• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Pariwisata

Dalam dokumen DHINA HANDAYANI S4210071 (Halaman 49-60)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pariwisata

6. Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Pariwisata

Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar dilaksanakan oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan nasional melalui pertumbuhan dan perubahan secara terencana menuju masyarakat modern. Tidak ada satu negara akan mencapai tujuan nasionalnya tanpa melakukan berbagai jenis kegiatan pembangunan, oleh karena itu proses pembangunan harus terus berlanjut karena tingkat kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan rakyat bersifat relatif dan tidak akan pernah dicapai secara absolut.

Melaksanakan tugas pembangunan yang sangat penting dan mulia yang merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan bukan tugas pemerintah semata, tetapi harus diakui bahwa pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses Pembangunan Nasional. Peran pemerintah yang dimaksud disini adalah selaku stabilisator, selaku inovator, selaku modernisator atau selaku pelopor. Dan pelaksana sendiri kegiatan pembangunan tertentu (Nurlaila 2004:55).

commit to user a. Peran selaku Stabilisator

Salah satu ciri negara-negara terbelakang dan sedang membangun adalah situasi politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan tidak stabil. Dalam kondisi kehidupan kenegaraan dan masyarakat yang tidak stabil, sukar menghiraukan terselenggaranya berbagai kegiatan pembangunan, sehingga peran yang sangat penting dimainkan oleh pemerintah secara efektif ialah peran selaku stabilisator.

b. Peran selaku Inovator

Inovasi merupakan salah satu produk dari kreativitas. Inovasi berarti temuan baru, metode baru, sistem baru dan yang terpenting cara berpikir baru. Dengan demikian, dalam peranan selaku inovator, pemerintah harus mejadikan sumber dari ide-ide baru.

Ada 3 (tiga) hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah selaku inovator sebagai berikut:

1) Menerapkan inovasi dilingkungan birokrasi pemerintah.

Masyarakat menganggap aparatur pemerintah pada umumnya cara kerjanya lamban, sistem kerja yang berbelit-belit, cara berpikir yang berorientasi kekuasaan. Dan hasilnya tingkat produktivitas kerja yang rendah.

2) Inovasi yang sifatnya konsepsional. Pemerintah dengan seluruh

jajaranya harus merupakan sumber dari ide-ide baru.

commit to user

36

Pada sektor pariwisata peran pemerintah harus dapat menciptakan obyek wisata yang baru dan mendukung pembangunan pariwisata sehingga potensi wisata sangat bervariasi. Pemerintah memberikan kemudahan dalam pemberian ijin usaha untuk pengembangan obyek wisata sebagai sarana pendukung obyek, daya tarik wisata, penurunan suku bunga dan perpanjangan masa tenggang. Pembayaran kredit bunga bagi yang berusaha dibidang pariwisata serta tarif PLN untuk hotel sama dengan golongan industri.

c. Peran selaku Modernisator

Melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara modern. Berbagai implikasi peryataan tersebut antara lain adalah kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain. Kuat berarti mampu mempertahankan kemerdekaanya dan kedaulatanya dengan tetap menyadari pentingnya bekerja sama dengan negara-negara lain. Sederajat dalam arti perolehan pengakuan.Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara lain :

1) Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;

2) Kemampuan dan kemahiran manajerial;

3) Kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki sehingga

memiliki nilai tambah yang tinggi;

4) Sistem pendidikan yang handal yang menghasilkan sumber daya

manusia yang produtif;

5) Landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis;

commit to user

7) Rakyat yang diberdayakan sehingga mampu mengambil keputusan

yang rasional;

8) Kesediaan mengambil resiko;

9) Mempunyai orientasi masa depan;

10)Bersedia memberikan kesempatan kepada swasta untuk mendirikan

lembaga pendidikan dan ketrampilan pariwisata;

d. Peran selaku Pelopor

Selaku pelopor, aparatur pemerintah harus menjadi panutan bagi seluruh masyarakat, misalnya;

1) Kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin dengan pemanfaatan

waktu sebaik-baiknya dengan orientasi yang maksimal;

2) Kepeloporan dalam kejujuran;

3) Kepeloporan dalam penegakan disiplin;

4) Kepeloporan dalam ketaatan perundang-undangan;

5) Kepeloporan kesediaan berkorban demi kepentingan negara;

6) Kepeloporan dalam kepedulian pelestarian lingkungan;

7) Kepeloporan dalam penerapan obyektifitas;

8) Kepeloporan dalam penerapan efisiensi;

9) Kepeloporan dalam peningkatan pengtahuan dan ketrampilan;

Pada sektor pariwisata pemerintah memberikan kebijakan pada jangka waktu liburan nasional sehingga masyarakat mempunyai kesempatan untuk berwisata, mengeluarkan Undang-undang kepariwisataan dan mendukung peningkatan masyarakat dalam menggali dan melestarikan nilai-nilai luhur

commit to user

38

budaya daerah, dan peningkatan promosi dan pemasaranya baik didalam maupun diluar negeri dengan memanfaatkan kerja sama kepariwisataan regional secara optimal dalam bentuk paket-paket wisata.

e. Peran selaku Pelaksana Sendiri

Meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah semata-mata karena berbagai pertimbangan, seperti keselamatan negara, modal yang terbatas, kemampuan yang masih belum memadai karena tidak diminati oleh masyarakat dan karena secara konstitusional merupakan tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak bisa diserahkan kepada pihak swasta melainkan harus diselanggarakan sendiri oleh pemerintah.

Namun sebagai industri perdagangan jasa kegiatan pariwisata tidak terlepas dari peran serta pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah bertanggung jawab empat hal utama yaitu: perencanaan

(Pla nning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development)

fasilitas utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy)

pariwisata, dan pembuatan serta penegakan peraturan (regulation). Menurut

Subadra (2001) mengenai peran-peran pemerintah dalam bidang pariwisata adalah sebagai berikut :

1) Perencanaan Pariwisata

Pariwisata merupakan industri yang memiliki kriteria-kriteria khusus, mengakibatkan dampak positif dan negatif. Untuk memenuhi

commit to user

kriteria khusus tersebut, memaksimalkan dampak positif dan

meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata, diperlukan perencanaan pariwisata yang matang. Kesalahan dalam perencanaan akan mengakibatkan munculnya berbagai macam permasalahan dan konflik kepentingan diantara para Steakholders. Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki permasalahan yang berbeda dan memerlukan jalan keluar yang berbeda pula. Dalam pariwisata, perencanaan bertujuan untuk mencapai cita-cita atau tujuan pengembangan pariwisata. Secara garis besar perencanaan pariwisata mencakup beberapa hal penting yaitu: (1) perencanaan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan berbagai industri yang berkaitan dengan pariwisata; (2) perencanaan penggunaan lahan; (3) perencanaan infrastruktur yang behubungan dengan jalan, bandar udara dan keperluan lainya seperti: listrik, air, pembuangan sampah dan lain-lain; (4) perencanaan pelayanan sosial yang berhubungan dengan penyediaan lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial; dan (5) perencanaan yang mencakup keamanan internal untuk daerah tujuan wisata dan para wisatawan.

2) Pembangunan Pariwisata

Pembangunan pariwisata umumnya dilakukan oleh sektor swasta terutama fasilitas dan jasa pariwisata. Namun, pengadaan infrastruktur umum seperti jalan, listrik dan air yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata terutama untuk proyek-proyek yang berskala

commit to user

40

besar yang memerlukan dana yang sangat besar seperti pembangunan bandar udara, jalan untuk trasportasi darat, proyek penyediaan air bersih, dan proyek pembuangan limbah merupakan tanggung jawab pemerintah, selain itu pemerintah juga berperan sebagai penjamin dan pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam bidang pembangunan pariwisata.

