• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kurator Terkait Adanya Gugatan Hukum Oleh Dan

BAB III AKIBAT KEPAILITAN ATAS GUGATAN-GUGATAN HUKUM

C. Peran Kurator Terkait Adanya Gugatan Hukum Oleh Dan

Tidak semua orang dapat menjadi kurator. Dahulu sewaktu masih berlakunya peraturan kepailitan zaman Belanda, hanya balai harta peninggalan yang dapat menjadi kurator tersebut. Akan tetapi, sekarang ini oleh UU Kepailitan dan PKPU diperluas sehingga yang dapat bertindak sebagai kurator adalah balai harta peninggalan dan kurator lainnya. Yang dimaksud dengan kurator lainnya yaitu kurator yang bukan BHP adalah mereka yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Perorangan yang berdomisili di Indonesia, yang mempunyai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit dan

2. Telah terdaftar pada Departemen Kehakiman sebagai kurator55.

Istilah kurator belum begitu popular dimasyarakat Indonesia. Ada yang beranggapan kurator adalah orang yang mencintai dan/atau mengurusi koleksi gambar-gambar atau lukisan kuno. Ada pula yang beranggapan bahwa kurator adalah pengampu terhadap pengampu anak yang belum dewasa atau orang gila. Oleh karena itu dibutuhkan defenisi singkat dari kurator tersebut. Kurator menurut Pasal 1 angka 5 UU Kepailitan dan PKPU adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitur pailit di bawah pengawasan hakim pengawas56.

Menurut penjelasan Pasal 70 UU ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU yang dimaksud dengan keahlian khusus adalah mereka yang mengikuti dan lulus pendidikan kurator dan pengurus sedangkan yang dimaksud dengan terdaftar dalam Pasal 70 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU adalah telah memenuhi syarat pendaftaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan adalah anggota aktif organisasi profesi kurator dan pengurus.

Disamping adanya kurator (kurator tetap) sebagaimana telah diterangkan, UU Kepailitan dan PKPU juga memperkenalkan adannya kurator sementara (interim receiver) sebagaimana diatur dalam Pasal 10. Pada prinsipnya tugas kurator sementara ini lebih terbatas dibandingkan dengan tugas kurator tetap. Kurator sementara hanya bertugas untuk mengawasi:

1. Pengelolaan usaha Debitur;

55 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 41

2. Pembiayaan kepada Debitur; 3. Pengalihan Harta Debitur; 4. Penjaminan Harta Debitur.

Kurator sementara ini dapat diajukan oleh setiap kreditur, kejaksaan, Bank Indonesia, BAPEPAM atau Menkeu sebelum putusan pailit dijatuhkan, yang dalam hal ini ditunjuk oleh setiap kreditur atau jaksa dalam hal kepailitan untuk kepentingan umum. Mengapa diperlukan kurator sementara, karena sebelum putusan pernyataan pailit diputuskan, status debitur belum pailit, sehingga dia masih berwenang untuk mengurus harta-hartanya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh Debitur yang belum pailit tersebut, maka dia perlu diawasi, dalam hal ini diawasi oleh kurator sementara tersebut.57

Dalam permohonan kepailitan apabila debitur atau kreditur tidak mengajukan usul pengangkatan kurator ke pengadilan, maka BHP bertindak selaku kurtor. Akan tetapi apabila diangkat kurator yang bukan BHP maka kurator tersebut haruslah independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan dengan pihak debitur atau kreditur. Apabila diketahui kurator ternyata mempunyai hubungan terafiliasi dengan debitur sehingga menimbulkan kepentingan, maka kurator tersebut maupun puhak lain termasuk Hakim Pengawas dapat meminta untuk penggantian kurator. dalam hal ini permohonan penggantian kurator diajukan berdasarkan atas usul kreditur konkuren maka harus berdasarkan rapat kreditur dengan mempertimbangkan dari hasil suara terbanyak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 90 UU Kepailitan dan PKPU.58

57 Edward Manik, Cara Mudah Memahami Proses Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (Dilengkai Dengan Studi Kasus Kepailitan) (Bandung: Mandar Maju, 2012), hlm. 70.

