• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Indonesia dalam Ekspor Produk HS0302 ke Jepang a. Kekuatan Indonesia

INFORMASI PERDAGANGAN

4.3. Peran Indonesia dalam Ekspor Produk HS0302 ke Jepang a. Kekuatan Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998 memilki garis pantai sepanjang 91.181 km yang di dalamnya terkandung sumber daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam. Sedangkan pada kenyataannya saat ini Indonesia masih belum mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alamnya.

Luasnya laut Indonesia juga memberikan keuntungan untuk menggali sumber daya perikanan tangkap yang selama ini belum dikelola secara maksimal. Gambar 2 memberikan cerminan kekayaan laut negara Indonesia.

Gambar 2 Persebaran Potensi Ikan di Negara Indonesia

Untuk produksi HS0302, Indonesia memiliki peringkat 10 dunia dengan volume 66.574 Ton, sementara peringkat pertama adalah Norwegia dengan produksi mencapai 1.265.135 Ton. Kuantitas ekspor Indonesia meningkat 14% selama 5 tahun terakhir, sementara ekspor Norwegia turun 13%, Thailand turun 14%dan Amerika turun 19%. Indonesia juga berhasil menjadi eksportir tuna nomor satu dunia, sebagaimana dilihat pada grafik 7.

Grafik 7, Kekuatan Ekspor Tuna Negara-negara di Dunia

Selain itu beberapa kebijakan penangkapan ikan di Indonesia berhasil memberikan angin segar untuk peningkatan ekspor perikanan seperti kebijakan larangan transhipment yang melarang nelayan Indonesia menjual tangkapan ikannya kepada broker asing di tengah laut, karena berpotensi mengurangi pendapatan negara. Selain itu, hasil kerjasama bilateral antara negara pengimpor ikan dengan Indonesia berkomitmen meningkatkan permintaan impor ikan dari Indonesia.

b. Kelemahan Indonesia

Tantangan Indonesia untuk sektor perikanan adalah meningkatnya permasalahan non tarif seperti permasalahan eco-labeling, isu lingkungan, dan perlindungan spesies tertentu seperti varian tuna sirip kuning yang penangkapannya dibatasi. Selain itu, semakin ketatnya aturan negara importir untuk produk pangan menjadi

Hambatan teknologi juga menjadi salah satu kelemahan Indonesia. Masih terbatasnya kapal pengangkut ikan hidup dan masih ketertinggalan untuk teknologi pembekuan ikan menjadi tantangan tersendiri. Indonesia sampai saat ini memiliki sedikit perusahaan yang memiliki teknologi pembekuan ikan, seperti PT Dwi Putra Utama dan PT Dharma Samudra Pasifik Indonesia. Selain itu kebijakan pemerintah Indonesia untuk melarang penangkapan ikan pada beberapa wilayah penangkapan (Moratorium WP) juga menjadi batu hadang untuk peningkatan ekspor produk ini.

c. Regulasi Impor

Subbab berikut membahas kebijakan impor, hambatan tarif dan non tarif, standar kualitas dan persyaratan sertifikasi dan pengemasan serta pelabelan produk.

i. Kebijakan Impor Produk HS0302 di Jepang

Kebijakan impor HS0302 ke Jepang mengikuti 3 aturan yang relevan, yaitu Food Sanitation Act, Quarantine Act, dan JAS Law (Hukum tentang standardisasi dan pelabelan pada produk agrikultur dan kehutanan).

<Prosedur Ijin Impor berdasarkan Undang-undang percukaian dan Tarif> Pada bagian ijin impor, harus melampirkan “export declaration” termasuk invoice, B/L, asuransi dan lain-lain harus diberikan kepada pihak cukai. Setelah pemeriksaan, inspeksi, dan pembayaran pajak pada cukai, ijin impor akan dikeluarkan.

<Prosedur Ijin Impor berdasarkan undang-undang pemeriksaan sementara mengenai kecukaian>

Ketika impor berasal dari prefential beneficiary countries ( termasuk special preferential beneficiary countries), tarif preferensial akan diterapkan. Tarif akan diberitahu oleh pihak cukai.

Jika importir ingin menerima preferential tariff, maka perlu memperlihatkan sertifikat preference asal, yang dikeluarkan oleh negara asal saat mengekspor (tidak perlu dibawa jika total impor kurang dari ¥200.000.

