Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum yang di rancang oleh pemerintah sebagai kurikulum baru setelah mengembangkannya dari kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,49 kurikulum ini memiliki beberapa bagian penting yakni;
a. Karakteristik Kurikulum 2013
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; 7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Karakteristik kurikulum yang dijabarkan ke dalam tujuh poin diatas merupakan ciri khas dari kurikulum ini. Tentunya karakteristik ini yang dasar sehingga kurikulum 2013 ini
49
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dalam
https://urip.files.wordpress.com/2013/06/07-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-69-tahun-2013-ttg-kurikulum-sma-ma.pdf, diakses 10 Juni 2015.
berbeda dari kurikulum yang sebelumnya. Tujuh poin diatas merupakan hal-hal yang ingin dicapai oleh pemerintah yang belum tercapai pada karikulum sebelumnya baik itu kurikulum KBK maupun kurikulum KTSP.
Karakteristik kurikulum 2013 ini nampaknya ingin menciptakan peserta didiknya menjadi generasi – generasi baru yang mempunyai keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, yang kemudian dengan segala pengetahuan yang didapat disekolah dapat menerapkanya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapai hal tersebut tentunya harus ada kompetensi yang dicapai, berdasarkan karakteristik di atas maka kompetensi dinyatakan dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Penulis melihat bahwa dalam karakteristik ini sudah nampak nilai-nilai dari inti dan komponen karakter, dimana jelas dijabarkan pada poin satu sampai empat tentang peserta didik seperti apa yang diinginkan nantinya. Pada poin tersebut terdapat unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjadi peserta didik yang berkarakter baik yakni moral knowing, curiosity, wisdom and knowledge, dan moral action. Pemerintah menyadari bahwa nilai-nilai karakter ini sangat dibutuhkan, dimana peserta didik yang dihasilkan harus mampu memahami dan menganalisa lalu mengambil tindakan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Namun ini baru sebagai konsep ideal yang diinginkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu pada poin ke lima sampai tujuh dalam karakteristik kurikulum 2013 ini, dipaparkan bagaimana cara agar poin pertama sampai ke empat dapat tercapai, yakni dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar.
b. Landasan Filosofis
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian
kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Pendidikan sebagai upaya mempersiapkan peserta didik menjadi generasi muda yang lebih baik di masa depan. Bangsa Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan, tentunya harus diperhatikan dengan benar oleh pendidikan itu sendiri, agar dalam penerapan pendidikan ini sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Dalam pendidikan terdapat konsep atau dimensi masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Jadi menurut penulis landasan filosofis dari kurikulum 2013, khususnya pada poin ini sudah memenuhi dimensi pendidikan tersebut. Dalam penerapan pendidikan di Indonesia lewat kurikulum ini peserta didik diajarkan untuk tidak melupakan masa lalu dari bangsa ini yakni kebudayaan yang sudah ada dari dulu dan membentuk konsep diri primer masayarakat indonesia, kemudian dari beragam kebudayaan itu akan membangun pemahaman peserta didik pada masa kini dan membangun dasar yang baik untuk kehidupan bangsa dimasa depan sebagai kesadaran yang ingin dicapai.
Beragam budaya berarti beragam pula watak dan kebiasaan dari setiap masyarakat Indonesia, oleh sebab itu diperlukan nilai-nilai karakter dalam memaknai kebudayaan kita yang beragam ini. Menurut penulis peserta didik juga harus memiliki nilai kebijaksanaan dan pengetahuan yang merupakan bagian dari virtue sebagai inti karakter, terutama pengetahuan tentang kebudayaan itu sendiri. Dampaknya adalah peserta didik mampu menganalisa kebudayaan orang lain yang berbeda dari dirinya kemudian menghargainya. Selain itu di butuhkan juga moral feeling yang merupakan bagian dari rasa empati, percaya diri, dan rendah hati. Dengan moral feeling peserta didik akan merasa percaya diri dengan kebudayaannya yang berbeda dari yang lain, namun bisa juga ikut merasakan sebagai bagian dari kebudayaan orang lain. Namun yang paling penting adalah peserta didik tidak merasa kebudayaannya lebih baik dari kebudayaan orang lain.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Kurikulum 2013 juga
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
Pada poin ini landasan filosofis yang hendak dibangun adalah peserta didik sebagai pewaris dari kebudayaan bangsa kemudian dapat mengeksposnya dengan kreatif. Dalam hal ini peserta didik dorong untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk dapat berpikir secara rasional terhadap hal-hal yang dihadapinya. Selain itu landasan ini berupaya untuk melestarikan kebudayaan bangsa dan kemudian menanamkan rasa kebanggaan atas budaya tersebut.
