• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Paguyuban Petani Lestari (P2L) terhadap Pemberdayaan Anggota

Dalam dokumen Andreas Avelinus Suwantoro (Halaman 106-109)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

H. Pemahaman Pengertian Mengenai Pertanian Organik di Kalangan Tokoh Masyarakat Setempat.

4.7. Kegiatan Pertanian Organik di Kecamatan Sawangan

4.7.3. Peran Paguyuban Petani Lestari (P2L) terhadap Pemberdayaan Anggota

Kelompok mempunyai peran yang sangat penting bagi pengembangan pertanian organik. Seperti sudah tersebut dalam bahasan sebelumnya, kelompok berperan sangat besar terutama dalam memasarkan produk beras organik dari kelompok. Tanpa melalui kelompok petani akan mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil taninya dengan harga di atas beras tanpa perlakuan organik. Bila dijual di luar kelompok maka produk organik tersebut akan dihargai sama dengan produk non organik.

Petani yang akan bergabung dengan P2L tidak dibebani berbagai persyaratan yang memberatkan. Petani yang akan menjadi anggota datang dan mendaftar di sekretariat P2L. Selanjutnya ada kesepakatan antara petani dengan P2L bahwa petani tersebut akan menanam padi menthik wangi dan selama proses budidaya mulai dari penyiapan lahan sampai pasca panen tidak akan menggunakan pupuk dan pestisida sintetis. Kesepakatan sampai saat ini belum dibuat tertulis. Untuk memastikan bahwa anggota mematuhi kesepakatan yang sudah disetujui bersama dilakukan melalui cara- cara sebagai berikut, yaitu :

a. Menjunjung tinggi kesepakatan awal yang sudah dibuat bersama antara P2L dengan anggota kelompok.

b. Kontrol sesama anggota kelompok. Bila ada anggota yang dalam proses budidaya padi masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia akan dilaporkan oleh anggota yang lain kepada P2L.

c. P2L mencari informasi tentang cara budidaya yang dilakukan oleh anggotanya dengan menanyakan kepada petani lain yang bisa jadi bukan anggota yang sawahnya berdekatan dengan sawah anggota P2L.

d. Mendengarkan informasi yang berkembang di masyarakat. Bila ada petani yang tergabung dalam P2L tetapi dalam proses budidaya masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia biasanya beritanya akan tersebar kepada yang lain. Petani yang lain akan merasa rugi atau keberatan karena dengan perlakuan yang sama dengan kesepakatan petani anggota P2L tersebut akan memperoleh nilai jual yang lebih tinggi.

Selama ini seluruh hasil padi dari anggota dapat dibeli oleh P2L. Gabah kering giling dari anggota dibeli seharga Rp. 4.000,-. Keuntungan terbesar yang diberikan kelompok kepada anggota yaitu dengan membeli gabah di atas harga pasar. Harga pasar gabah berkisar pada angka Rp. 2.000,-. Kemudahan yang selama ini bisa diberikan P2L untuk anggota sebatas meminjami benih padi menthik wangi. Benih padi yang dipinjamkan akan diperhitungkan pada masa panen dengan cara mengganti dengan jumlah yang sama. Kemudahan yang lain dengan memberikan pinjaman sementara untuk biaya produksi. Kemudahan ini belum menjadi kebijakan kelompok tetapi masih berupa kebijakan untuk beberapa petani yang memang membutuhkan. Pak Giyarto menuturkan ia sering meminjam dari P2L untuk biaya tanam dan pemeliharaan. Apabila ini diangkat menjadi kebijakan kelompok tentu akan membutuhkan dukungan dana yang besar.

Pertemuan kelompok pada beberapa waktu yang lalu bersifat rutin yaitu setiap 35 hari sekali atau lapanan. Dalam pertemuan itu sesama anggota bisa saling tukar berbagai informasi. Semua anggota dapat menjadi narasumber dalam suatu pertemuan. Berbagai cara atau teknologi baru yang berkaitan dengan pembuatan pupuk dan pestisida organik biasanya juga disosialisasikan pada kesempatan tersebut. Kegiatan pelatihan

secara khusus belum dilaksanakan. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan anggota dalam pengelolaan pertanian organik pernah melakukan studi banding ke Wonosobo dan Sragen. Kondisi saat ini pertemuan lapanan sudah beberapa waktu tidak diselenggarakan. Pertemuan yang ada bersifat insidental yaitu bila akan ada perubahan harga pembelian gabah yang harus mendapat persetujuan dari anggota.

