• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : MANAJEMEN WAKAF PRODUKTIF DAN PERAN

A. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penghimpunan

Sebagai salah satu lembaga Islam, wakaf telah menjadi salah satu penunjang perkembangan masyarakat Islam. Sebagian besar rumah ibadah, lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainya di bangun di atas tanah wakaf. Menurut data yang ada di Departemen Agama Repeublik Indonesia sampai oktober 2007, tanah wakaf yang ada di Indonesia berjummlah 403.845 lokasi, dengan luas tanah 1.566.672.406 M2 .1

Apabila jumlah tanah wakaf di Indonesia ini dihubungkan dengan negara yang saat ini menghadapi berbagai krisis termasuk krisis ekonomi,, sebenarnya jumlah tanah wakaf itu tersebut merupakan suatu potensi sumber daya ekonomi untuk lebih dikembangkan guna membantu menyelesaikan krisis ekonomi, sayangnya tanah wakaf yang berjumlah begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannnya masih bersifat konsumtif dan belum dikelola secara produktif. Suatu kenyataan yang dilihat bahwa wakaf yang ada di Indonesia pada umumnya berupa masjid,mushalla, madrasah,sekolahan, makam, dan rumah yatim piatu. Dilihat dari segi sosial dan ekonomi, wakaf yang ada memang belum dapat

1

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, Tahun 2008, h. 69.

berperan dalam menanggulangi permasalahan umat dapat berperan menanggulangi permasalahan umat khususnya maslah sosial dan ekonomi. Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan wakaf yang ada kurang maksimal dalam pengelolaannya. Kondisi ini disebabkan oleh keadaan tanah wakaf yang sempit dan hanya cukup dipergunakan untuk tujuan wakaf yang hanya diikrarkan wakif seperti untuk mushalla dan masjid tanpa diiringi tanah atau benda yang dapat dikelola secara produktif. Memang ada tanah wakaf yang cukup luas, tetapi karena nadzirnya kurang kreatif, tanah yang kemungkinan dikelola secara produktif tersebut akhirnya tidak dimanfaatkan secara produktif tersebut akhirnya tidak dimanfaatkan sama sekali, bahkan perawatannya pun harus dicarikan sumbangan dari masyarakat.2

Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalm bentuk usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak- pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif bagi ekonomi masyarakat. Apabila perentukan wakaf dalam hanya terbatas pada hal- hal diatas tanpa diimbangi dengan wakaf produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk menwujudkan

2

optimal.

Sebagaimana kita rasakan bersama kondisi perekonomian di Indonesia sangat memperihatinkan. Berjuta-juta saudara kita hidup di bawah garis kemiskinan. Pemerintahan telah melakukan berbagai usaha untuk menanggulangi perekonomian kita yang makin buruk, antara lain dengan mencari dana pinjaman keluar negeri. Dalam kondisi yang demikian, sesungguhnya di samping instrumen-instrumen ekonomi Islam lainnya seperti zakat, infaq dan sedekah dan lainya masih ada lembaga yang sangat untuk dikembangkan yakni wakaf, karena wakaf yang dikelola secara produktif dapat membantu menyelesaikan masalah ekonomi masyarakat.

Peruntukkan dan pengelolahan wakaf di Indonesia yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi cenderung hanya untuk kepentingan kegiatan-kegiatan ibadah khusus dapat di maklumi, karena memang pada umumnya ada keterbatasan pemahaman umat Islam tentang hukum wakaf, misalnya mengenai harta wakaf yang boleh diwakafkan, peruntukan wakaf dan tugas nadzir wakaf. Agar wakaf di Indonesia dapat memberdayakan ekonomi umat, maka di Indonesia perlu dilakukan paradigma baru dalam pengelolaan wakaf. Wakaf yang selama ini yang hanya peruntukannya hanya bersifat konsumtif dan dikelola secara tradisional, sudah saatnya wakaf kini dikelola secara produktif .

Apabila wakaf ini dapat dikelola dengan produktif, niscaya akan mempercepat pengetasan kemiskinan di negeri kita. Namun semua itu memerlukan dana yang sangat besar, maka dalam suatu organisasi nirlaba, yang dikelola oleh negara maupun swasta harus mampu mempunyai strategi

fundraising yang mampu membangun image di masyarakat untuk bisa menarik para donatur untuk menyumbangkan hartanya kepada organisasi nirlaba yang kita kelola, berupa tanah maupun uang ataupun barang-barang yang bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak. Untuk itu masih banyak yang harus dibenahi agar dapat menuju era wakaf produktif.