Pada tataran ini landasan filosofi dari kurikulum 2013 ini juga sudah memenuhi sebagian hakikat pendidikan itu sendiri. Dimana menurut Driyarkara bahwa pendidikan merupakan proses perubahan ganda, yakni perubahan dalam diri manusia (muda) sendiri, yang disebut eksistensia, dan proses ini berlangsung dalam masyarakat dan budaya yang juga berubah. Oleh karena itu dalam pendidikan, manusia (muda) itu berubah juga bersama dengan lingkungan hidupnya. Sebenarnya pemerintah ingin ada suatu tindakan untu melestarikan kebudayaan tersebut sebagai bagian dari pendidikan. Dalam hal ini peserta didik harus mewujudkannya dengan nilai karakter yang terdapat pada moral action sebagai komponen karakter. Dalam moral action sisi kemampuan, kemauan dan kebiasaan. Peserta didik dengan kempuan yang ia miliki, akan mengembangkan potensi dalam dirinya kemudian ada hasrat kemauan untuk melakukan dalam kehidupannya, dan itu dilakukan secara terus menerus menjadi suatu kebiasaan yang baik.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
Landasan filosofi ini pemerintah ingin menekankan bahwa mata pelajaran yang beredar di sekolah-sekolah harus sesuai dengan disiplin ilmu yang ada. Hal ini dijadikan sebagi landasan filosofi karena terdapat banyak sekolah yang memiliki mata pelajar tidak sesui dengan kontennya atau ilmu yang harus diberikan. Hal ini akan berdampak buruk bagi siswa kalau dibiarkan terus berlanjut, karena siswa nantinya akan seperti orang yang kelihatanya mengetahui banyak hal padahal hanya sedikit yang dia pahami.
Pada poin ini, pemerintah menyadari bahwa untuk mengembangkan kecerdasan manusia tidak ada jalan lain selain pendidikan, oleh kerana itu pendidikan yang di ajarkan harus sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan peserta didik tersebut. Hal ini sesuai denagn konsep Whitehead bahwa pada dasarnya manusia bisa berkembang dengan sendirinya menuju kearah yang lebih baik, namun karena perkembangan itu secara alami bergerak lambat, maka dibutuhkan intervensi pendidikan. Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan lebih cepat membantu proses perkembangan peserta didik tersebut.
Ketika pendidikan sudah dilakukan secara benar, dalam hal ini mata pelajaran sudah sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan maka dengan sendirinya peserta didik akan mudah memahami dan manyukai pelajaran tersebut. Sehingga, elemen-elemen karakter yang berkaitan dengan kerajinan, ketekunan, optimis, percaya diri, inisiatif dan kreatif akan mudah di wujudkan oleh peserta didik. Peserta didik akan dengan gembira dan sangat berantusias dalam mengikuti proses pembelajaran, bukan tidak mungkin mereka akan menghasilkan karya-karya yang kreatif dan luar biasa. Karena pada dasarnya ketika mereka mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka butuhkan, konsep inti karakter akan berhasil dicapai.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and sosial reconstructivism).