Harga pembelian sekarang sebesar Rp. 4.000,- disepakati berdasarkan 2 opsi yang ditawarkan oleh P2L. Sesuai keterangan Mas Yuli dan Mas Antok 2 opsi yang ditawarkan yaitu :

1. Dipatok harga tertentu tidak mendasarkan pada harga pasar. Apabila harga pasar tinggi maka selisih nilai jual yang diterima petani rendah sebaliknya apabila harga pasar rendah maka P2L memberi subsidi kepada petani

2. Harga jual dari petani mendasarkan pada harga pasar dengan plafon 25 % dari harga pasar sehingga dicapai besaran angka Rp. 4.000,-

Dari 2 opsi tersebut anggota memilih opsi yang kedua sehingga sampai sekarang gabah kering giling dari petani anggota dibeli Rp. 4.000,- / kg untuk gabah kering giling. Harga sebesar Rp. 4.000,- ini sudah berlaku untuk jangka waktu kurang lebih 1 tahun. Gabah yang dibeli dari anggota selanjutnya dikelola oleh P2L mulai dari penjemuran, penggilingan, pengayakan / penapian, pengepakan dan penjualan. Dari P2L, harga beras tersebut dilepas dengan harga Rp. 8.500,-. / kg dan dijual dalam kemasan 5 kg.

Seperti sudah disebut dalam penjelasan di depan menurut Rama Sapto, P2L memposisikan diri menjadi semacam Trading House. Secara harafiah, pengertian Trading House adalah Rumah (House) Dagang (Trading). Terdapat 2 (dua) arti di sini, yakni rumah dan dagang. Disebut rumah karena dalam kegiatan ini mencakup beragam macam barang (seperti yang ada dalam rumah) sementara dagang menunjukkan bahwa kegiatan yang berlangsung berkaitan dengan dagang. Kiranya jelas, kegiatan Trading House berkaitan dengan perdagangan. Perdagangan dalam hal ini dapat berbentuk ekspor, domestik maupun lokal. P2L dalam kategori ini melakukan aktivitas perdagangan domestik maupun lokal. Lewat jaringan pasar yang sudah dibangun oleh P2L, pasaran beras P2L tersebar ke berbagai kota antara lain Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta.

Selain membangun jaringan pasar, P2L juga melakukan pengemasan produk dan dua kali melakukan uji laboratorium kandungan nilai gizi ke laboratorium UGM. Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan tentu saja P2L memperoleh keuntungan secara ekonomi. Sampai saat ini keuntungan yang diperoleh masih menjadi kewenangan atau hak dari P2L dan belum dikembalikan kepada anggota. Menurut keterangan Rama Sapto pada kondisi sekarang keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan baru cukup untuk operasional P2L. Ke depan apabila sudah memiliki keuntungan dan modal yang memadai, sebagian keuntungan tersebut akan dikembalikan kepada anggota melalui berbagai program pendidikan / pemberdayaan.

Dari uraian di atas tergambar jelas bahwa pemasaran hasil dari anggota selama ini mengandalkan jaringan pasar yang sudah dibangun oleh P2L. Akses anggota kepada kelompok terbatas pada penentuan harga beli gabah yang disepakati bersama. Berbagai kebijakan ataupun keputusan di luar masalah penentuan harga menjadi porsi pengelola P2L, anggota belum mempunyai akses untuk ikut menyuarakan aspirasi atau usulan mereka. Hubungan antara anggota dan P2L dapat digambarkan semacam hubungan antara penjual dan pembeli dimana penjual mempunyai akses untuk ikut menentukan harga beli. Harga yang sudah disepakati akan tetap berlaku sepanjang tidak ada situasi khusus. Bila akan ada perubahan harga beli maka akan dibuat kesepakatan yang baru antara anggota dengan P2L.

4.7.4. Teknik Pembenihan, Pembuatan Pupuk dan Pengendalian Hama yang biasa

Dalam dokumen Andreas Avelinus Suwantoro (Halaman 106-109)