Selain dari tidak adanya bentura kepentingan kurator juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar, dia bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan tugas-tugas pengurusan dan pemberesan yang menyebabkan kerugaian terhadap harta pailit (Pasal 72). Untuk mengantisipasi potensi kerugian atau kelalaian tersebut maka kurator berkewajiban menyampaikan laporan tiga bulanan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya (Pasal 74 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU).59

Kurator maupun pengurus pada dasarnya adalah orang pribadi yang sama namun status sebagai kurator baru terjadi jika telah terjadi suatu putusan pailit dalam proses kepailitan, tetapi dalam hal terjadi penundaan kewajiban pembayaran utang tidak ada yang namanya kurator, yang ada hanya pengurus dan diakui oleh UU Kepailitan hanyalah pengurus swasta.

Akan halnya tentang hak, kewajiban kewenangan dan tanggung jawab pengurus dalam PKPU sebenarnya mirip dengan yang diatur untuk kurator. segala sesuatu yang berhubungan dengan pengurus ini dibahas dalam bab yang membahas tentang penundaan kewajiban pembayaran utang.

Pada prinsipnya tugas umum dari kurator adalah melakukan pengurusan dan/ atau pemberesan terhadap harta pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 69 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU. Dalam menjalankan tugasnya tersebut kurator bersifat independen baik dengan pihak debitur maupun terhadap kreditur. Oleh karena itu kurator tidak diharuskan memperoleh perstujuan dari atau menyempaikan pemeritahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah saatu organ debitur dalam menjalankan tugasnya,

59Ibid.

meskipun dalam keadaan biasa di luar kepailitan, persetujuan atau pemberitahuan tersebut dipersyaratkan (Pasal 69 ayat 2).60

Kurator sudah berwenang melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit sejak adanya putusan pernyataan pailit, sungguhpun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi (Pasal 16 UU Kepailitan dan PKPU). Ini adalah sebagai konsekuensi hukum dari sifat serta merta dari putusan pernyataan pailit (Pasal 8 ayat 5 UU Kepailitan dan PKPU), walaupun demikian, tidak berarti kurator dapat melakukan tindakan pengurusan dan pemberesan sesukanya. Tindakan kurator haruslah memperhatikan antara lain hal-hal berikut61:

1. Apakah dia berwenang untuk melakukan hal tersebut;

2. Apakah merupakan saat yang tepat (terutama secara ekonomi dan bisnis) untuk melakukan tindakan tertentu;

3. Apakah terhadap tindakan tersebut diperlukan terlebih dahulu persetujuan ataupun ijin keikutsertaan dari pihak-pihak tertentu seperti dari pihak Hakim Pengawas, Pengadilan Niaga, Panitia Kreditur, Debitur dan sebagainya;

4. Apakah terhadap tindakan tersebut melakukan prosedur tertentu seperti harus dalam rapat dengan kuorum tertentu, harus dalam sidang yang dihadiri/dipimpin oleh Hakim Pengawas dan sebagainya;

5. Harus dilihat bagaimana cara yang layak dari segi hukum kebiasaan dan sosial dalam menjalankan tindakan-tindakan tertentu, misalnya jika menjual asset tertentu, apakah melalui Pengadilan, lelang, bawah tangan dan sebagainya.

60Ibid., hlm. 75

Hal yang sama juga penting dalam kedudukannya sebagai kurator adalah dalam kaitannya dengan pembebanan harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, maka perlu adanya persetujuan dari Hakim Pengawas. Hal ini bukanlah berarti pembatasan atas kewenangan kurator, namun lebih kepada perlindungan terhadap potensi kerugian yang nantinya akan berdampak terhadap pembayaran kewajiban debitur terhadap para kreditur.62

Terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kurator apabila ada yang keberatan dapat melakukan permohonan kepada Hakim Pengawas agar Kurator tidak melaksanakan kegiatan tersebut atau melakukan suatu perbuatan yang sewajibnya dilakukan oleh kurator (Pasal 77 ayat 1). Demikian pula kurator, dia harus memberikan tanggapan atas adanya keberatan dari pihak kreditur. Berdasarkan tanggapan tersebut, maka Hakim Pengawas nantinya harus memberikan penetapan dalam jangka waktu paling lambat 3 hari. Sementara jika ada yang keberatan terhadap ketetapan Hakim Pengawas dapat naik banding ke Pengadilan Niaga (Pasal 68 ayat 1).

