluruhnya atau sebagian, kecuali jika kehilangan dan kerusakan itu disebabkan oleh force majeure (tidak dapat dihindarkan).Tapi adanya force majeure tersebut harus dibuktikan oleh pengangkut.Jadi, pengangkut tidak mengganti kerugian jika kehilangan dan kerusakan barang-barang disebabkan oleh force majeure.Demikian juga pengangkut tidak mengganti kerugian atas kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh sifat dan cacat barang itu sendiri dan karena kesalahan si pengirim.

Dalam ayat (3) ditetapkan bahwa pengangkut bertanggungjawab atas perbuatan orang-orang yang dipekerjakannya karena orang-orang tersebut bekerja untuk pengangkut dan bukan untuk orang lain. Pengangkut bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh perbuatan dari para karyawannya atau karena alat-alat yang digunakan dalam pengangkutan tidak memenuhi syarat, misalnya kapal tidak layak laut dan atau ruangan-ruangan tempat pemadatan barang-barang di dalam kapal tidak memenuhi

syarat untuk barang-barang, kecuali kalau pengangkut dapat membuktikan adanya force majeure.41

b. Pasal 477 “Si pengangkut adalah bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena terlambat diserahkannya barang yang diangkutnya, kecuali apabila dibuktikannya bahwa kelambatan itu disebabkan karena suatu malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindarkannya” Dalam pasal ini ditetapkan bahwa pengangkut bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pemilik barang jika pengangkut terlambat menyerahkan barang-barang kepada penerima, kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh oleh force majeure.

Dalam Pasal 3 ayat (2) ditetapkan bahwa pengangkut berkewajiban agar barang-barang yang diangkutnya dimuat, dirawat, dipadatkan, diangkut, dijaga, dipelihara, dan dibongkar dengan sewajarnya. Pengangkut bertanggungjawab atas keselamatan dan keutuhan barang-barang yaitu :

1) Pada waktu pemuatan sejak barang-barang dikaitkan pada derek (end of tackle) di pelabuhan pemuatan

2) Dalam pemadatannya di dalam palka-palka kapal

3) Selama pengangkutan mulai dari pelabuhan pemuatan hingga tiba di pelabuhan pembongkaran

41

4) Pada waktu pembongkaran sampai barang-barang berada di atas dermaga atau perahu-perahu dalam posisi masih terkait pada derek (end of tackle) di pelabuhan pembongkaran. 42

Jika pengangkut lalai atau salah dalam melakukan kewajibannya seperti yang telah disebutkan di atas, maka pengangkut wajib mengganti kerugian jika pemilik barang menuntut kerugian atas kerusakan barang-barangnya.Namun, pengangkut dapat dibebaskan dari keajiban mengganti kerugian apabila terjadi force majeure.

Di dalam Pasal 4 ayat (1) The Hamburg rules 1978, pengangkut bertanggungjawab atas barang sejak barang diserahkan dalam penguasaan pengangkut dan sampai saat penyerahan di pelabuhan tujuan kepada Consignee.43

42

Ibid, 43

Tuti T. Gondhokusumo, Pengangkutan Melalui Laut Jilid II, UNDIP, Semarang, 1986, hal. 71.

Menurut pasal ini, tanggung jawab pengangkut pada saat penguasaannya yaitu di pelabuhan pemberangkatan, selama berlangsungnya pengangkutan hingga sampai di pelabuhan pembongkaran atau sampai barang diserahkan kepada Consignee (pihak yang mempunyai hak untuk menerima barang).Apabila barang terlambat diserahkan maka pengangkut juga bertanggungjawab untuk memberikan penggantian kerugian atas keterlambatan barang tersebut.

Di dalam menyelenggarakan pengangkutan pada umumnya meliputi lima tahap kegiatan yaitu :

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penumpang atau pengirim mengurus penyelesaian biaya pengangkutan dan dokumen pengangkutan serta dokumen-dokumen lain yang diperlukan.Pengangkut menyediakan alat pengangkutan pada hari, tanggal dan waktu yang telah disepakati berdasarkan dokumen pengangkutan yang diterbitkan.

b. Tahap Muatan

Pada tahap ini, penumpang yang sudah memiliki tiket dapat naik dan masuk ke alat pengangkut yang telah disediakan atau pengirim menyerahkan barang kepada perusahaan bongkar muat untuk dimuat ke dalam alat pengangkut.

c. Tahap Pengangkutan

Pada tahap ini pengangkut menyelenggarakan pengangkutan, yaitu kegiatan memindahkan penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan dengan menggunakan alat pengangkut yaitu sesuai dengan perjanjian pengangkutan. d. Tahap Penurunan/Pembongkaran