Penghimpunan dana wakaf atau yang lebih dikenal dengan Fundraising

adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu, organisasi, maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau calon wakif agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan hartanya untuk diwakafkan. Ini adalah penting, sebab sumber harta wakaf adalah berasal dari donasi masyarakat. Agar target bisa terpenuhi dan proyek wakaf produktif bisa terwujud, maka diperlukan langkah-langkah strategis dalam menghimpun aset, yang selanjutnya akan dikelola dan dikembangkan.3

Manajemen Fundraising adalah bagaimana upaya kita menpegaruhi para donatur untuk mengeluarkan dananya. Bagi setiap organisasi nirlaba harus mempunyai manajemen Fundraising, apabila suatu organisasi tidak mempunyai

3

Irmansyah,dari http.//www.facebook.com/topic.php?uid=73681087334&topic=15686,

Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Dana Wakaf, Pusat Pengembangan Wakaf Daarut Tauhiid, Diakses tanggal 23 Oktober 2010.

dari itu manajemen fundraising sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga atau badan nirlaba.

Manajemen fundraising memang sangat di butuhkan agar suatu organisasi itu mampu bertahan. Termasuk bagaimana organisasi nirlaba itu mampu mempertahan donatur untuk terus menyumbang ke lembaga tersebut. Untuk itu tugas kita sebagai ahli-ahli dalam bidang wakaf ini, untuk mengabdi guna menciptakan wakaf yang produktif, selama ini para pengelola (nazhir) hanya mengolah wakaf secara tradisional, agar bisa memberi pelatihan supaya bisa berubah menjadi nazhir yang profesional.4

Dalam melakukan penghimpunan dana kita harus melakukan pendekatan secara intern kepada para donatur, dengan cara terlebih dahulu mengendentifikasi donatur. Cara indentifikasi donatur yaitu: Pertama, Mendekati dan mencari donatur. Dalam mencari dan mendekati para donatur kita harus terlebih dahulu mengetahui profil, kebiasaan dan gaya hidup para donatur. Agar kegiatan

Fundrasing berkerja secara efektif dan efisiensi. Kedua, Memuaskan kebutuhan donatur . Sebagai manager fundraising setelah mengetahui porfil dari donatur kita harus mengetahui keinginan, harapan, dan selera dari donatur, guna para donatur bertahan untuk mengeluarkan harta ke lembaga yang kita tawarkan.

Dalam fundraising, selalu ada proses “mempengaruhi”. Proses ini meliputi kegiatan: memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu atau

4

mengiming-iming, termasuk juga melakukan penguatan stressing, jika hal tersebut memungkinkan atau diperbolehkan.

Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga nenimbulakan kesadaran, kepedulian dan motivasi untuk melakukan wakaf. Adapun tujuan dari penghimpunan atau fundraising adalah:

1. Menghimpun Dana

Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang paling mendasar. Dana dimaksudkan adalah dana wakaf maupun dana operasi pengelolaan wakaf. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama dalam pengelolaan zakat dan inipula yang menyebabkan mengapa dalam pengelolaan zakat fundraising harus dilakukan. Tanpa aktifitas fundraising

kegiatan lembaga pengelola wakaf akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada sumber daya, maka lembaga akan

sehingga pada akhirnya lembaga akan melemah.5 2. Memperbanyak Donatur/Wakif

Tujuan kedua dari fundraising adalah menambah calon wakif, menambah populasi wakif. Nazhir yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah donator/ wakifnya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap wakif atau menambah jumlah wakif baru. Diantara kedua pilihan tersebut, maka menambah wakif adalah cara yang relatif lebih mudah dari pada menaikan jumlah donasi dari setiap wakif. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari waktu kewaktu juga harus berorientasi dan berkonsentrasi penuh untuk terus menambah jumlah wakif.6

3. Meningkatkan atau Membangun Citra Lembaga

Disadari atau tidak, aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalah garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

5

Irmansyah, http.//www.facebook.com/topic.php?uid=73681087334&topic=15686,

Manajemen Fundraising Dalam Penghimpunan Dana Wakaf, Pusat Pengembangan Wakaf Daarut Tauhiid, Diakses tanggal 23 Oktober 2010.

6

dampak positif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga, dan pada akhirnya menunjukan sikap atau perilaku terhadap lembaga. Jika yang ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga. Dengan demikian demikian tidak ada lagi kesulitan dalam mencari wakif, karena dengan sendirinya donasi akan memberikan kepada lembaga, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada lembaga.