Kurator dalam kepailitan juga memiliki kewenangan yang diberikan oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penggugat atau tergugat berkenaan dengan gugatan yang berhubungan dengan harta pailit (Pasal 26 ayat 1). Apabila tuntutan itu ditujukan kepada debitur dan mengakibatkan suatu sanksi penghukuman terhadap debitur pailit, maka penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit. Misalnya tuntutan terhadap debitur pailti tersebut adalah tuntutan atas suatu perjanjian utang piutang, maka gugatan tersebut tidak dapat berakibat terhadap harta pailit yang nota bene sudah dalam penguasaan kurator dan masuk dalam sita umum. Tuntutan tersebut hanya dapat dimasukkan dalam daftar tagihan kreditur.

62Ibid.

Demikian pula apabila debitur pada saat kepailitan berlangsung terdapat suatu tuntutan terhadap pihak lain, maka pihak lain tersebut maupun hakim harus memanggil kurator untuk bertindak atas kepentingan debitur. apabila kurator tidak mengindahkan permohonan pihak lain tersebut, maka pihak lain tersebut dapat meminta supaya perkara tersebut digugurkan, namun apabila pihak lain tidak mengajukan hal tersebut maka perkara tersebut akan diteruskan antara debitur dan tergugat dan apabila akan diteruskan antara debitur dan tergugat dan apabila diputuskan suatu sanksi hal ini akan menjadi di luar harta pailit.63

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PENGGUGAT YANG DIRUGIKAN TERKAIT DENGAN ADANYA KETENTUAN GUGATAN YANG

GUGUR DEMI HUKUM

A. Ketentuan Gugatan Gugur Demi Hukum Dalam Kepailitan

63 Ibid., hlm. 77

Pailitnya debitur banyak akibat yuridis diberlakukan kepadanya oleh undang-undang. Akibat-akibat yuridis tersebut berlaku kepada debitur. ada beberapa akibat yuridis yang berlaku demi hukum segera setelah pernyataan pailit mempunyai hukum tetap ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Dalam hal seperti ini, pengadilan niaga, hakim pengawas, kurator, kreditur , dan siapapun yang terlibat dalam proses kepailitan tidak dapat memberikan andil secara langsung untuk terjadinya akibat yuridis tersebut. Ini merupakan dampak yang disebut by the operation of law yang salah satunya adalah penetapan gugatan terhadap debitur gugur demi hukum dengan diucapkannya pailit atas debitur tersebut. 64

Penentuan gugatan gugur demi hukum ini segera dengan sendirinya hukum kepailitan tersebut diputuskan maka akan berdampak pada gugatan-gugatan tersebut menjadi gugur demi hukum. Menurut Pasal 29 UU Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa suatu tuntutan hukum di pengadilan yang diajukan terhadap debitur sejauh bertujuann untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang berjalan, gugur demi hukum dengan diucapkannya putusan pernyataan pailit terhadap debitur.

Hal ini terkait dengan dampak pailit yang mengakibatkan debitur tidak dapat lagi mengurusi hartanya sendiri dan seluruh harta debitur tersebut masuk kedalam harta pailit dan diurusi oleh kurator dengan pengawasan hakim pengawas. Sehingga apabila ada gugatan yang ditujukan kepada debitur pailit, maka gugatan tersebut sebenarnya sudah keliru dan objek gugatan tersebut yakni harta pailit sudah tidak dalam penguasaan tergugat (debitur pailit), sehingga apabila ada gugatan yang berhubungan dengan harta

pailit menurut UU Kepailitan dan PKPU ditujukan kepada kurator yang mengurusi harta pailit. Sehingga begitu debitur diputus pailit oleh Hakim Pengadilan Niaga maka pada saat itulah baik gugatan sebelum maupun perkaranya yang sedang berjalan, sejauh bertujuan untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit, gugur demi hukum dengan diucapkan putusan pernyataan pailit terhadap debitur.

Dalam hal debitur pailit sebagai penggugat (gugatan diajukan oleh debitur pailit), tergugat dapat memintakan agar perkara ditangguhkan dahulu untuk memberikan waktu kepada tergugat untuk mengalihkan perkaranya kepada kurator. Jika kurator tidak mengindahkan panggilan untuk mengambil alih perkara, tergugat berhak agar perkara digugurkan. Atau jika permohonan tersebut tidak dilakukan, perkara antar debitur pailit dan tergugat dapat diteruskan tanpa membebaninya kepada harta pailit karena tergugat dianggap melepaskan haknya untuk menggugurkan gugatan. Hal ini demi melindungi harta pailit yang akan digunakan untuk pembayaran utang kepada para kreditur dan dijelaskan dalam Pasal 28 ayat 1, 2 dan 3 UU Kepailitan dan PKPU.