Pada tahap penurunan/pembongkaran ini, para penumpang diturunkan dari alat pengangkutan pada pengangkutan orang dan pada pengangkutan barang pengangkut menyerahkan barang kepada penerima dan kemudian penerima menyerahkan

pembongkaran barangnya kepada perusahaan bongkar muat dan meletakkan barang pada tempat yang telah disepakati sebelumnya.

e. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini, pihak-pihak yang bersangkutan menyelesaikan persoalan yang terjadi selama pengangkutan atau sebagai akibat dari pengangkutan yang telah dilaksanakan.Pengangkut menerima biaya pengangkutan dan biaya-biaya lainnya dari penerima barang apabila belum dibayar oleh pengirim sebelumnya.Pengangkut menyelesaikan semua klaim ganti kerugian yang menjadi tanggung jawabnya sebagai akibat dari pengangkutan barang kepada penerima barang yang bersangkutan.44

5. Sistem Pengangkutan Dalam Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Suistainable Timber Direct

Terjadinya suatu perjanjian pengangkutan barang diawali dengan adanya kesepakatan oleh kedua belah pihak.Kemudian kesepakatan tersebut dicantumkan dalam kontrak yang dibuat para pihak sebagaimana hasil yang telah disetujui dari masing-masing pihak, sesuai dengan aturan hukum dan kebiasaan yang berlaku sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Dari hasil kesepakatan kedua belah pihak memilih sistem pengangkutan plywood yang telah di pesan oleh pihak Suistainable Timber Direct sebagaimana tercantum dalam kontrak dengan No Kontrak :

44

13102MUJMLM adalah dengan menggunakan sistem pengangkutan melalui laut. Sebagaimana dalm kontrak sebagai berikut :

a. Pengepakan : volume (muatan) disesuaikan untuk memaksimalkan pemuatan kontainer, peti baja diikat sesuai standar untuk mematuhi undang-undang EEC.

Muatan dalam pengiriman yang dilakukan dengan container, peti baja harus dilakukan semaksimal mungkin, agar ruang dalam peti baja menjadi efisien, serta diikat dengan ketentuan undang – undang EEC agar tidak terjadi hal yang merugikan.

b. Peti : semua peti untuk ditandai dikeempat sisinya sebagi berikut Grade (kelas)

Jenis Lem ( Glue Type )

Size and Thickness (ukuran dan ketebalan) Country OF origin( Negara Asal)

Manufacturer’s Name ( Nama Pabrik) CE Mark and Certificate Number SPECIES:

SVLK NO:

Shipping marks as Advised FOR EXAMPLE

Made inIndonesia

Product: Marine PLYWOOD-TO BS1088-2003 Glue: EN 314-2 Class 3 Size : 2440mm x 1220mm Species: SVLK NO: CE Cert No: Crate NO Mark:

CE. Mark berada di cadangan atau tepi semua papan

CE Mark berada di keempat sisi peti dengan rapid an ditandai secara merata

Menandai harus dengan rapi dan jelas warna biru seperti diatas selebihnya berwarna hitam.

c. Pihak yang bertanggung jawab untuk menyediakan transportasi pengangkutan laut adalah pihak PT. Mujur Timber Sibolga. PT Mujur Timber Sibolga bekerjasama dengan jasa pengangkutan laut sebagaimana biasa. Dalam hal ini pihak PT. Mujur Timber yang berwenang memilih Pihak Pengangkutan laut yang telah bekerjasama dengan pihak PT. Mujur Timber Sibolga.

B. Sistem Pembayaran Dalam Kontrak Penjualam Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct

sistem pembayaran menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal 1 angka 6: “Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi”.

Sistem Pembayaran adalah tata-cara atau prosedur yang saling berkaitan dalam pemindahan sejumlah nilai uang (alat pembayaran) dari satu pihak ke pihak lain yang terjadi karena adanya transaksi ekonomi. 9 Adapun tata-cara atau prosedur yang digunakan dalam pemindahan dana ini bermacam-macam dari cara-cara yang paling sederhana sampai dengan sistem pemindahan nilai uang secara elektronik seperti saat ini. Tentu saja dalam sistem pembayaran ini akan melibatkan berbagai lembaga sebagai perantara yang memberikan jasa dalam hal penyelesaian pembayaran tersebut.

Alat pembayaran boleh dibilang berkembang sangat pesat dan maju. Kalau kita menengok kebelakang yakni awal mula alat pembayaran itu dikenal, sistem barter antar barang yang diperjualbelikan adalah kelaziman di era pra modern. Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal dengan uang.Hingga saat ini uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya, cek dan bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paperless seperti transfer

danaelektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).45

Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya. Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya muncullah sistem'barter'yaitu barang yang ditukar dengan barang Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan

45

bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran.Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai alat tukar.