4. Menghimpun Simpatisan/relasi dan pendukung

Kadang kala ada seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah Organisasi Pengelola Wakaf atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Mereka punya kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan tetapi pada saat itu mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan sesuatu kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena ketidakmampuan mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi simpatisan dan pendukung lembaga meskipun tidak menjadi wakif. Kelompok seperti ini harus diperhitungkan dalam aktifitas fundraising, meskipun mereka tidak mempunyai donasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia menjadi promotor atau

sangat diperlukan oleh lembaga sebagai pemberi kabar informasi kepada orang yang memerlukan. Dengan adanya kelompok ini, maka kita telah memiliki jaringan informal yang sangat menguntungkan dalam aktifitas

fundraising.

5. Meningkatkan Kepuasan Donatur

Tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan wakif. Tujuan ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang, meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-hari. Mengapa memuaskan wakif itu penting? Karena kepuasan wakif akan berpengaruh terhadap nilai donasi yang akan diberikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasikan dananya kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkan menginformasikan kepuasannya terhadap lembaga secara positif kepada orang lain. Disamping itu, wakif yang puas akan menjadi tenaga

fundraiser alami (tanpa diminta, tanpa dilantik dan tanpa dibayar). Dengan cara ini secara bersamaan lembaga mendapat dua keuntungan. Oleh karenanya dalam hal ini benar-benar diperhatikan, karena fungsi pekerjaan fundraising

lebih banyak berinteraksi dengan wakif, maka secara otomatis kegiatan

fundraising juga harus bertujuan untuk memuaskan wakif.

Maka dari itu tugas BWI sebagai badan wakaf yang dibentuk pemerintah harus mampu mengembangkan wakaf di Indonesia melalui program-program

pemberdayaannya maupun dari segi penghimpunan dana atau tanah wakaf. Memang untuk sekarang BWI belum bisa memgembangkan wakaf karena beberapa hambatan-hambatan terutama masalah sosialisasi terhadap masyarakat yang belum paham mengenai definisi maupun tata cara berwakaf sehingga kadang para wakif yang ingin berwakaf menjadi enggan berwakaf karena tidak tahu tata cara berwakaf.7

Tabung Wakaf Indonesia sebagai lembaga penghimpun harta benda wakaf juga mempunyai cara tersendiri dalam penghimpunan dana wakaf. Sebelum penghimpunan dilakukan, TWI melakukan sosialisasi guna memarketkan bahwa ada lembaga yang namanya Tabung Wakaf Indonesia yang menghimpun, menyalurkan dana-dana wakaf dan memproduktifkannya untuk umat. Bentuk sosialisasinya adalah melalui pembuatan marketing tools seperti brosur, majalah yang dibagikan di pengajian-pengajian, iklan di media-media seperti majalah Sharing, majalah Ummi, kemudian di harian Republika. Dalam proses pengambilan harta wakafnya dari para wakif, TWI memberikan pilihan, yaitu harta wakaf itu dijemput oleh pihak TWI kepada wakif, ditransfer, atau wakif datang langsung ke Tabung Wakaf Indonesia.8

Untuk penjemputan harta wakaf adalah yang nominalnya 1 (satu) juta Rupiah ke atas. Dalam pengambilan harta wakaf benda tidak bergerak, TWI sebelumnya mengadakan survei untuk melihat harta wakaf tersebut. Setelah harta

7

Profil Badan Wakaf Indoneisia Priode 2007-2010, Badan Wakaf Indonesia Tahun 2008, h. 9

8

yang telah ditentukan. Adapun pos-pos tersebut adalah sektor pendidikan, kesehatan dan sosial.

Selain harta yang diasetkan itu, TWI juga bekerjasama dengan Baitul Mal, seperti BMT Ventura. Yang bekerjasama dalam memproduktifkan harta wakaf melalui usaha-usaha mikro finanace, usaha kecil dan menengah.9

Kalau peran nazhir itu, bagaimana menjaga asset-aset wakaf yang telah diserahkan para wakif, bagaimana dia bisa terjaga nilainya dan bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. TWI merupakan nazhir lembaga. Dikelola secara lembaga, kita punya struktur sendiri, kita punya kebijakan sendiri, TWI punya musyawarah-musyawarah sendiri dan akhirnya perannya itu adalah bagaimana aset-aset yang telah wakif percayakan kepada TWI, baik itu dalam bentuk wakaf tanah, bangunan ataupun tunai, itu bisa diproduktifkan dan bisa memberikan surplus yang bisa dialihkan untuk masyarakat sekitar.10

Profesionalisme nazhir menjadi ukuran yang paling penting dalam pengelolaan wakaf jenis apapun. Kualifikasi profesionalisme nazhir secara umum telah dipersuaratkan menurut fikih. Salah satu syarat yang mesti dimiliki oleh seorang nazhir adalah memiliki kemampuan dalam mengelola wakaf (profesional) dan memiliki sifat amanah, jujur dan adil.

