• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN POTENSI PULAU-PULAU TERLUAR DAN WILAYAH PERBATASAN RI

3.5. Peran TNI

“Kehadiran kegiatan ekonomi” kata Juwono lagi “adalah bentuk pematokan perbatasan yang paling bagus dan efektif”.39

Upaya lain dari pemerintah pusat dalam melindungi pulau-pulau terluar adalah dengan cara melaporkan keberadaan sekitar 3.047 pulau terluar Indonesia kepada UN Working Group of Expert on Geographical Names, sebuah badan khusus milik PBB yang mencatat nama-nama pulau sebuah negara. Sepanjang tahun 2006 saja pemerintah telah berhasil menamai sekurangnya 1.466 pulau kecil terluar di wilayah RI di antara 8.168 pulau terluar yang belum bernama. Penamaan tersebut, tentu saja berdasarkan atas Perpres No. 78 Tahun 2005. Sebuah langkah kecil, namun memiliki makna yang sangat penting dan strategis dalam upaya mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

3.5. Peran TNI

Dalam sebuah acara serah terima jabatan di Mabes TNI, Cilangkap, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan bahwa TNI akan mengutamakan peran pengawasan dan perlindungan di daerah-daerah perbatasan, dengan penekanan perhatian pada pulau-pulau terluar. Daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar, kata Panglima TNI , menjadi prioritas dalam program pembangunan lima tahun ke depan. Penjagaan dan perlindungan terhadap daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar dianggap sejalan dengan visi TNI dalam mempertahankan kedaulatan negara. Untuk mendukung program tersebut, TNI akan menambah dan memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) sebagai sarana pengembangan kekuatan secara bertahap dan pasti.40

Secara khusus, TNI AL sebagai institusi militer, memilki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan TNI AD dan TNI AU. Keunikan ini berlaku universal. Sesuai teori Kent Both, selain peran militer, matra laut juga memiliki peran diplomasi dan polisionil. Peran diplomasi dilaksanakan oleh TNI AL dengan dikirimnya KRI ke negara lain untuk menjalin dan mempererat pesahabatan antarnegara. Hal ini

39 Op. Cit

40

TEMPO Interaktif, Panglima TNI Prioritaskan Lindungi Daerah Perbatasan, Sabtu, 2 Oktober 2010.

33 seringkali disebut dengan istilah “Gun Boat Diplomacy”, atau diplomasi kapal perang. Tampilan kapal perang suatu negara akan memunculkan citra yang bisa memperkuat pelaksanaan diplomasi negara yang bersangkutan. Sedangkan untuk peran polisionil, TNI AL berkewajiban melaksanakan fungsi keamanan sekaligus melaksankan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan yang melanggar hukum.

Selain peran khusus melaksanakan diplomasi dan polisionil di lautan, TNI AL memiliki tugas lain dalam kategori operasi militer, yaitu kegiatan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Hal ini sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 7 Ayat 2, yaitu antara lain membantu korban bencana alam, SAR (Search and Rescue), dan bantuan kemanusiaan (humanitarian assistance). Kondisi geografis wilayah Indonesia rentan terhadap bencana alam. Ini menuntut kemampuan TNI AL untuk bisa melaksanakan OMSP tersebut sebab hingga kini hanya sarana kapal milik TNI AL yang mampu menembus pulau-pulau terpencil apabila terjadi bencana alam.

Pada sisi lain, mayoritas penduduk Indonesia tinggal di pesisir. Kondisi kesejahteraan mereka tak jarang menjadi terancam ketika jalur distribusi barang dan bahan pangan terputus akibat bencana atau ombak besar. Hanya TNI yang tetap bisa mencapai mereka. Oleh sebab itu, tak salah jika dikatakan TNI AL dituntut bisa membantu menyalurkan bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Inilah OMSP lain yang sejatinya menjadi tugas TNI AL. KRI pun tidak hanya bisa membantu menyalurkan kebutuhan yang diperlukan masyarakat di daerah kepulauan, tetapi bisa juga membantu membawa hasil produksi penduduk untuk dipasarkan di pulau

lain atau menjadikan KRI sebagai “mobile market” bekerja sama dengan lembaga

lain demi kesejahteraan rakyat.