3) Kebijakan Pariwisata

Kebijakan merupakan jangka panjang yang mencakup tujuan pembangunan pariwisata atau prosedur pencapaian tujuan tersebut dalam pernyataan formal seperti hukum dan dokumen-dokumen resmi lainya. Kebijakan yang dibuat pemerintah harus sepenuhnya dijadikan panduan

dan ditaati oleh para steckholder. Kebijakan-kebijakan yang harus dibuat

dalam pariwisata adalah kebijakan yang behubungan dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, dan hubungan politik terutama politik luar negeri bagi daerah tujuan wisata yang mengandalkan wisatawan manca negara. Umumnya kebijakan pariwisata dimasukan dalam kebijakan ekonomi secara keseluruhan yang kebijakannya mencakup struktur dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kebijakan ekonomi yang harus dibuat sehubungan dengan pembangunan pariwisata adalah kebijakan mengenai ketenagakerjaan, penanaman modal dan keuangan, industri penting yang mendukung kegiatan pariwisata, dan perdagangan barang dan jasa.

commit to user 4) Peraturan Pariwisata

Peraturan pemerintah memiliki peran yang sangat penting terutama dalam melindungi wisatawan dan memperkaya atau mempertinggi pengalaman perjalananya. Peraturan-peraturan penting yang harus dibuat pemerintah untuk kepentingan tersebut adalah: (1) peraturan perlindungan bagi wisatawan terutama bagi biro perjalanan wisata ynag mengharuskan

wisatawan membayar uang muka (deposit pa yment) sebagi jaminan

pemesanan jasa seperti akomodasi, dan lain-lain; (2) peraturan keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan mengenai jumlah minimal lampu yang ada di masing-masing lantai hotel dan alat pendukung keselamatan lainya; (3) peraturan keamanan makan dan kesehatan yang mengatur mengenai standar kesehatan makanan yang disuguhkan kepada wisatawan; (4) peraturan standar kompetensi pekerja-pekerja yang membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus seperti pilot, sopir dan nahkoda.

7. Permintaan dan Penawaran Pariwisata a. Permintaan pariwisata

Menurut Spillane (2001:103), salah satu faktor yang sangat mempengaruhi permintaan akan pariwisata adalah mobilitas. Mobilitas manusia timbul atas berbagai macam dorongan kebutuhan atau kepentingan yang disebut dengan istilah motivasi, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi;

commit to user

42

3) Dorongan kebutuhan keamanan;

4) Dorongan kebutuhan kesehatan;

5) Dorongan kebutuhan pemukiman;

6) Doronagn kebutuhan kepentingan keagamaan;

7) Dorongan kebutuhan kepentingan pendidikan atau studi;

8) Dorongan kebutuhan minat kebudayaan;

9) Dorongan kebutuhan hubungan keluarga;

10)Dorongan kebutuhan untuk rekreasi (dalam arti luas);

Motivasi-motivasi tersebut timbul dari kepentingan-kepentingan hidup manusia. Oleh karena kehidupanya dalam masyarakat wajar maka aktivitas-aktivitas permintaan timbul layak untuk dipenuhi dan disediakan. Permintaan dalam pariwisata dapat berupa pemandangan yang indah, udara yang segar, langit yang cerah, pantai yang bersih dan sebagainya. Permintaan tersebut pada dasarnya terbagi atas dua yaitu permintaan yang potensial dan permintaan yang nyata. Permintaan yang potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi anasir-anasir pokok suatu perjalanan karena itu mereka berada dalam kondisi siap untuk

bepergian, sedangkan permintaan yang nyata (a ctua l) adalah orang-orang yang

secara nyata bepergian kesuatu daerah tujuan wisata. Perbedaan jumlah permintaan potensial dan aktual merupakan kancah usaha bagi orang-orang pemasaran (Gromang, 2003:132).