9

Ibid. 10

Untuk itu dalam rangka meningkatkan kemampuan nazhir diperlukan sistem manajemen SDM yang handal. Sistem pengelolaan SDM ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan para nazhir wakaf di semua tingkatan dalam rangka membangun kemampuan manajerial yang tangguh, professional dan bertanggung jawab.

2. Membentuk sikap dan perilaku nazhir wakaf sesuai dengan posisi yang seharusnya, yaitu pemegang amanat umat Islam yang mempercayakan harta benda untuk dikelola secara baik dan bertanggung jawab di hadapan Allah kelak.

3. Menciptakan pola pikir atau persepsi yang sama dalam memahami dan menerapkan pola pengelolaan wakaf, baik dari segi peraturan perundang-undangan maupun teknis manajerial sehingga lebih mudah diadakan control, baik di daerah maupun di pusat.

4. Mengajak para nazhir wakaf untuk memahami tata cara dan pola pengelolaan yang lebih berorientasi pada kepentingan pelaksanaan syariat Islam secara lebih luas dalam jangka panjang. Sehingga wakaf bisa dijadikan salah satu

terpadu.11

Selain itu, menurut Mulya E. Siregar, peran nazhir dalam mengelola dan mengimplementasikan harta benda wakaf baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut:

1. Dalam hal mengelola dana atau harta benda wakaf secara tidak langsung nazhir itu harus memiliki keahlian sebagai Fund Manager, artinya nazhir itu harus mahir dalam manajemen dana wakaf. Sehingga harta benda wakaf tersebut dapat dikelola, dikembangkan, dan disalurkan sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya.

2. Dalam mengelola dana atau harta benda wakaf secara langsung, nazhir itu harus memiliki keahlian sebagai Businessmen, khusunya dalam mencari partner yang membangun atau mengelola sarana fisik.

3. Nazhir sebagai Risk Manager, yaitu harus memiliki kemampuan atau keahlian dalam hal manajemen resiko. Artinya harta benda wakaf yang disalurkan oleh nazhir melalui investasi-investasi dalam berbagai bidang atau sektor itu dapat terhindar dari resiko-resiko yang kemungkinan akan terjadi. 4. Nazhir sebagai Accounting Officer, yaitu harus memiliki kemampuan dalam

accounting guna melakukan pencatatan semua transaksi yang terjadi dengan cermat. Sehingga dana masuk ataupun yang keluar tercatat dengan baik.

11

Tim Penyusun, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia (Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI, 2006), Cet. Ke-3, h. 21-22

5. Nazhir wakaf sebagai Quick Learner, artinya nazhir harus melakukan pembelajaran dengan cepat tentang berbagai aspek dalam mengelola wakaf secara produktif.12

Salah satu hal yang selama ini menjadi hambatan riil dalam pengembangan wakaf di Indonesia adalah keberadaan nazhir wakaf yang masih tradisional. Ketradisionalan nazhir dipengaruhi, diantaranya adalah, Pertama, karena masih kuatnya paham mayoritas umat Islam yang masih stagnan (beku) terhadap persoalan wakaf. Selama ini wakaf hanya diletakkan sebagai ajaran agama yang kurang memiliki posisi penting.

Kedua, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia nazhir wakaf. Hal ini dikarenakan nazhir yang diserahi harta wakaf lebih karena didasarkan pada kepercayaan kepada para tokoh agama, sedangkan mereka kurang atau tidak memperhatikan atau mempertimbangkan kualitas (kemampuan) manajerialnya, sehingga benda-benda wakaf banyak yang tidak terurus (terbengkalai).

Ketiga, lemahnya kemauan para nazhir wakaf. Banyak nazhir yang tidak memiliki militansi yang kuat dalam membangun semangat pemberdayaan wakaf untuk kesejahteraan umat.13

Untuk meningkatkan kualitas nazhir, diperlukan suatu pelatihan bagi nazhir-nazhir tersebut, hal itu dimaksudkan adalah untuk meningkatkan

12

Mulya E. Siregar, Peran Nazhir Dalam Implementasi Wakaf Uang, Makalah disampaikan pada seminar tanggal 28 Oktober 2009 di Jakarta.