Jika kurator tidak datang menghadap hakim, putusan pengadilan dapat berpengaruh terhadap harta pailit. Meskipun kurator secara jelas menolak mengambil perkara tersebut ataupun tidak mengindahkan panggilan penggugat namun kurator demi harta pailit sebaiknya datang menghadap hakim agar putusan pengadilan tersebut tidak berdampak atau berpengaruh terhadap harta pailit.65

Gugatan gugur apabila berkenaan dalam kondisi perbuatan penggugat atau pemohon tidak terlihat adanya keseriusan dalam berperkara sama hal nya dengan tidak datang ke persidangan meskipun telah beberapa kali dipanggil secara patut. Apabila surat gugatan tersebut tidak memenuhi syarat formil maka gugatan tersebut tidak dapat

diterima namun apabila tidak memenuhi syarat materil maka konsekuensi hukumnya adalah batal demi hukum. Namun pembatalan putusan yang sering dilakukan dalam perkara perdata adalah pembatalan putusan/penetapan, contohnya pembatalan putusan oleh majelis hakim tingkat pertama dalam perkara verzet, pembatalan putusan pengadilan tingkat pertama oleh pengadilan tinggi karena salah menerapkan hukum dan pembatalan putusan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dan atau pengadilan tingkat banding yang salah menerapkan hukum.

Kemudian dalam kondisi selanjutnya yakni gugatan diteruskan apabila gugatan oleh dan terhadap debitur tersebut ditetapkan untuk diteruskan karena kurator tidak mengindahkan atau menolak panggilan oleh tergugat dimana debitur menjadi pihak penggugat, kemudian tergugat tersebut juga melepaskan haknya untuk memohon agar perkara digugurkan maka perkara tersebut dilanjutkan. Kondisi ini juga terdapat apabila gugatan terhadap debitur telah dinyatakan gugur demi hukum dan kemudian memakai haknya untuk mendaftarkan kembali gugatan tersebut dan tidak mengajukan pendaftaran utangnya untuk dicocokkan maka gugatan tersebut dilanjutkan. Dengan dilanjutkannya gugatan ini maka penghukuman dalam perkara ini tidak dibebankan kepada harta pailit.

Pengguguran gugatan dalam hukum perdata diatur dalam Pasal 124 HIR yang berbunyi : Jika penggugat tidak datang menghadap PN pada hari yang ditentukan itu, meskipun ia dipanggil dengan patut, atau tidak pula menyuruh orang lain menghadap mewakiliny, maka surat gugatannya dianggap gugur dan penggugat dihukum biaya perkara; akan tetapi penggugat berhak memasukkan gugatannya sekali lagi sesudah membayar lebih dahulu perkara yang teresebut tadi. Putusan gugur adalah putusan yang menyatakan bahwa gugatan/permohonan gugur karena penggugat/pemohon tidak pernah

hadir meskipun telah dipanggil sedangkan tergugat hadir dan mohon putusan. Putusan gugur dijatuhkan pada sidang pertama atau sesudahnya sebelum tahapan pembacaan gugatan/permohonan.

Dalam Pasal 124 HIR ketentuan gugur demi hukum ini bersifat fakultatif tidak imperatif, yakni dengan demikian penerapannya, memberi kewenangan kepada Hakim: 1. Dapat menggugurkan gugatan secara langsung pada sidang pertama;

2. Dapat mengundurkan sidang dengan jalan memerintahkan juru sita, untuk memanggil penggugat untuk kedua kalinya.

Dalam hal ini ketentuan gugatan gugur demi hukum dalam kepailitan ini berlangsung sejak debitur diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga. Maka gugatan tersebut dinyatakan gugur demi hukum terkait karena pailitnya debitur sebagai salah satu pihak dalam perkara tersebut dimana kepailitannya tersebut berpengaruh kepada objek yang diperkarakan yakni yang sekarang telah ditetapkan menjad harta pailit.