<Kebijakan Perlindungan Sumber Daya Ikan>

perikanan seperti kerapu, rainbow trout, udang galah harimau, dan lain-lain, yang dilindungi undang-undang memerlukan ijin impor khusus. List hewan dilindungi dapat dilihat pada website kementerian agrikultur, kehutanan dan perikanan Jepang.

<Kebijakan Impor Varian Baru>

Untuk membatasi invasi dari produk hewan luar (yang belum dikenal di Jepang), dikendalikan oleh pemerintah Jepang dan memerlukan pemeriksaan khusus. Untuk produk perikanan seperti ikan tombak icalurus, ikan matahari, san fish, morone, dan udang karang dilarang diimpor. Lihat lebih lanjut pada website Kementerian Lingkungan Hidup Jepang untuk list spesies asing.

<Sistem Impor Quota>

Ada beberapa produk yang memerlukan ijin khusus karena total impornya dibatasi. Aplikasinya dapat diberikan kepada Kementerian Perdagangan dan Perindustrian (METI) Jepang. Pada Desember 2009, produk impor quota adalah sebagai berikut: Pacific Erring, Rumput laut kering, rumput laut berasa, rumput laut olahan (selain rumput laut bebas gula), sotong dan cumi-cumi, telur ikan cod, sotong kering, makarel, ikan herring, monostroma nitidum, horse mackerel, produk laut asal korea, ikan cod, kerrang, dan sarden kecil.

<Ikan yang Dilindungi Washington Convention>

Spesies ikan yang dilindungi Washington Convention tidak boleh diekspor. List hewan yang dilindungi Washington Convention dapat dilihat di Website METI.

<Batasan Zat Pencemar/Zat Adiktif>

a. Ikan Segar, termasuk Ikan Tuna, Tuna Sirip Kuning dan lain-lain tidak boleh mengandung carbon dioxide.

b. Produk kultivasi boleh mengandung antibiotik atau sejenis, namun memenuhi standar Jepang.

c. Globefish harus melampirkan surat pemeriksaan kesehatan oleh badan pemerintah negara asal.

d. Jika saat pemeriksaan diperlukan inspeksi mendalam, inspektur akan melaksanakan inspeksi lapangan, bila tidak lulus inspeksi/produk ditolak, maka produk akan dimusnahkan atau dikembalikan ke negara asal.

Proses inspeksi produk ikan adalah sebagai berikut:

e. Ikan yang diekspor dengan peruntukan sashimi, perlu pemeriksaan bacillus (bakteri), dengan batas tidak lebih dari 100,000/gram atau negatif.

f. Produk kering, diasinkan, atau produk dengan zat adiktif memerlukan sertifikasi Japan Agricultural Standard (JAS).

Adapun tarif yang dikenakan untuk produk HS0302 dan perbandingan tarif dengan negara lain (negara competitor level ASEAN) dapat dilihat pada tabel berikut.

Thailand Indonesia Philippines Viet Nam AS EAN

3.02 Fish, fresh or chilled, excluding fish fillets and other fish meat of heading 03.04

Salmonidae, excluding livers and roes : 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.13 Pacific salmon (Oncorhynchus nerka, Oncorhynchus gorbuscha,

Oncorhynchus keta, Oncorhynchus tschawytscha, Oncorhynchus kisutch, Oncorhynchus masou and Oncorhynchus rhodurus)

3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.14 Atlantic salmon (Salmo salar) and Danube salmon (Hucho hucho) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.19 Other 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50%

Flat fish (Pleuronectidae, Bothidae, Cynoglossidae, Soleidae, Scophthalmidae and Citharidae), excluding livers and roes :

3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.21 Halibut (Reinhardtius hippoglossoides, Hippoglossus

hippoglossus, Hippoglossus stenolepis)

Free Free Free 1% 0.60% 302.22 Plaice (Pleuronectes platessa) Free Free Free 1% 0.60% 302.23 Sole (Solea spp.) Free Free Free 1% 0.60% 302.24 Turbots (Psetta maxima) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.31 Albacore or longfinned tunas (Thunnus alalunga) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.32 Yellowfin tunas (Thunnus albacares) Free 3.50% 302.33 Skipjack or stripe-bellied bonito Free 3.50% 302.34 Bigeye tunas (Thunnus obesus) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.35 Atlantic and Pacific bluefin tunas (Thunnus thynnus, Thunnus

orientalis)

