• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran adalah kepemimpinan yang menekankan pada kom- ponen-komponen yang terkait erat dengan pembelajar- an, meliputi kurikulum, proses belajar mengajar,

 

penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi, bakat, minat dan kebutuhannya.

Kepemimpinan pembelajaran ditujukan juga untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswa mening- katkan prestasi belajarnya, kepuasan belajar semakin tinggi, motivasi belajar semakin tinggi, keingintahuan terwujudkan, kreativitas terpenuhi, inovasi terealisir, jiwa kewirausahaan terbentuk, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat tumbuh dengan baik. Kepemimpinan pembelajaran jika dite- rapkan di sekolah akan mampu membangun komuni- tas belajar warganya dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school).

Sekolah belajar memiliki perilaku-perilaku di antaranya memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang, mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya, memberi kewenangan dan tanggung jawab kepada warga sekolahnya, mendorong warga sekolah untuk mempertanggung jawabkan proses dan hasil kerjanya, mendorong teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa, meng-

ajak warga sekolahnya untuk menjadikan sekolahnya berfokus pada layanan prima kepada siswa, mengajak warga sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolahnya untuk berpi- kir sistematis, mengajak warga sekolahnya untuk komit terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolahnya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.

Dalam mengimplementasikan sebuah program baru, kepala sekolah dituntut untuk mampu melak- sananakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan program, mengorganisasai program yang akan dilaksanakan serta melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap program yang telah dilaksana- kan. Jika program sesuai perencanaan maka tindak lanjutnya dapat melanjutkan program yang sudah di- laksanakan tanpa harus merubah lagi dan tantangan- nya adalah meningkatkan jika program yang bersang- kutan sudah berjalan tetapi jika sebuah program baru yang baru diuji coba maka tindak lanjutnya adalah melaksanakan program dalam skala besar atau dilak- sanakan oleh seluruh warga sekolah. Sebaliknya jika program yang dilaksanakan kurang sesuai dengan rencana maka tindak lanjutnya perlu menganalisis apa penyebab ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai (1) educator (pendidik), (2) ma-

 

najer, (3) administrator, (4) supervisor (penyelia), (5) leader (pemimpin), (6) pencipta iklim kerja, dan (7) wirausahawan.

Peran pertama yaitu kepala sekolah sebagai

educator (pendidik). Kegiatan belajar mengajar meru- pakan inti dari proses pendidikan dan guru merupa- kan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompeten- sinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat ber- jalan efektif dan efisien.

Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan artinya dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan

pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

Sedangkan kepala sekolah sebagai administra- tor, khususnya berkenaan dengan pengelolaan ke- uangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kom- petensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran pening- katan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat menga- lokasikan anggaran yang memadai bagi upaya pening- katan kompetensi guru.

Peran kepala sekolah sebagai supervisor adalah untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melak- sanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Mulyasa 2004). Dari hasil super- visi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keung- gulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangku tan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memper- baiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahan-

 

kan keunggulannya dalam melaksana kan pembela- jaran.

Peran kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) berkaiatan erat dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah. Setidaknya kita mengenal dua gaya kepemim- pinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada ma- nusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut: (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (Mulyasa 2004).

Peran selanjutnya adalah peran kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja karena iklim yang kondu- sif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendak- nya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Sudrajat 2008):

(1) para guru akan bekerja lebih giat apabila ke- giatan yang dilakukannya menarik dan menye- nangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusun- an tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio- psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan

Peran kepala sekolah terakhir adalah sebagai wirausahawan artinya dalam menerapkan prinsip- prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkat- an kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan kompa- ratif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai kepala madrasah sehingga dalam setiap kegiatan selalu berkoordinasi dengan kepala madrasah. Peran kepala madrasah dalam implementasi pendidikan life skills di antaranya berperan sebagai edukator (pendi- dik) yaitu memberikan bimbingan kepada guru untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang ter- integrasi pendidikan life skills. Peran yang lain adalah sebagai manajer yang bertanggung jawab atas semua

 

program kegiatan implementasi life skills termasuk melakukan evaluasi setelah program dilaksanakan. Peran selanjutnya adalah sebagai supervisor (penyelia) yaitu melakukan supervisi atau observasi terhadap persiapan maupun pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru disamping itu juga siap membim- bing saat guru membutuhkan bimbingan saat persiap- an maupun pelaksanaan implementasi life skills.

Peran kepala selanjunya dalam penelitian ini adalah peran sebagai wira usaha yaitu ketika menya- jikan sebuah program baru hendaknya yang menda- tangkan keuntungan atau diminati konsumen. Konsu- men yang dimaksud adalah wali murid. Jika dengan program baru ini wali murid keberatan maka program baru ini tidak perlu dilanjutkan namun jika wali murid tidak keberatan dan mendukung maka ini merupakan suatu cara untuk menarik minat konsumen atau orang tua siswa yang belum menyekolahkan anaknya di sekolah yang bersangkutan menjadi tertarik untuk menyekolahkan anaknya di MI Miftakhul Huda Bengkal.

2.6 Tindakan Implementasi Pendidikan

Dokumen terkait