• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

B. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai seorang guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.27

            Terjemahnya:

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?".28

Ayat tersebut menjelaskan mengenai subjek pendidikan yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan dalam hal ini mencakup pendidik dan peserta didik. Ayat tersebut menggambarkan bagaimana perilaku antara peserta didik dengan pendidik harus memiliki kompetensi dan berperan sebagai fasilisator, tentor, bahkan pendamping dalam menuntun peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Suatu pendidikan tidak akan pernah berjalan secara optimal manakala tidak ada peranan guru di dalamnya yang secara kontinu berupaya mewujudkan gagasan,

27Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2013), h. 5.

28Departemen Agama RI, Mushaf Qur’an dan Terjemah. (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 301.

19

ide, dan pemikiran dalam bentuk dan sikap yang terbaik dalam tugasnya sebagai pendidik.29

1. Guru Sebagai Demostrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.30

Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa ia harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.31

2. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

29Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 46.

30Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2013), h. 9.

31Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2013), h. 9.

Pengawasan terhadap belajar lingkungan ini turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik.32

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.33

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.34

3. Guru Sebagai Mediator dan Fasilisator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.35

32Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2013), h. 10.

33Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006), h. 24.

34Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2013), h. 10.

35Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2013), h. 11.

21

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk media, pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.36

Sebagai fasilisator, guru berperan dalam memberikan pelayanan utuk memudahkann siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.37 Sebagai fasilisator, tugas guru yang paling utama adalah “to facilitate of learning” (memberi kemudahan belajar, bukan hanya menceramahi, atau mengajar, apalagi menghajar peserta didik, kita perlu guru yang demokratis, jujur dan terbuka, serta siap dikritik oleh peserta didiknya. Untuk itulah pentingnya pembelajaran terpadu, accelerated

learning, moving class, konstruktivisme, contextual learning, quantum learning

digunakan sebagai model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pembelajaran, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik belajar.38

4. Guru Sebagai Evaluator

Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi. Artinya, pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan tadi, orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik

36Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 64.

37Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006), h. 24.

38Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset, 2009), h. 54.

maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan karena dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.39

Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, akan kita ketahui bahwa setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.40

Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa didalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik dikelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.41

Dokumen terkait