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi perkembangan permintaan pariwisata yaitu antara lain pendapatan, dimana pendapatan seseorang sangat menentukan dapat tidaknya seseorang berwisata karena apabila memiliki uang

commit to user

lebih maka seseorang baru akan melakukan perjalanan wisata. Selain itu faktor yang lain yaitu perubahan harga akan mempengaruhi penggunaan dana yang dimiliki seseorang, kualitas dalam hal yang dapat dilihat, digunakan dan dapat dibeli di daerah tujuan wisata, faktor hari libur juga memberikan pengaruh positif bagi terselenggaranya perjalanan wisata, transportasi yang canggih dapat mempersingkat waktu perjalanan dengan segala fasilitas yang nyaman dan baik.

b. Penawaran pariwisata

Sejak kepariwisataan menjadi industri yang populer terutama karena ekonomisnya, praktis setiap negara berminat mengembangkan dirinya sebagai salah satu tujuan wisata. Keadaan alam dan masyarakat negara-negara berkembang menjadi andil utama untuk diminati dan menjadi daya tarik yang kuat di pasaran wisata dunia. Namun demikian, secara absolut sebagian wisatawan senantiasa bertukar kunjung ke negara tetangga yang sudah maju, dikarenakan banyaknya hari-hari luang untuk berkunjung dan arena secara relative biaya transport yang semakin mahal ke negara-negara tujuan yang semakin jauh. Persaingan di antara sesama negara destinasi menjadi semakin tajam dan satu-satunya harapan pertumbuhan suatu negara tujuan wisata terletak pada persiapan apa yang ditawarkan itu supaya memadai dengan permintaan. Ini adalah proses berkesinambungan, yang tergantung pada hasil studi mendalam mengenai permintaan dan analisis produk, tempat kedua unsur ini merupakan unsur pokok perencanaan penawaran (Gromang, 2003:112).

Namun saat ini sebagian lembaga atau instansi telah menetapkan lima hari kerja dalam seminggu. Disamping itu pemerintah mengambil kebijakan yang

commit to user

44

memungkinkan memindahkan libur nasional ke awal atau akhir pekan. Kondisi ini akan menambah jumlah waktu luang bagi para pekerja. Waktu luang tersebut merupakan syarat bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata, sebab banyak orang yang memiliki uang yang cukup, akan tetapi waktu luangnya sangat terbatas sehingga tidak dapat melakukan perjalanan wisata. Dengan kata lain kondisi ini merupakan peluang bagi pemasaran untuk dapat merubah wisatawan potensial menjadi wisatawan aktual. Jadi paling tidak saat ini pariwisata nasional dapat memanfaatkan kondisi diatas, yaitu dengan melayani wisatawan nusantara yang membatalkan perjalanan keluar negeri, dan mereka yang waktu luangnya meningkat agar dimanfaatkan untuk kegiatan wisata.

Penawaran pariwisata diharapkan dapat menyumbang sejumlah uang antara lain dari pengeluaran wiasatawan asing, transportasi, pengembalian modal dari investasi pariwisata di luar negeri, pengiriman uang oleh pekerja bidang pariwisata di luar negeri dan sebagainya. Hal ini memberikan kontribusi positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Karena industri pariwisata pada umumnya berorientasi pada penjualan jasa, dimana salah satu sifat dari produksi jasa dihasilkan melalui padat karya, maka dengan berkembangnya pariwisata akan membuka banyak kesempatan kerja. Akibat langsung terhadap kesempatan kerja ini terutama akan sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang yang umumnya aktivitas ekonominya masih terbatas. Sebagai contoh yaitu Bali merupakan daerah yang pariwisatanya berkembang cukup pesat sehingga sektor pariwisata mampu lapangan kerja seper tiga dari penduduknya yang berjumlah 3,5 juta orang (Lin, 2003).

commit to user

Dalam dokumen DHINA HANDAYANI S4210071 (Halaman 49-60)

Dokumen terkait