• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Peran Keluarga dalam Pendidikan Fitrah Seksualitas

Keluarga dalam lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut badan penasehat perkawinan Perselisihan dan Perceraian DKI Jakarta, keluarga adalah masyarakat yang terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami istri sebagai intinya berikut anak-anak yang terlahir dari mereka. Atau sebuah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih tinggal bersama karena iaktan perkawinan atau darah, terdiri dari ayah, ibu dan anak. 41

Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah ibu, kakek nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.42 Tanggung jawab yang dimiliki oleh sebuah keluarga untuk memelihara dan menjaga serta mendidik adalah menjadi penting sebagai bibit pembentukan keluarga yang baik setelahnya di masa yang akan datang secara terus menerus.

Amini juga menambahkan, menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak. Kedua orangtua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika orangtua melalaikannya berarti mereka telah menzhalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat akan dimintai pertanggungjawabannya atas orang yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan penanggung jawab rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dan penanggung jawab keluarganya, dan seorang

41

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991) Cet II hal, 104.

42

Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak. (Jakarta: Al-Huda 2006), Cet. 1 hlm, 107-108

wanita adalah pemimpin dan penanggungjawab rumah dan anak-anak suaminya.43

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa anak. Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam dan Non-Islam. Karena keluarga adalah tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota keluarganya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia prasekolah), sebab pada masa tersebut apa yang tertanam dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tidak mudah hilang atau membekas sesudahnya.44 Pada saat inilah pendidikan fitrah seksualitas dalam sebuah keluarga sudah harus dimulai. Sejak lahirnya hingga memasuki masa baligh anak-anak sejatinya orangtualah yang paling berperan membina dan merawat fitrah seskualitas anak lelaki dan anak perempuannnya.

Dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanat dari Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Jelas tanggung jawab orang tua

43

Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak.107-108.

44

Yusuf Muhammad al-Hasan, Pendidikan anak Dalam Islam. (Jakarta: Darul Haq, 1998), Cet. 1, 10.

terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga. Tuhan memerintahkan agar setiap orang tua menjaga keluarganya dari siksa api neraka. Jadi, tanggung jawab itu pertama-tama adalah sebagai suatu kewajiban dari Allah, yang mana kewajiban itu harus dilaksanakan. Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir.45

Landasan pembentukan keluarga dalam Islam, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’Ala dalam Q.S Ar-Rum : 30,

ْنِّم مُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو

اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِّل اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفنَأ

ًةَْحَْرَو ًةَّدَوَّم مُكَنْ يَ ب َلَعَجَو

ۚ

َلآ َكِلََٰذ ِفي َّنِإ

َنوُرَّكَفَ تَ ي مْوَقِّل تاَي

)

90

(

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S Ar-Rum : 21)46

Sebuah rumah tangga muslim yang kokoh dapat terjadi, karena keduanya menyatukan cipta, rasa dan karsa, mereka memiliki satu tujuan, terciptanya sebuah rumah tangga yang berpijak pada kasih sayang, ketentraman dan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dalam membentuk suatu keluarga yang bahagia dan harmonis, hidup tenang rukun dan

45

Sutrisno, Penanaman Nilai Religius, 34.

46

Q.S. Al Imran.Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya.(Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009):406

damai serta dilingkari oleh sikap kasih sayang untuk mendapatkan keturunan yang sah dan dapat melanjutkan cita-cita orangtuanya.

Anak-anak dalam sebuah keluarga merupakan amanat dan rahmat dari Tuhan, generasi penerus serta pelestari norma yang berlaku dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya, keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama bagi anak seyogyanya mampu menjadi peletak dasar dalam pembentukan fitrah seksualitas yang baik sebagai landasan kepribadian anak sesuai dengan kodratnya, sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Karena mereka nantinya akan membentuk peradaban di kemudian hari. Yang nantinya juga dari anak-anak kita akan lahir manusia-manusia yang Allah turunkan dalam masyarakat sebagai penerus peran atas misi fitrahnya agar manusia tidak menyimpang selama menjalani kehidupannya hingga Allah mengambilnya kembali ke akhirat yang kekal.

Allah berkehendak bagi kita semua untuk menemukan peran

(mission of life) hidupnya untuk mencapai maksud serta tujuan

penciptaanya (purpose of life).47 Allah ciptakan bagi kita anak-anak kita lalu mempersembahkannya kembali kepada Nya dengan memberikan sebesar-besarnya manfaat dan rahmat bagi semesta alam, sebagai khalifah di muka bumi untuk beribadah dan memakmurkan bumi.

Dokumen terkait