13

Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Msyarakat Islam Departemen Agama RI, 2008, h. 76-77.

atau lembaga yang bertugas untk mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.

Fadilannisa mengatakan bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia nazhir adalah merupakan salah satu tugas dari divisi HRD, HRD itu seperti personalia yang mengurusi pengembangan Sumber Daya Manusia di TWI ini. Menurutnya juga, TWI mempunyai rencana dan setiap tahunnya direncanakan setiap oaring itu mendapatkan training-training sesuai dengan kafaahnya, misalnya kita orang fundraising dikasih training tentang

fundraising atau marketing, orang program dikasih training tentang bisnis management atau asset management seperti itu, itu yang dilakukan.14

Jadi menurutnya, untuk meningkatkan SDM para nazhir wakaf pada Tabung Wakaf Indonesia salah satunya adalah dengan memberikan training-training kepada masing-masing divisi sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga masing-masing divisi itu mendapatkan ilmu untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan juga mendapatkan pengetahuan lebih untuk mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.15

Dalam penghimpuan harta wakaf, Tabung Wakaf Indonesia bekerjasama dengan beberapa bank yang ditunjuk sebagai mitra. Hal itu dilakukan guna menampung harta wakaf dari sumbangan wakif dan donatur. Para wakif dan

14

Fadilannisa, WawancaraPribadi, Jakarta 2 Agustus 2010 15

donatur dapat dengan mudah menyalurkan harta wakafnya melaui bank-bank yang telah ditunjuk itu. Jadi wakif hanya mengkonfirmasi ulang saja kepada TWI bahwasannya telah melakukan atau menyerahkan sejumlah dana sebagai wakaf, memberikan tanda bukti kepada TWI lalu wakif menyatakan ikrar atas harta yang telah diwakafkannya. Dalam penghimpunannya, TWI membedakan bank-bank yang menjadi mitranya sesuai dengan masing-masing sektor. Seperti rekening wakaf untuk pendidikan, wakif dapat menyalurkannya pada bank Muamalat dan BSM. Wakaf untuk kesehatan pada bank BNI Syariah dan BII Syariah. Dan bank Danamon Syariah untuk wakaf yang berhubungan dengan wakaf sosial dan pemberdayaan ekonomi.

Berikut adalah beberapa bank yang bermitra dengan TWI dalam rangka penghimpunan dana atau fundraising dan juga hasil dari wakif yang menyalurkan wakafnya melalui bank-bank tersebut. Harta wakaf itu mulai di terima dari tahun2005 sampai dengan tahun 2009.

TAHUN BII BSM BNI DANAMON SISTEM TOTAL

2005 2.000.000 294.636.420 220.423.174 - 517.059.594 2006 - 708.166.191 82.809.000 245.618.500 1.036.593.691 2007 3.560.000 739.377.500 180.689.174 254.690.000 1.178.316.674 2008 8.340.000 1.384.465.445 291.514.032 339.970.959 2.024.290.436 2009 2.550.000 623.779.250 329.525.730 341.098.000 1.296.952.980 2010

16.450.000 3.750.424.806 1.104.961.110 1.181.377.459 6.053.213.375 Ket: Laporan Penghimpunan Dana Wakaf Tahun 2005-2009

Peran nazhir profesional dalam hal penghimpunan dana wakaf juga sangat berpengaruh terhadap meningkat atau tidaknya harta wakaf yang diperoleh. Salah satu faktor yang sangat mendukung dalam hal penghimpunan dana wakaf adalah sosialisai yang dilakukan oleh nazhir kepada para mitranya, dan juga kepada masyarakat umum. Data di atas menunjukkan bahwa nazhir Tabung Wakaf Indonesia sudah profesional dalam hal penghimpunan dana wakaf, selain sosialisasi, nazhir TWI juga bermitra dengan beberapa bank yang dipercayai untuk melakukan penghimpunan dana wakaf dari masyarakat.

Dari data di atas bisa dilihat bahwa jumlah harta wakaf meningkat setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2009. Pada tahun 2009 tersebut hanya pada bank BII dan BSM saja yang tidak mengalami peningkatan, pada bank BNI dan bank Danamon ada peningkatan. Jadi, nazhir yang profesional sangatlah berperan dalam penghimpunan dana wakaf dan juga dengan keprofesionalannya itu hata wakaf yang dihimpun akan terus bertambah.

B. Peran Nazhir Tabung Wakaf Indonesia Dalam Penambahan Aset Wakaf

Dokumen terkait