Uang sebagai alat pembayaran sudah dikenal berabad-abad yang lampau.Pada awalnya uang hanya berfungsi sebagai alat tukar.Pada masa itu masyarakat menggunakan benda-benda produk alam sebagai uang atau disebut sebagai uang komoditas.Penggunaan benda sebagai uang sangat bervariasi dan berbeda diantara kelompok masyarakat di dunia.Penggunaan logam seperti emas, perak dan logam lainnya kemudian menggantikan benda-benda produk alam sebagai bahan membuat uang karena lebih praktis dan nilainya berumur lebih panjang dan lebih luas serta menjadi tempat penyimpan nilai yang bagus.Uang logam pada masanya sangat popular dan sampai saat ini masih digunakan walaupun sudah muncul uang kertas yang lebih praktis digunakan untuk transaksi dalam jumlah besar dan e-money yang mengunakan kartu kredit.46

Dalam Pasal 1319 KUHPerdata menentukan bahwa semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama

46

Boediono, Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5, BPFE, Yogyakarta, 1994, hal 36.

tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, dari ketentuan pasal tersebut, jelaslah apabila tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur tentang perjanjian yang mempunyai nama khusus, maka terhadap perjanjian tersebut berlaku ketentuan mengenai perjanjian pada umumnya yang diatur dalam ketentuan umum.

Oleh karena pengiriman uang yang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang terdapat dalam KUHPerdata, perjanjian pengiriman uang ini juga berlaku ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian pada umumnya, karena tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian pengiriman uang.

Selain uang dalam bentuk nominal maka jenis alat pembayaran lainnya digolongkan sebagai alat pembayaran non tunai. Adapun jenis-jenis pembayaran nontunai

1. Berbasis warkat (paper based).

Instrumen Pembayaran Berbasis Warkat

Warkat adalah surat berharga yang dikeluakan oleh suatu bank sebagai instrumen penarikan dana nasabah yang memiliki fasilitas Rekening Giro/Rekening Koran. Instrumen berbasis warkat yang umum digunakan perbankan antara lain:

a. Cek

b. Cek adalah surat perintah pembayaran tidak bersyarat untuk membayarkan sejumlah uang yang tertulis pada cek kepada orang yang namanya tertera pada cek.

c. Bilyet Giro Bilyet Giro adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit agar memindahbukukan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan nomor rekeningnya disebutkan, pada bank penerima dana. d. Nota Kredit Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk membayar

sejumlah dana pada bank lain atau nasabah yang menerima warkat tersebut. Nota Kredit merupakan dokumen yang dihantar untuk mengurangkan hutang pembeli. Dokumen ini akan dihantar apabila pembeli memulangkan bekas kosong, pembeli memulangkan barang kerana rosak atau silap jenama dan jika ada kesilapan dalam pengiraan invois. Nota Kredit disediakan oleh penjual dan dihantar kepada pembeli. Penjual menyimpan dokumen salinan dan pembeli menyimpan dokumen asal.

e. Nota Debit Nota Debit adalah warkat yang dipergunakan untuk menagih sejumlah dana pada bank lain untuk dimasukkan ke rekening nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.

2. Berbasis kartu (card based) dan elektronik (electronic based).47 Instrumen pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan elektronik a. Kartu Kredit

Kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya untuk memungkinkan pembawanya membeli barang-barang yang dibutuhkannya secara hutang. Atau sejenis kartu khusus yang dikeluarkan oleh pihak bank-sebagai

47

blogspot.com, "Alat Pembayaran Non Tunai", Melalui http://mamatumorang.blogspot. com/2014/03/alat-pembayaran-nontunai_19.html, Diakses tanggal 10 April 2016

pengeluar kartu, lalu jumlahnya akan dibayar kemudian. Pihak bank akan memberikan kepada nasabahnya itu rekening bulanan secara global untuk dibayar, atau untuk langsung didebet dari rekeningnya yang masih berfungsi b. Kartu ATM/Debit

Pengertian ATM dikenal dengan Anjungan Tunai Mandiri.ATM merukan alat elektronik yang diberikan oleh bank yang kepada pemilik rekening yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek saldo, mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu dilayani seorang teller. Setiap pemegang kartu diberikan PIN (personal identification number), atau nomor pribadi yang bersifat rahasia untuk keamanan dalam penggunaan ATM. Apabila digunakan untuk bertransksi di mesin ATM, maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu ATM. Namun apabila digunakan untuk bertransaksi pembayaran dan pembelanjaan non-tunai dengan menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture), maka kartu tersebut dikenal sebagai Kartu Debit.

c. Kartu Prabayar

Layaknya kartu debit dan kredit, kartu prabayar memungkinkan Anda untuk melakukan pembelian tanpa uang tunai atau cek. Tidak seperti kartu kredit, Anda tidak dapat berhutang dengan kartu prabayar, dan tidak seperti kartu debit, kartu prabayar tidak terkait dengan rekening bank.Kartu prabayar memiliki saldo nol sampai Anda menambah uang ke dalamnya.