3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% - Atlantic bluefin tunas (Thunnus thynnus) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% - Pacific bluefin tunas (Thunnus orientalis) Free 3.50% 302.36 Southern bluefin tunas (Thunnus maccoyii) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.41 Herrings (Clupea harengus, Clupea pallasii) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.42 Anchovies (Engraulis spp.) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.43 Sardines (Sardina pilchardus, Sardinops spp.), sardinella

(Sardinella spp.), brisling or sprats (Sprattus sprattus)

Free Free Free 1% 0.60% 302.44 M ackerel (Scomber scombrus, Scomber australasicus, Scomber

japonicus)

3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.46 Cobia (Rachycentron canadum) Free 3.50% 302.47 Swordfish (Xiphias gladius) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.51 Cod (Gadus morhua, Gadus ogac, Gadus macrocephalus) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 302.52 Haddock (M elanogrammus aeglefinus) Free Free Free 1% 0.60% 302.53 Coalfish (Pollachius virens) Free Free Free 1% 0.60% 302.71 Tilapias (Oreochromis spp.) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% 302.72 Catfish (Pangasius spp., Silurus spp., Clarias spp., Ictalurus

spp.)

3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% 302.73 Carp (Cyprinus carpio, Carassius carassius, Ctenopharyngodon

idellus, Hypophthalmichthys spp., Cirrhinus spp., M ylopharyngodon piceus)

3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% 302.74 Eels (Anguilla spp.) Free Free Free 1% 0.60% 302.81 Dogfish and other sharks Free Free Free Free Free 302.82 Rays and skates (Rajidae) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% 302.83 Toothfish (Dissostichus spp.) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% 302.84 Seabass (Dicentrarchus spp.) 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% 302.85 Seabream (Sparidae) Free Free Free Free Free 302.89 Other

- Barracouta (Sphyraenidae and Gempylidae) and king-clip (Genypterus spp.)

Free Free Free Free Free - Other

-- M arlin (Istiophoridae) 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% 3.50% -- Spanish mackerel 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% -- Hairtails 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% -- Fugu Free Free Free 1% 0.60% -- Other 3.50% 3.50% Free 3.50% 3.50% 302.9 Livers and roes

- Hard roes of Nishin (Clupea spp.) Free Free Free 1.50% 1% 303.24 Catfish (Pangasius spp., Silurus spp., Clarias spp., Ictalurus

spp.)

Free Free Free Free

Description Country

iii. Hambatan Non-Tarif

Hambatan non tarif adalah perjanjian Internasional yang mengikat Indonesia untuk meningkatkan ekspornya, antara lain;

a. Perjanjian internasional yang bernuansa menjaga kelestarian sumber daya perikanan seperti Code of Conduct for Responsible Fisheries, International Convention for the Concervation of Atlanic Tuna (ICCAT), Indian Ocean Tuna Comision dan Agreement of Straddling Stocks;

b. Perlindungan internasional terhadap satwa yang terancam punah seperti Convention on International Trade of Endangered Species (CITES); dan

c. Perjanjian internasional tentang perdagangan seperti GATT/WTO, termasuk didalamnya perjanjian Sanitary and Phyto sanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barriers to Trade termasuk didalamnya bidang pengawasan dan pengendalian mutu perikanan.

Standar dan aturan yang berbeda yang diberlakukan negara importir pada negara eksportir untuk menjamin bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan keamanan pangan menjadi salah satu hambatan yang dirasakan oleh eksportir Indonesia.

Bahkan, sesudah ratifikasi langkah-langkah Agreement on Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Perjanjian Hambatan Teknis pada Perdagangan, Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT) di bawah World Trade Organization (WTO), akan memperkecil perbedaan di antara berbagai macam

standar nasional dan sistem pemeriksaan yang mungkin akan mempertahankan atau menciptakan hambatan perdagangan non-tarif yang baru.