Ketentuan gugur demi hukum ini haruslah dimengerti makna gugur yang dilakukan demi hukum. Frasa demi hukum dalam ketentuan ini berdasarkan suatu sebab yang salah dan terlarang atau tidak mempunyai kekuatan. Jadi ketentuan gugur demi hukum yakni ketentuan gugur yang dilakukan demi keadilan dan kepatutan, dimana bersamaan debitur sebagai salah satu pihak perkara dijatuhi putusan pailit, maka gugatan tersebut demi hukum dinyatakan gugur.

Putusan pengguguran gugatan diambil dan dijatuhkan: 1. Sebelum diperiksa materi pokok perkara;

2. Oleh karena itu, putusan diambil berdasarkan alasan formil yaitu atas alasan penggugat tidak hadir tanpa alasan yang sah

3. Dengan demikian putusan pengguguran bukan putusan mengenai pokok perkara, sehingga dalam putusan tidak melekat ne bis in idem yang digariskan Pasal 1917 KUHPerdata. Berarti sekiranya pun putusan telah mempunyai ketentuan hukum tetap, pada putusan tidak melekat unsur ne bis in idem.66

Namun dalam hukum kepailitan ketentuan gugatan gugur demi hukum ini ditentukan dalam keadaan gugatan tersebut akan atau sedang berlangsung ditetapkan gugur demi hukum karena debitur yang menjadi salah satu pihak perkara dijatuhi putusan pailit dan objek perkara telah menjadi harta pailit, hal ini lah yang menjadi pengaruh hukum kepailitan dalam ketentuan gugatan gugur demi hukum perdata tersebut.

Mengenai penjatuhan putusan penggugurkan gugatan, dapat berpedoman kepada ketentuan Pasal 176 Rv:

1. Dilakukan tanpa hadirnya penggugat, dalam sidang secara sederhana; 2. Namun tetap dituangkan dalam bentuk putusan sebagaimana mestinya.

Begitu juga dalam hal gugatan gugur demi hukum dalam kepailitan ini, memang dilakukan secara sederhana namun tetap dituangkan dalam bentuk putusan gugur demi hukum sebagaimana semestinya.

Menurut Pasal 276 Rv, untuk tegasnya kepastian hukum: 1. Putusan pengguguran gugatan diberitahukan kepada penggugat;

2. Pemberitahuan dilakukan oleh juru sita, sesuai dengan ketentuan Pasal 390 HIR. Dengan adanya pemberitahuan ini menjadi dasar penggugat untuk melakukan upaya hukum yang proporsional untuk hal tersebut.

Dalam putusan pengguguran tidak melekat unsur ne bis in idem, sehingga putusan itu tidak termasuk putusan yang disebut Pasal 1917 KUHPerdata. Oleh karena itu, sangat

tepat ketentuan Pasal 124 HIR yang memberi hak kepada penggugat untuk mengajukan kembali gugatan itu kepada PN untuk diproses sebagaimana mestinya. Terhadap pengajuan kembali tergugat tidak dapat mengajukan keberatan atau perlawanan.

Dalam kepailitan, gugatan yang ditujukan kepada debitur dinyatakan gugur demi hukum dapat diajukan kembali, dan apabila penggugat tersebut berkenan untuk mendapatkan haknya terhadap harta pailit haruslah mengajukan hak nya tersebut untuk didaftarkan, namun apabila gugatan tersebut diajukan kembali dan diputuskan untuk diteruskan maka penghukuman gugatan tersebut dibebankan diluar harta pailit.

Pengajuan kembali gugatan dianggap sebagai perkara baru. Oleh karena itu, terhadap pengajuan berlaku ketentuan Pasal 121 ayat (4) HIR:

1. Harus terlebih dahulu dibayar biaya perkara, sejumlah panjar perkara yang ditentukan oleh panitera.

2. Atas bukti pembayaran itu, baru dilakukan pendaftaran dalam register.

Semua gugatan hukum berkenaan dengan hak dan kewajiban yang berhubungan dengan harta debitur pailit haruslah diajukan oleh atau terhadap kurator dikarenakan terjadinya pengalihan pengurusan demi hukum. Jika gugatan terhadap debitur pailit yang menyebabkan penghukuman terhadap debitur pailit, hukuman teresebut tidak mempunyai kekuatan hukum terhadap harta pailit. Sesuai dengan Pasal 26 UU Kepailitan dan PKPU.