Landasan filosofis yang terakhir ini sebenarnya menunjukan suatu konsep ideal yang hanya akan tercapai ketika tiga poin sebelumnya sudah tercapai. Pada poin ini pemerintah ingin pendidikan untuk menciptakan generasi baru yang mampu membangun kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil dari pendidikan tersebut tidak hanya di nikmati sendiri oleh peserta didik, melainkan harus mampu ditransformasikan ke lingkungan masyarakat dan bangsa. Hasil pendidikan yang bagaimana? Paling tidak hasil pendidikan yang mampu membawa perubahan pada diri sendiri kearah yang lebih baik. Dengan landasan filosofi ini, sebenarnya Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Perubahan pada diri sendiri dan masyarakat luas hanya bisa tercapai ketika semua elemen-elemen karakter bisa dilakukan. Pembentukan karakter peserta didik dari proses pembelajaran harus berhasil peserta didik sehingga mampu membawa perubahan, virtue
sebagai inti karakter yang mempunyai kekuatan untuk dapat mengetahui dan mengendalikan diri dengan situasi yang dia hadapi. Moral knowing sebagai bentuk kesadaran diri untuk mengetahui mana yang baik dan buruk, kemudian dengan moral feeling dapat menumbuhkan rasa percaya diri, berempati dengan orang lain, mencintai kebaikan dan tidak pernah merasa lebih hebat dari orang lain, yang terakhir adalah tindakan, dengan kemampuan kita melakukan sesuatu kebaikan dan itu atas dasar kemauan diri sendiri bukan dorongan orang lain. Dengan demikian maka peserta didik sudah siap untuk membawa perubahan dalam dirinya dan masyarakat sekitar.
c. Standar Kompetensi Kelulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C50
Dimensi Sikap : Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Dimensi Pengetahuan : Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Dimensi Ketrampilan : Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Standar Kompetensi Kelulusan ini merupakan standar paling dasar yang harus di capai para peserta didik untuk bisa dinyatakan lulus atau berhasil dari proses pembelajaran selama satu semester. Berkaitan dengan kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pengembangan karakter sudah seharusnya standar kompetensi kelulusan ini memiliki unsur karakter yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Hal ini bertujuan supaya paserta didik yang dinyatakan lulus atau berhasil benar-benar menjadi peserta didik yang berkarakter yang baik dan bermoralitas. Dari ketiga dimensi yang hendak dicapai yaitu dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan di atas tentunya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Artinya ketiga-tiga nya harus dicapai oleh peserta didik untuk dapat dinyatakan lulus.
50
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah dalam
https://urip.files.wordpress.com/2013/06/01-b-salinan-lampiran-permendikbud-no-54-tahun-2013-ttg-skl.pdf, diakses 10 Juni 2015.
Standar kompetensi kelulusan ini menginginkan peserta didik untuk lulus dengan karakter yang baik dan mampu membawa perubahan. Hal ini bisa dilihat dari dimensi pertama yakni sikap, peserta didik dituntut untuk mampu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap yang baik. Peserta didik harus memiliki nilai karakter untuk dapat membentuk dirinya menjadi individu yang bersikap baik, yang paling utama adalah ia harus mempunyai konsep tentang karakter yang baik itu seperti apa, kemudian mengolah dan menerimanya dalam diri dan melakukan dalam kehidupannya. Dimensi sikap ini lebih menekankan bagaimana peserta didik mengambil sikap dan berinteraksi dalam alam dan lingkungan sosial, berkaitan dengan sikap maka moral feeling tentunya sangat berpengaruh bagaimana dalam pengambilan sikap selalu diikuti dengan pertimbangan hati nuraninya. Kadang kala dengan pengetahuan kita ingin mencoba melakukan sesuatu yang negatif namun hati nuranilah yang selalu mengingatkan kita.
Demensi yang kedua yang hendak dicapai peserta didik adalah pengetahuan. Peserta didik tentunya diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Pada dimensi ini peserta didik yang dinyatakan lulus atau berhasil ialah mereka yang memiliki nilai-nilai karakter yaitu pengetahuan dan kebijaksanaan, serta kemanusiaan sebagai bagian dari kekuatan karakter, selain itu kesadaran moral, pengetahuan pribadi dan penentuan perspektif dalam moral knowing juga diperlukan. Dengan demikian peserta didik dapat lebih bijak dalam menyelesaikan masalah dengan pengetahuannya, ia mampu memikirkan dengan cermat arah mana suatu tindakan yang memiliki nilai kebenarnanya. Juga dengan kebijaksaan peserta didik mampu merespon segala pesrubahan sosial yang terjadi.
