• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN

C. Peran Indonesia Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi

Indonesia sejauh ini sudah memegang peranan penting dalam dunia Internasional dalam menjalankan tugas dan fungsi terhadap penanggulangan krisis ekonomi global. Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia membuat 4 (empat) tugas ataupun langkah kebijakan proses recovery atas kondisi krisis yang terjadi, yakni:68

a) The restoration of private demands

Pemulihan ini dilakukan bertujuan menstabilkan pasar uang dan mencegah terjadinya hiperinflasi, seperti kebijakan fiskal yang menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tunggal, menaikkan cukai alkohol, tembakau, meningkatkan penerimaan APBN dari lana BUMN dan lain-lain.

b) The restoration of confidence

67

Ibid

tanggal

Pemulihan ini dilakukan bertujuan mengembalikan kepercayaan para investor agar mau kembali menginvestasikan kekayaannya kepada negara tersebut.

c) The efficient cleaning up of the banking system

Restrukturisasi perbankan merupakan suatu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memulihkan kondisi perbankan yang terpuruk sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menyehatkan kembali sistem perbankan yang selama masa krisis mengalami tekanan akibat banyaknya sektor riil seperti bidang industri, perdagangan, pariwisata, pertambangan, perhotelan dan lain-lain yang tidak mampu membayar bunga kredit dan angsuran pokok usaha mereka kepada bank yang bersangkutan sehingga menjadi kredit bermasalah.

d) The corporate debt resolution

Pemulihan ini bertujuan menyelesaikan persoalan hutang-hutang luar negeri ataupun dalam negeri (swasta) dengan keterlibatan pemerintah, namun tetap dibatasi agar proses penyelesaiannya tetap dapat berlangsung lebih cepat.

Peranan Indonesia dalam dunia Internasional pun semakin maju ketika bergabung dalam G-20 tahun 1999, dimana Indonesia menjadi anggota tetapnya. G-20 terbentuk sebagai forum utama kerjasama ekonomi yang beranggotakan Negara maju dan Negara berkembang dalam menyusun

kebijakan ekonomi global dalam menghadapi krisis yang melanda Asia sebelumnya.69

2. Kewenangan Indonesia Terhadap Penanggulangan Krisis Ekonomi Global Indonesia mempunyai kewenangan dalam penanggulangan krisis ekonomi global, kewenangan Indonesia dalam hal ini di tuangkan dalam kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, karena peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem keuangan. Adapun peran utama ataupun wewenang yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu yakni;70

a) pemerintah Indonesia memiliki tugas dan wewenang untuk menjaga stabilitas moneter antara instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.

b) peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa dominan dalam sistem keuangan. Oleh karena itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem

pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan

c) Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia ditunjuk dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara makroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

d) Melalui fungsinya pula, Bank Indonesia ditunjuk sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi Bank Sentral sebagai lender of the las resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi LoLR mencakup penyediaan likuditas pada kondisi normal maupun krisis. Maksud LoLr yaitu Bank Indonesia juga berfungsi sebagai Lender Of the Last Resort , dalam melaksanakan fungsi ini Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya kesalahpahaman dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu maksimal 90 hari, dan bank penerima pinjaman wajin menyediakan anggunan yang berkualitas

tinggi serta mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama degan jumlah pinjaman.

Pada awalnya hukum ekonomi internasional itu lahir dari suatu hubungan yang sangat sederhana antara suatu negara dengan negara lainnya yang tanpa disadari oleh kedua negara tersebut telah menciptakan suatu hubungan yang mempunyai dasar kepentingan bersama yang kita kenal dengan ekonomi internasional. Lamdasan utama hubungan kedua negara tersebut yang berupa kepentingan bersama pada akhirnya berkembang ke dalam suatu bentu peraturan. Peraturan tersebut berupa perjanjian yang merupakan suatu tanda kesepakan bersama antar bangsa yang bertujuan demi kepastian terhadap usaha yang dijalani bersama, misalnya perdagangan dan pelayaran.71

Hukum ekonomi internasional merupakan cabang atau bagian dari hukum internasional publik, maka ada prinsip-prinsip atau aturan-aturan hukum internasional publik yang berlaku terhadap hukum ekonomi internasional. Prinsip persamaan kedudukan antar negara atau prinsip tanggung jawab negara adalah contoh-contoh prinsip hukum internasional publik yang dapat diterapkan ke dalam hukum ekonomi internasional.72

Seperti halnya Indonesia dan Negara lainnya mempunyai aturan-aturan tersendiri terhadap kebijakan ekonominya, namun kebijakan dan aturan-aturan tersebut kadang tidak berjalan dengan semestinya.