Produk perikanan tangkap asal Indonesia belum mendapatkan sertifikasi internasional The Marine Stewardship Council (MSC), atau produk yang diproduksi dengan cara-cara lestari (Detikfinance). Negara lain di Asia, yaitu Maladewa dan Vietnam, sudah lebih dulu mendapatkan sertifikat tersebut. Mendapatkan sertifikat MSC memang tidak mudah, dan semuanya terkait dengan pemenuhan persyaratan ekspor yang bisa dipatuhi oleh suatu negara untuk satu komoditas perikanan.

iv. Standar Kualitas, Persyaratan Sertifikasi, Pengemasan dan Pelabelan <Standar Kualitas>

Produk perikanan harus memenuhi standar dari Japan Agricultural Standard (JAS). JAS menentukan suatu produk layak/tidak diimpor ke Jepang melalui penilaian. Prosedur penilaian produk oleh JAS adalah sebagai berikut;

Pelabelan dan Srandar, Biro Penjamin Keselamatan Makanan dan Konsumen, Kementerian Agrikultur, Kehutanan dan Perikanan Jepang (http://www.maff.go.jp/e/jas/)

<Sertifikasi>

Produk yang lulus penilaian dari JAS akan diberikan sertifikasi label seperti berikut:

JAS Mark

Untuk produk yang kualitas, ingredients, dan syarat lain dari Standar JAS (Standar Normal)

Specific JAS Mark

Untuk produk dengan JAS Standar namun ada metode khusus/ingredient khusus yang bersertifikasi

Organik JAS Mark

Produk agrikultur yang memenuhi Standar JAS Organik

<Pelabelan>

Produk HS0302 termasuk produk yang dapat terurai, oleh karena itu mengikuti JAS Law, pelabelan harus mencamtumkan expire date, metode preservasi, list zat adiktif, dan lain-lain sebagaimana diperlukan oleh Food Sanitation Act.

v. Asosiasi Produk dan Profil Importir Berikut ini list importir untuk produk HS0302:

Daito Gyorui Co., Ltd

Alamat: 5-2-1 Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo, Japan

Email:

kaigai-tantou@ml.daitogyorui.co.jp

Chuo Gyorui Co, Ltd

Alamat: 2-1, Tsukiji 5-Chome, Chuo-Ku, Tokyo 104, Japan

Email: kaigaishitsu@marunaka-net.co.jp

Tohto Suisan Kabshiki Kaisha

Alamat: Tokyo Central Fish Market, 5, Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo, 104-8434 Japan Phone, +81-3-3541-1803

Tsukiji Uoichiba Co.,Ltd

Alamat: 2-1, Tsukiji 5-chome, chuo-ku, Tokyo, 104-8403, Japan

TEL +81-3-3541-3368

E-mail: info@tsukiji-uoichiba.co.jp Daiichi Suisan Co., Ltd.

Alamat: 5-chome 2-1, Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo, Japan

email: dai1sui@blue.ocn.ne.jp

Chiyoda Suisan Co.Ltd

Alamat: Tsukiji Central Market, 5-2-1 Tsukiji, Chuo-ku, Tokyo

Email: mailmaster@marusen.co.jp Koyo Trading, Ltd

Alamat: Daiko Bldg. 7F 12-8,tsukiji 2-chome Chuo-ku Tokyo 104-0045 Japan Email: mail@koyotrading.co.jp

Oki Products

Alamat: 3112-10 Shizuki, Awaji City, Hyogo Prefecture 656-2131

TEL +81-799-62-6060

d. Saluran Distribusi Produk HS0302

Saluran distribusi produk HS0302 dapat melalui dua jalur, yaitu melalui retailer yang dituju atau dijual kepada broker melalui wholesale market. Distribusi impor produk

Gambar 3 Distribusi Impor Marine Product di Jepang

Sistem pembelian untuk produk-produk HS0302 baik fresh/beku melalui

wholeseller/retailer adalah sistem auction/lelang. Pelelangan melalui pelelang

(auctioner) yang memberitahukan harga wajar suatu barang dan memberikan batas atas dan batas bawah harga produk. Pelelang memberitahukan pengekspor apakah harga yang mereka tentukan wajar atau tidak. Pelelang nantinya akan melelang produk kepada

buyer. Buyer akan menawar harga dalam rentang atas dan rentang bawah. Pengekspor

yang menginginkan margin yang tinggi harus dapat mencari pelelang/auctioner yang terpercaya dan persuasif, yang dapat menaikan harga dari para buyer. Pelelang umumnya disediakan oleh import partner atau dikontrak independen.