Untuk itu TNI AL harus bisa menjadi motivator untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.41 TNI AL berkewajiban memberdayakan wilayah pesisir untuk bisa menopang pertahanan nasional di lautan dan pulau-pulau terdepan. Sehingga sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat harus secara rutin

41 Lihat Agus Susilo Kaeri, Menjadikan TNI AL Sebagai Simpul Pertahanan dan Kesejahteraan, Artikel Digital

34

dibangun di setiap pulau yang bernilai strategis, karena pada waktu krisis atau perang sarana tersebut dapat dimanfaatkan untuk dukungan dalam peperangan laut.

Untuk itu SBJ (Surya Baskara Jaya) yang merupakan program khusus TNI AL dalam memberdayaan pulau-pulau terpencil dan membantu masyarakat dengan membangun infrastruktur dan pelayanan kesehatan harus terus selalu ditingkatkan. Sebab, program itu bermanfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan juga bagi TNI AL apabila terjadi krisis atau perang.

35 BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan atas seluruh uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Pertempuran Laut Aru (PLA) adalah pertempuran yang terjadi di perairan Laut Aru antara tiga KRI jenis MTB dengan kapal perang Belanda jenis fregat, korvet dan destroyer. Pertempuran ini dianggap tidak seimbang, mengingat jenis KRI yang kalah kuat, bahkan senjata andalannya Torpedo telah dilucuti terlebih dahulu sebelum berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok. Pada perempuran ini, KRI Matjan Tutul tenggelam, sejumlah pasukan gugur, terdiri atas 25 ABK , Kapten kapal Wiratno dan Komodor Yos Soedarso, serta sisanya ditawan oleh pasukan Belanda.

2. PLA merupakan peristiwa pertempuran yang terjadi dalam kaitan misi ALRI untuk melaksanakan tugas negara di bidang operasi militer, sebagai bagian dari misi infiltrasi dalam Komando Mandala untuk pembebasan Irian Barat dari tangan kekuasaan Belanda.

3. PLA merupakan sejarah perjuangan heroik dari para prajurit ALRI dalam melaksanakan tugas negara untuk menegakkan kedaulatan, menjaga dan mempertahankan keutuhan wilayah RI di Irian Barat. Mereka telah ikhlas mengorbankan segenap jiwa dan raga demi kepentingan bangsa dan negara. Secara simbolis, pada tahun 1973 pemerintah RI memberikan penghargaan atas jasa-jasa mereka yang telah gugur dalam bentuk anugerah gelar Pahlawan bagi Komodor Yos Soedarso sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973.

36

4. Makna dan semangat PLA adalah perjuangan kepahlawanan yang siap mengorbankan jiwa dan raga dalam menegakkan kedaulatan dan menjaga keutuhan atas seluruh wilayah NKRI demi kepentingan bangsa dan negara.

5. Relevansi PLA adalah perjuangan menegakkan kedaulatan dan menjaga keutuhan wilayah RI merupakan kewajiban bagi setiap komponen bangsa saat ini dan yang akan datang.

6. Aktualisasi semangat PLA saat ini adalah menegakkan kedaulatan dan menjaga keutuhan wilayah RI, melalui pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan RI.

7. Pulau-Pulau Terluar (PPT) dan Wilayah Perbatasan (WP) perlu diberdayakan dan dikelola dengan baik agar kedaulatan dan keutuhan wilayah tetap terjaga. Jika tidak, maka kedaulatan dan keutuhan wilayah akan terancam, baik oleh klaim dan ancaman dari negara lain, maupun oleh tindak kriminal tingkat tinggi.

8. Bentuk pemberdayaan dan pengelolan PPT dan WP adalah meningkatkan kesejahteraan warga penghuninya, dengan cara membangun infrastruktur, meningkatkan sarana dan prasarana masyarakat, menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan untuk PPT dan WP tak berpenghuni perlu penjagaan pasukan dan pegadaan kegiatan ekonomi efektif, seperti eksplorasi, konservasi dan pembudidayaan.

9. Dibutuhkan perencanaan yang terkoordinasi, integrasi dan sinkronisasi, dengan anggaran dana yang cukup memadai.

10. Diperlukan peningkatan kemampuan TNI dalam menjaga dan mengawasi PPT dan WP melalui peningkatan kapasistas personel, alutsista, operasi militer selain perang (OMPS) seperti program Surya Baskara Jaya (SBJ) TNI AL.

37 4.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan terkait dengan pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan RI, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Perlunya peningkatan kemampuan TNI, terutama dalam hal penyediaan alat utama sistem senjata (alutsista) yang dikaitkan dengan beban dan luas wilayah yang harus dijaga dan diawasi dalam menegakkan kedaulatan NKRI.