Pada saat Anda melakukan pembelian dengan kartu prabayar, jumlah pembayaran akan dikurangin dari saldo yang tersedia di kartu tersebut. Pada saat saldo mencapai angka nol, kartu tersebut kosong. Kartu kemudian dapat dibuang, kecuali kartu tersebut dapat diisi ulang, dimana Anda dapat menambahkan dana dan melanjutkan penggunaan kartu tersebut.

d. Uang elektronik

Uang elektronik (atau uang digital) adalah uang yang digunakan dalam transaksi Internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini melibatkan penggunaan jaringan komputer (seperti internet dan sistem penyimpanan harga digital).Electronic Funds Transfer (EFT) adalah sebuah contoh uang elektronik.

Sepakat mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian pengiriman uang dimaksudkan adalah kesepakatan antara pengirim dengan bank dimana pengirim akan menikmati uang sampai tujuan. Bank menerima provisi dari pengiriman, kesepakatan antara para pihak merupakan syarat penting sebagai sumber perjanjian.

R. Subekti memberikan pengertian tentang kesepakatan yaitu sebagai berikut : Kesepakatan berarti persesuaian kehendak, kehendak itu harus dinyatakan, kehendak dan keinginan yang disampaikan dalam hati tidak mungkin diketahui pihak lain, dan karenanya tidak mungkin melahirkan suatu perjanjian

Oleh karena itu Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yaitu tentang kebebasan berkontrak dapat dijadikan patokan, perjanjian pengiriman uang sah sebagai undang-undang dan asas kebebasan berkontrak.

Pengiriman uang sifatnya bebas tanpa paksa, menurut Pasal 1321 KUHPerdata yaitu tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian bila pengiriman ini bersifat paksaan, tipuan, khilaf maka pengiriman ini akan batal. Bila karena tipu muslihat, paksaan, khilaf, dan merugikan pihak lain, menurut Pasal 1328 KUHPerdata akan membatalkan pengiriman ini.48

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

Dalam hal sistem pembayaran, pihak PT. Mujur Timber Sibolga dan pihak Suistainable Timber Direct sepakat memilih transaksi pembayaran melalui transfer melalui lembaga keuangan (Bank). Setelah barang sampai kepada pihak kedua, lalu pihak kedua melalukan pengecekan barang. Jika barang yang dikirim sudah sesuai dengan yang diinginkan pihak kedua, maka selanjutnya pihak kedua melakukan pembayaran dengan melakukan transfer uang melalui bank yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

C. Asuransi Dalam Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Suistainable Timber Direct.

Di Indonesia pengertian asuransi menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian adalah sebagai berikut :

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yangmenjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

48

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Asuransi adalah suatu lembaga atau suatu instansi yang pada hakikatnya berada ditengah-tengah masyarakat.Berbagai jenis lembaga ada dan dikenal dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri, sesuai dengan maskud dan tujuan dari tiap lembaga yang bersangkutan.Lembaga yang merupakan organ masyarakat merupakan sesuatu yang keberadaanya adalah untuk memenuhi tugas sosial dan kebutuhan khusus masyarakat.Jadi keberadaan suatu lembaga itu sebenarnya tidak untuk memenuhi kepentingan dari lembaga itu sendiri atau kelompok orang tertentu dan apalagi untuk kepentingan perorangan.Karena pada hakikatnya lembaga itu bukan merupakan tujuan akhir, melainkan hanyalah suatu sarana belaka untuk suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Perbedaan antara lembaga yang satu dengan yang lain, terletak pada tujuan dan tugas-tugas khusus serta fungsi-fungsi yang khas yang melekat pada lembaga itu sendiri masing-masing.49

49

Sri Rejeki Hartono,,Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta , 1992 hlm. 4.

Asuransi sangat diperlukan disetiap perusahaan karena sebagaimana tujuan dari asuransi tersebut ialah untuk mengurangi resiko, resiko itu berwujud beban kerugian atas benda pertanggungan terhadap bahaya yang mungkin timbul, untuk itu apabila terjadi hal yang tidak diinginkan maka pihak pihak penanggung mengambil alih resiko pertanggungan, yang berarti bahwa pihak penanggungan mengikatkan diri untuk mengganti kerugian.

Asuransi digolongkan dalam bentuk sebagai berikut : a. Menurut sifat pelaksanaannya50

MenurutPasal 2 sampai Pasal 5 Undang-UndangNomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, jenis usaha perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1). Asuransi sukarela

Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut, misalnya : asuransi kebakaran, asuransi kecelakaan, asuransi kendaraan bermotor, dan sebagainya. 2). Asuransi wajib

Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang pelaksanaanya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya : asurasni tenaga kerja.

b. Menurut jenis usaha perasuransian

50

Dokumen terkait