Syarat terjadinya putusan gugur dapat dijatuhkan apabila telah dipenuhi syarat: 1. Pengguguran gugatan sah dalam hukum apabila;

a. Penggugat telah dipanggil secara patut, penggugat telah dipanggil secara patut apabila:

1) Surat panggilan telah dilakukan secara resmi oleh juru sita sesuai dengan ketentuan undang-undang untuk hadir atau menghadap pada hari tanggal sidang yang ditentukan;

2) Panggilan dilakukan dengan patut, yaitu antar hari panggilan dengan hari persidangan tidak kurang dari tiga hari.

b. Penggugat tidak hadir tanpa alasan yang sah, penggugat tidak hadir atau tidak menghadap persidangan yang ditentukan tanpa alasan yang sah, dan juga tidak menyuruh kuasa atau orang lain untuk mewakilinya. Jika ketidakhadiran berdasarkan alasan yang sah, ketidakhadiran penggugat tidak dapat dijadikan alasan untuk menggugurkan gugatan. Pengguguran yang demikian tidak sah dan bertentangan dengan hukum.

2. Pengguguran dilakukan hakim secara ex-officio, pasal 124 HIR memberi kewenangan secara ex-officio kepada hakim untuk menggugurkan gugatan apabila terpenuhi syarat dan alasan untuk itu. Dengan demikian kewenangan itu dapat dilakukan hakim, meskipun tidak ada permintaan dari pihak tergugat. Namun hal itu tidak mengurangi hak tergugat untuk mengajukan permintaan pengguguran. Malahan beralasan tergugat mengajukannya karena ketidakhadiran penggugat dianggap merupakan tindakan sewenang-wenang kepada tergugat. Sebab ketidakhadiran itu, berakibat proses pemeriksaan tidak dapat dilakukan karena berbenturan dengan asas pemeriksaan contradiktoir.

3. Rasio pengguguran gugatan, maksud utama dalam pelembagaan pengguguran gugatan dalam tata tertib beracara adalah sebagai berikut:

a. Sebagai hukuman kepada penggugat, pengguguran gugatan oleh hakim merupakan hukuman kepada penggugat atas kelalaian atau keingkarannya menghadiri atau menghadap di persidangan. Sangat ayak menghukum penggugat dengan jalan menggugurkan gugatan karena ketidakhadiran itu dianggap sebagai pernyataan pihak penggugat bahwa dia tidak berkepentingan lagi dalam perkara tersebut. b. Membebaskan tergugat dari kesewenangan, dianggap sangat tragis membolehkan

tergugat berlarut-larut secara berlanjut ingkar menghadiri sidang yang mengakibatkan persidangan mengalami jalan buntu pada satu segi dan pada segi lain tergugat dengan patuh terus menghadiri sidang sehingga mendatangkan kerugian moril dan materil bagi tergugat.

Akibat hukum putusan gugur diatur dalam Pasal 77 Rv, sebagai berikut:

1. Pihak tergugat, dibebaskan dari perkara dimaksud. Putusan pengguguran gugatan yang didasarkan atas keingkaran penggugat menghadiri sidang pertama, merupakan putusan akhir (eind vonnis) yang bersifat menyudahi proses pemeriksaan secara formil. Artinya putusan itu mengakhiri pemeriksaan meskipun pokok perkara belum diperiksa. Itu sebabnya undang-undang menyatakan dibebaskan dari perkara itu. 2. Terhadap putusan pengguguran gugatan tidak dapat diajukan perlawanan atau verzet.

Sifat putusannya:

a. Langsung mengakhiri perkara, karena itu langsung pula mengikat kepada para pihak atau final binding.

b. Selain terhadapnya tidak dapat diajukan perlawanan, juga ditutup upaya hukum sehingga tidak dapat diajukan banding atau kasasi.

3. Penggugat dapat mengajukan gugatan baru. Satu-satunya jalan yang dapat ditempuh penggugat adalah mengajukan gugatan baru dengan materi pokok perkara yang sama, karena dalam putusan gugur tidak melekat ne bis in idem sehingga dapat diajukan sebagai perkara baru, dan untuk itu penggugat dibebani membayar biaya perkara baru.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Para Penggugat Yang Dirugikan Terkait Adanya Ketentuan Gugatan Gugur Demi Hukum Dalam Kepailitan

Gugatan yang mengandung tuntutan hukum di pengadilan yang diajukan terhadap debitur sejauh bertujuan untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang berjalan, gugur demi hukum dengan diucapkannya putusan pernyataan

Dokumen terkait