Tahun 1997-1998 adalah puncak-puncaknya krisis yang terjadi di negara kawasan Asia, berbagai lembaga nasional milik pemerintah maupun swasta dan lembaga-lembaga riset internasional bergengsi seperti Political and Economic Risk Consultancy (PERC), World Economic Forum, dan Yamaichi Institute of Research pada tahun 1996 mengeluarkan bermacam prediksi mengenai perkembangan ekonomi di Asia untuk tahun 1997 tanpa menduga sedikitpun bahwa pertengahan tahun tersebut ekonomi Asia akan terguncang oleh suatu krisis besar. Secara umum, lembaga-lembaga riset internasional itu memprediksi bahwa perekonomian di Asia pada tahun 1997 akan tetap cerah. Laju pertumbuhan ekonomu di China, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, Vietnam, Singapura, Korea Selatan, Taiwan dan Hong Kong rata-rata masih antara 7 hingga 8 persen. Selain lembaga-lembaga riset dunia itu, IMF, Bank Dunia dan ADB juga pada bulan-bulan terakhir tahun 1996 membuat perkiraan pertumbuhan ekonomi di Asia untuk 1997. Misalnya, ADB memperkirakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara Asia pada tahun 1997 akan sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi di atas 7 persen. Bank Dunia pada bukan Desember 1996 meramalkan perekonomian di kawasan Asia Timur masih akan tumbuh di atas 8 persen untuk beberapa tahun mendatang.73

Setelah krisis terjadi dan semakin memburuk, khususnya Indonesia, tentu membuat semua prediksi oleh lembaga-lembaga tersebut buyar. Bahkan menurut IMF, tahun 1998 merupakan puncak krisis Asia. Setelah itu negara yang paling menderita pada awalnya karena terbanat krisis seperti

Korea Selatan dan Thailand akan pulih kembali dalam waktu yang tidak lama, terkecuali Indonesia. Ekonomi Korea Selatan diperkirakan akan pulih dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan ekonomi Thailand.74

Karena perekonomian dunia sudah semakin mengglobal, yang terutama disebabkan oleh penigkatan volume transaksi keuangan dan perdagangan ekspor dan impor yang sangat pesat, dan keterkaitan produksi anatar perusahaan-perusahaan dari berbagai negara di dalam satu industri, ditambah lagi dengan semakin tingginya mobilisasi global dari faktor-faktor produksi, serta semakin banyaknya negara yang masuk di dalam global communication network selama 2 dekade belakangan ini, maka jelas ekonomi dari wilayah-wilayah lain di dunia (misalnya Amerika dan Eropa) tidak mungkin lagi dapat diisolasi dari dampak negatif dari krisis di Asia. Terutama menginat bahwa ekonomi Asia (khususnya Asia tenggara dan Timur) semakin penting di dalam perekonomian dunia, terutama dilihat dari sisi volume perdagangan barang dan jasa dan volume penanaman modal asing serta arus modal lainnya ( investasi ).75

74

Ibid. 75

BAB IV

KERJASAMA ANTARA INDONESIA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL MENURUT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2003

A.Dasar Hukum Kerjasama Indonesia Dengan IMF dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

Sebagaimana yang dimaksud dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2003 ada beberapa dasar hukum yang menjadi acuan untuk Indonesia bekerjasama dengan International Monetary Fund (IMF) yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 menurutPasal 4 ayat (2) ini berbunyi “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) ini sebagaimana di maksud bahwa tugas wakil presiden antara lain, yaitu:76

a. Mendampingi Presiden jika Presiden menjalankan tuas-tugas kenegaraan di Negara.

b. Membantu dan mewakili tugas Presiden di bidang kenegaraan dan pemerintahan.

c. Membantu Presiden dalam mengoordinasikan, menjalankan, dan mengevaluasi program kerja kabinet. Termasuk dalam fungsi ini, wakil

presiden dapat dapat juga sebagai kepala suatu badan administrasi pemerintahan atau suatu komisi Negara.

d. Melaksanakan tugas teknis pemerintahan sehari-hari.

e. Menyusun agenda kerja kabinet dan menetapkan fokus atau prioritas kegiatan pemerintahan yang pelaksanaannya dipertanggung jawabkan kepada Presiden.

f. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

g. Bertanggungjawab penuh membantu Presiden dalam urusan kenegaraan. h. Menjalankan roda koordinasi dan komunikasi antara lembaga-lembaga

dipemerintahan.