BAB V STRATEGI

Sebagai Negara yang kaya akan sumberdaya lautnya, Indonesia diakui Jepang sebagai market leader untuk marine product. Berdasarkan informasi produk HS0302 yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut beberapa strategi perdagangan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan ekspor produk ke Jepang.

a. Melakukan pemetaan sumber daya dan analisis kondisi

Pemetaan sumber daya termasuk memperkirakan kapasitas ekspor dikarenakan kebijakan pembatasan wilayah tangkap dan keberlanjutan produk. Penangkapan ikan secara besar-besaran tentunya akan menyebabkan berkurangnya supply ikan di laut, kemudian ekspor besar-besaran tentunya menurunkan harga pasar secara signifikan. Oleh karena itu perlu menyeimbangkan kapasitas ekspor dengan permintaan pasar sehingga harga produk terjaga dan perlahan-lahan meningkat.

Analisis kondisi juga penting melalui matching antara tren pasar dan komoditas yang akan diekspor. Sebagaimana diperlihatkan pada bab 3, konsumer memiliki kecendrungan untuk mengganti konsumsi jenis ikan pada setiap musim, oleh karena itu eksportir perlu memerhatikan tren pasar saat melakukan ekspor.

Jepang juga dikenal sangat ketat dalam kualitas produk impor, jika produk impor tidak memenuhi syarat tertentu dan kualitasnya dibawah standar maka akan

mengeluarkan biaya ekstra untuk penilaian kualitas produk oleh Badan standar Jepang, trading partner di Jepang atau konsultan yang berpengalaman mengenai impor ikan ke Jepang.

b. Menentukan Strategi Operasional Pemasaran

Strategi operasional yang akan diterapkan karena harus sesuai dengan pola dasar bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan istilah 6-P yaitu price, promotion, place, power of government, dan power of parliament.

c. Pengembangan Teknologi Pengangkutan dan Efisiensi Biaya Transportasi Kementerian Kelautan dan Perikanan belakangan ini giat melakukan riset dan pengembangan teknologi pengangkutan ikan hidup. Harapannya pengangkutan ikan hidup ini tentunya akan memberikan nilai tambah bagi produk perikanan Indonesia. Tentunya teknologi pengangkutan ikan hidup ini harus dimiliki oleh perusahaan Indonesia, karena selama ini teknologi ini belum maksimal sehingga pengekspor membayar broker asing yang mempunyai teknologi tersebut untuk mengantar produk ke Jepang. Namun dengan kebijakan dilarangnya kapal berbendara asing untuk melakukan transhipment, maka eksportir harus menggunakan kapal Indonesia untuk melakukan pengiriman barang.

Selain itu, pemilihan lokasi sentra pembekuan dan pengolahan ikan sangat penting. KKP sedang merencanakan pembangunan Natuna sebagai sentra pembekuan dan pengolahan ikan sehingga siap ekspor ke negara-negara Asia Timur, Dengan letak natuna di laut cina selatan tentunya lebih dekat ke Jepang dan menghemat biaya transportasi.

d. Pemilihan Trading Partner

Trading partner yang terpercaya merupakan salah satu faktor keberhasilan eksportir untuk kesuksesan. Trading partner ini merupakan importir yang berada di Jepang yang nantinya membantu mengurus ijin impor, survey pasar, mencari buyer, dan mengurangi hambatan komunikasi. Tentunya pemilihan trading partner harus berdasarkan trust dan track record trading partner itu sendiri.

e. Renegosiasi Kerjasama Perdagangan

Hal yang perlu dikritisi adalah renegosiasi tarif. Sebagai contoh, Filipina mendapatkan keistimewaan bebas tarif pada beberapa produk HS0302 sementara Indonesia harus mengikuti ASEAN dengan tarif 3,5%. Oleh karena itu Pemerintah perlu melakukan renegosiasi tarif dan pengurangan hambatan non tarif seperti aturan impor kuota untuk Tuna Sirip Kuning, kerjasama badan sertifikasi di Indonesia, dan kemudahan shipping.

f. Pengembangan Sistem Promosi

Sistem promosi yang digunakan musti dipertimbangkan dengan matang, salah satunya media promosi yang akan dipakai. Media promosi yang dapat digunakan, di antaranya pameran dagang internasional (trade fairs), baik di dalam negeri maupun di luar negeri, membuat brosur dan dikirimkan kepada calon pembeli, melakukan pemasaran di media cetak dan elektronik. Selain itu, dapat melalui Atase Perdagangan, Kamar Dagang Indonesia. Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN) dan Lembaga Penunjang Ekspor (LPE).

BAB VI

Dokumen terkait