2. Perlunya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi program pemberdayaan PPT dan WP, antar lembaga vertikal maupun horisontal yang terkait, demi pencapaian tujuan utama, yaitu menjaga keutuhan wilayah NKRI dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar PPT dan WP.

38 DAFTAR PUSTAKA

Adi Patrianto, 2007, Hari Dharma Samudera Perjuangan Menegakkan Kedaulatan Negara, Artikel Digital, Cakrawala TNI AL.

Agus Susilo Kaeri, 2010, Menjadikan TNI AL Sebagai Simpul Pertahanan dan Kesejahteraan, Opini Digital, Pelita, tanggal 28 September 2010.

Arya Ajisaka, 2008, Mengenal Pahlawan Indonesia, Cetakan ke-13, Jakarta : Kawan Pustaka.

Atep Afia Hidayat, Urgensi Pembentukan Badan Otorita Perbatasan,

Netsains.Com.

Berita Nasional, 2006, Pemerintah Akan Urus 92 Pulau Terluar, Berita Digital, tanggal 20 Aprl 2006

Budi Achmadi, 2008, Pertempuran Laut Aru, Artikel Digital, Hasil wawancara dengan Marsekal (Purn) Saleh Basarah, pernah dimuat di Majalah Intisari, Juli 2000. cetak.kompas.com, 2009, Perbatasan Tak Terurus, Berita Digital, tanggal 12 Februari 2009

Hariyono, 1995, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta : Pustaka Jaya.

Juwono Soedarsono, 2008 Pertahanan dan Keamanan Negara, Makalah Digital, tanggal 15 Juli 2008.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (Depdikbud), 1984,

Sejarah Nasional Indonesia (SNI) VI, Edisi ke-4, Jakarta : Balai Pustaka.

S. Tasrif, S.H., 1990, Hukum Internasional tentang Pengakuan Kedaulatan dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Abardin.

Setneg RI, 1986, 30 Tahun Indonesia Merdeka, Cetakan Ketujuh, Jakarta : Citra Lamtoro Gung Persada.

TEMPO Interaktif, 2010, Panglima TNI Prioritaskan Lindungi Daerah Perbatasan,

tanggal 02 Oktober 2010, 11 : 25 WIB.

Wikipidia, Operasi Trikora, Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Bebas

39

B

BBIIIOOODDDAAATTTAAA S

SSRRRIII EEENNN DDDAAANNN GGG SSS UUUSSSEEETTT IIIAAAWWWAAATTT III

Sri Endang Susetiawati, Dra. adalah guru PNS di SMPN 1 Kalimanggis Kabupaten Kuningan Jawa Barat, sekaligus merangkap sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah di lembaga yang sama. Ia adalah anak pertama dari enam bersaudara, yang lahir di Cirebon 04 Mei 1969. Sejak kecil, ia sudah suka membaca buku sejarah, buku cerita atau sajak yang terdapat di sebuah koran atau majalah. Ia pun suka membaca buku novel, terutama yang bertemakan cinta, misteri ataupun sejarah.

Pendidikan SD, SMP dan SMA ia tempuh di kota Kuningan. Kemudian, pada tahun 1988 ia melanjutkan kuliah di Jurusan Pendidikan Sejarah Strata 1 (S-1) IKIP Bandung. Saat kuliah inilah, bakat menulisnya mulai terasah, hingga beberapa kali, tulisannya yang berupa artikel sempat dimuat pada harian umum lokal di Bandung. Pernah menjadi Juara 1 lomba penulisan karya ilmiah tentang lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Balai Sejarah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 1995 dan Pemenang 1 Sayembara Karya Tulis Kategori Dosen dan Umum tentang “Menuju Perpustakaan Nasional Ideal” yang diselenggarakan oleh

Perpusnas RI tahun 2010. Tulisan lainnya, khususnya berupa Artikel dan Cerpen dikirim ke sejumlah harian atau majalah, dan di Blog pribadi : Srie, URL : blogguru-srie.blogspot.com

Pernah mengajar di SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Bandung (1992-1998) dan SMA PGII 1 Bandung (1994-2002) sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY). Kini tinggal di Desa Kertayasa, Sindang Agung Kab. Kuningan, Jabar. E-mail :

Dokumen terkait