Berdasarkan bunyi dari Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dan juga berdasarkan tugas dari Wakil Presiden maka secara tidak langsung Wakil Presiden bertugas membantu Presiden dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab atas dana yang disalurkan oleh IMF kepada Bank Indonesia (BI), dan kemudian dana bantuan dari IMF tersebut dimaksukkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maksudnya dalam hal ini Bank Indonesia dapat mempertimbangkan kepada pemerintah mengenai rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kemudian disalurkan kepada Kabniet yang terdapat di dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003. Kemudian setelah menyalurkan dana tersebut kepada kabinet dan pemerintah Daerah, Wakil Presiden bertugas mengkoordinir dan

membantu komunikasi antara BI dengan kabinet dan pemerintahan daerah dalam menyalurkan dana bantuan tersebut.77

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, tambahan lembaran Negara nomor 3839)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) huruf c yang berbunyi “bantuan dana dari pemerintah dan pemerintah provinsi” dan huruf d berbunyi “sumbangan dari pihak ketiga”. Dalam hal ini ketika pemerintah pusat meminta bantuan dari IMF selaku pemberi dana, kemudian Bank Indonesia (BI) menyalurkan sebagian dana dari IMF tersebut ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kemudian diberikan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),yang dimana melalui beberapa mekanisme, antara lain:78

a. Proses yang ada di setiap instansi pengguna anggaran yang menerima Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.

b. Proses pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) c. Proses pada Bank Operasional (BO).

BO adalah bank umum yang ditunjuk Menteri Keuangan yang bertugas untuk menyalurkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tentu, ada perjanian kerjasama antara Kementrian Keuangan dan Bank Operasioanal (BO) tersebut.

Proses yang terjadi pada setiap instansi pengguna anggaran adalah sampai dengan terbitnya Surat Perintah Membayar (SPM). Sedangkan proses yang ada di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah diterimanya SPM dari instansi sampai dengan terbit Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Proses ini untuk menguraikan proses antara ujung alur kedua dan ketiga. Setelah terbit SP2D, satu seksi di KPPN yaitu Seksi Bank mengajukanpermintaan kebutuhan dana ke kantor pusat Ditjen perbendaharaan Kementrian Keuangan, sejumlah nilai SP2D yang terbit. Proses permintaan danaya menggunakan sarana elektronik. Dengan adanya permintaan dana tersebut, kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan mengalokasikan atau mentransfer sejumlah dana yang diminta dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN). RKUN adalah rekening di BI yang merupakan tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. Dana dari RKUN tersebut ditrasnfer ke suatu rekening yang disebut Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat (RPKBUNP) pada BO pusat, dapat juga BRI pusat, Mandiri Pusat atau BNI Pusat. Hal ini tergantung, dana SP2D tersebut disalurkan dari rekening BO apa di daerah.79

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 nomor 66, tambahan Negara Republik Indonesia nomor 3844)

Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 1999 Bab III tentang tujuan dan tugas yang lebih jelas terdapat pada Pasal 8 yang berbunyi sebagai berikut: “Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:80

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia berwenang:

1) Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperlihatkan sasaran laju inflasi yang ditetapkan.

2) Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada;

e) Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing

f) Penetapan tingkat diskonto

g)Penetapan cadangan wajib minimum h)Pengaturan kredit atau pembiayaan.”

Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar yang ditetapkan, seperti pada Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 antara lain:

1) Bank Indonesia mengelola cadangan devisa.

2) Dalam pengelolaan cadangan devisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melaksankan berbagai jenis transaksi devisa.

3) Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat menerima pinjaman luar Negeri.

b. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran

Dalam hal ini terdapat di Pasal 15 ayat (1), yang berbunyi :

“Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, Bank Indonesia berwenang:81

i) Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa system pembayaran

j) Mewajibkan penyelenggara jasa system pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya

k)Menetapkan penggunaan alat pembayaran”

Pasal 18Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 juga mengatur tentang system kelancaran pembayaran, yaitu:82

l) Bank Indonesia menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing m)Penyelenggaraan kegiatan penyelesaian akhir transaksi pembayaran

antarbank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia.

n)Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.

c. Mengatur dan Mengawasi Bank

Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari Bank,

melaksanakan pengawasan Bank, dan mengenakan sanksi terhadap Bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.83

B.Bentuk Kerjasama Indonesia Dengan IMF Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003.

Bentuk kerjasama ataupun perjanjian yang disepakati anatara IMF – Indonesia dilatar belakangi suau sebab yaitu krisis moneter yang bekepanjangan di Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia mengambil insiatif untuk meminta bantuan finansial dari dunai internasional melalui IMF. Upaya Indonesia untuk mengatasi krisis moneter sebenarnya sudah dilakukan sejak rupiah digoyang dollar pada juli 1997. Kala itu, tepatnya pada Agustus 1997 Bank Indonesia memperlebar kurs intervensinya dan akhirnya mengambangkan kurs rupiah terhadap dollar. Selain itu, pemerintah juga menerapkan kebijaksanaan uang ketat dan menunda beberapa proyek. Pada september 1997 tarif import terhadap 150 komoditas dikurangi dan pembatasan 49% saham asing pada perusahaan publik dihapuskan.84

Sebagai realisasi dari program reformasi tersebut diatas, maka IMF memberikan peranannya kepada Indonesia untuk mengatasi krisis yang menimpa Indonesia, yaitu IMF memberi bantuan dana secara bertahap kepada Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh IMF itu sendiri, dimana jumlah dana dari IMF keseluruhannya sebesar US$ 43 Miliyar, sehingga

diakses pada tanggal 02/11/15 jam 18.00 WIB

dengan demikian Indonesia wajib memathu ketentuan-ketentuan sebagaimana telah di perjanjijkan dalam nota kesepakatan antara IMF dengan Indonesia.85

Bentuk kerjasam ataupun paket kesepakatan yang disebut juga sebagai paket reformasi yang ditawarkan IMF untuk membantu Indonesia dalam mengatasi krisis, terdiri dari beberapa paket yang telah disepakati antara pemerintah Indonesia dengan IMF, yaiu :86

1. Penyehatan Sektor keuangan

a. Perbankan : perbankan swasta, pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (pemerintah telah melikuidasi 16 bank dan menggabungkan bank-bank pemerintah).

b. Lembaga Pembiayaan.

c. Lembaga-lembaga di pasar modal seperti reksa dana dan perusahaan efek. 2. Kebijakan Fiskal

a. Meningkatkan penerimaan negara dan berbagai pengheatan diikuti peningkatan disiplin anggaran sehingga minimal tidak terjadi defisit anggaran belanja. Tahun 1998 sampai 1999, targentya surplus anggaran satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah telah mengajukan RAPBN 1998-1999 sebesar Rp.133,491 trilyun, naik 32,1 % dari APBN 1997-1998.

b. Mengurangi defisit transaksi berjalan pada neraca pembayaran sehingga dalam dua tahun ke depan dapat ditekan di bawah 3 % terhadap PDB. 3. Kebijakan Moneter termasuk kurs mata uang

85

Ibid. 86

Pengendalian inflasi melalui pengendalian likuiditas perekonomian dan tingkat suku bunga. Pada satu pihak tetap merangsang kegiatan perekonomian sekaligus menghasilkan stabilitas ekonomi.

4. Penyesuaian Struktutal

a. Penurunan bertahap tarif bea masuk, produk kimia, besi/baja, produk perikanan.

b. Pelonggaran tata niaga komoditas gandum tepung terigu, kedelai dan bawang putih. Untuk melindungi konsumen, pemerintah tetap memberikan subsidu tepung terigu. Selain itu penetapan HPS semen akan dihapus dalam waktu dekat.

c. Hambatan ekspor termasuk pajak ekspor akan dikurangi secara bertahap. d. Pemerintah akan mengkaji ulang investasi dan pengeluaran sektor publik

termasuk pengeluaran pemerintah untuk BUMN dan industri strategis, privatisasi akan terus melanjutkan termasuk bank-bank pemerintah setelah penggabungan selesai.

Mekanisme bentuk kerjasama Indonesia dengan IMF yaitu IMF sebagai organisasi internasional dalam bidang ekonomi meminjamkan dana kepada Indonesia selaku debitur, dan kemudian Indonesia menyalurkan dana tersebut ke beberapa kabinet dan pemerintah daerah yang sebagaimana bertujuan memulihkan keadaan ekonomi di pusat maupun daerah, yang setelah itu dana tersebut digunakan oleh kabinet ataupun pemerintah daerah sesuai dengan kebijakan yang telah diatur oleh masing-masing kabinet ataupun pemerintah daerah.

Sebagai contoh: 87

a) Kementian Pndidikan Nasional.

setelah Indonesia menyalurkan dana ke beberapa kabinet seperti Kementrian Pendidikan Nasional, dana tersebut digunakan untuk membangun ataupun menaikkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia, seperti memperbaiki gedung bangunan sekolah dan lain-lain. b) Kementrian Koperasi dan Usaha kecil Menengah

Dana yang berikan kepada kementrian keuangan digunakan seperti membantu masyarakat membuka usahanya dengan memberikan dana pinjaman dan lain-lain

c) Gubernur

Untuk didaerah, pemerintah pusat memberikan dana nya tersebut kepada pemerintah daerah masing-masing, yang mana nanti para gubernur menggunakannya sesuai kebutuhan masing-masing daerah seperti memajukan pembangunan daerah, membantu rakyat miskin ataupun membuat para investor tertarik menginvestasikan kekayaannya kedaerah tersebut.

C. Sasaran Kerjasama Indonesia dengan IMF Berdasarkan Instruksi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

87 Inpres No 5 tahun 2003.

Dalam melaksanakan kerjasama antara Indonesia dengan IMF memiliki beberapa sasaran, yang dimana sasaran tersebut memiliki kinerja dalam penyaluran bantuan dana IMF dalam mencapai program kerjasamanya, antara lain:88

1. Melaksanakan kebijakan ekonomi menjelang dan sesudah berakhirnya program kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF) dengan sasaran pokok:

a. Memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro b. Melanjutkan restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan c. Meningkatkan investasi, ekspor dan penciptaan lapangan kerja

2. Dalam pencapaian sasaran pokok sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, agar memperhatikan program-program sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Instruksi Presiden ini sebagai pedoman kebijakan ekonomi menjelang dan sesudah berakhirnya program kerjasama IMF.

3. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA.

4. Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Menteri Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengkodinasikan kegiatan yang dilaksanakan oleh para Menteri/Kepala Lembaga Pemerintahan non Departemen serta Jaksa Agung Republik Indonesia, Panglima Tentara Nasional Indonesia, dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai lingkup koordinasinya.

5. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaan Instruksi Presiden dan melaporkan secara berkala kepada Presiden.

6. Untuk kelancaran pelaksanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian membentuk Tim Pemantauan.

7. Menteri kordinator Bidang Perekonomian melakukan koordinasi dengan Gubernur Bank Indonesia dalam hal pelaksanaan Instruksi Presiden ini berkaitan dengan bidang tugas dan kewenangan Bank Indonesia.

8. Agar melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Presiden secara berkala.

D. Pelaksanaan Hasil Kerjasama Indonesia Dengan IMF Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global

1. Pelaksanaan

Paket program pemulihan ekonomi yang disyaratkan IMF petama kali diluncurkan pada bulan November 1997 bersama pinjaman angsuran pertama senilai 3 miliar dolar AS. Pada mulanya diharapkan bahwa dengan disetujuinya paket tersebut oleh pemerintah Indonesia, nilai rupiah akan mennguat dan stabil kembali. Tetapi, kenyataann menunjukkan nilai rupiah terus melemah sampai pernah mencapai Rp 15.000 per dolar AS. Kepercayaan masyarakat di dalam dan luar Negeri terhadap ekonomi Indonesia yang pada waktu itu terus merosot,

Dokumen terkait