Dimensi yang terakhir yang harus dicapai peserta didik adalah dimensi keterampilan. Pesrta didik harus mempunyai keterampilan yang baik, dari hasil pembelajaran pengetahuan yang didapat kemudian dikelolah dan menghasilkan suatu kreativitas yang baik. Peserta didik tidak cukup hanya memiliki sikap dan penetahuan yang baik, ia juga harus terampil dalam bidangnya. Ketrampilan ini akan menjadi kerampilan yang baik ketika pesrta didik mampu mewujudkan elemen-elemen karakter dalam dirinya. Elemen karakter seperti ketekunan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab, integritas tinggi, disiplin diri yang baik, inisiatis untuk melakukan hal-hal yang baru, percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya, optimis terhadap niat dan kemauannya, rendah hati dan kreatif dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya peserta didik dapat menjadi individu yang mempunyai ketrampilan dapat bermanfaat pada dirinya terlebih bagi masyarakat sekitarnya.
d. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi inti merupakan tujuan umum yang hendak dicapai dalam satu proses pembelajaran. Dalam kompetensi inti ini memuat hal-hal yang merujuk pada tercapainya standar kompetensi kelulusan. Kompetensi inti juga masih berupa sebuah konsep yang nantinya akan dilihat kompetensi ini bisa tercapai atau tidak dengan perwujudan kompetensi dasar. Kompetensi inti melalui empat poin yang dijabarkan diatas benar-benar ingin mehasilkan generasi baru yakni peserta didik yang tidak hanya paham pada konsep dan pengetahuan melainkan mampu mekukannya sebagai tindakan praxis. Dengan pendidikan yang didapat di sekolah diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi individu yang tidak hanya mengalami perubahan pada diri sendiri, melainkan harus di transformasikan dalam lingkungan sosial.
Kempetensi inti menginginkan peserta didik untuk dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agam meraka masing-masing. Menghayati berarti memahami dengan betul serta benar-benar menyakini, ini merupakan bagian dari pada moral knowing dan moral feeling dimana peserta didik harus mengetahui ajaran agama mereka kemudian secara sadar mencintai kebaikan dari nilai-nilai agama mereka dan mengamalkanya dalam kehidupan mereka. Dalam mengamalkan sebagai moral action, peserta didik harus benar-benar melakukannya dengan niat yang baik dan secara berkelangsungan. Selain ajaran agama,
perilaku jujur, disiplin dan tanggung jawab juga harus bersamaan menjadi tindakan yang nyata dalam kehidupannya di sekolah, dirumah, dan di lingkungan masyarakat.
Kompetensi inti juga menginginkan peserta didik mengembangkan rasa ingin tahu mereka tentang pengetahuan diajarakan, kemudian dikembangkan dan menjadikan bahan pertimbangan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini peserta didik membutuhkan nilai-nilai moral untuk mencapai kompetensi ini. Inisiatif menjadi nilai yang utama, dimana dengan inisiatif maka peserta didik memiliki dorongan untuk mengembangkan pengetahuannya. Selain rasa ingin tahu, dalam kompentensi inti juga menginginkan peserta didiknya untuk mampu menghasilkan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang didapatkan disekolahnya. Sebuah kemauan, kemampuan dan sekali lagi kebiasaan dan moral action ini menjadi bagian penting untuk mewujudakan kompentisi inti tersebut. Karena hanya dengan kemampuan dan kemauan dari dalam diri peserta didik mampu menghasilkan keterampilan sesuai dengan potensinya.
e. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas X
1.1 - Mensyukuri karunia Allah bagi dirinya yang terus bertumbuh sebagai pribadi dewasa.
1.2 - Menghayati nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, kasih dan keadilan dalam kehidupan sosial.
1.3 - Mengakui peran Roh Kudus dalam membarui kehidupan orang beriman.
1.4 - Mensyukuri karunia Allah melalui kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas
2.1 - Mengembangkan perilaku sebagai pribadi yang terus bertumbuh menjadi dewasa. 2.2 - Meneladani Yesus dalam mewujudkan nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, kasih dan
keadilan dalam kehidupan.
2.3 - Bersedia hidup baru sebagai wujud percaya pada peran Roh Kudus sebagai pembaharu.
2.4 - Bersedia hidup bersama dengan orang lain tanpa kehilangan identitas dan alam. 3.1 - Mengidentifikasi ciri-ciri pribadi yang terus bertumbuh menjadi dewasa.
3.2 - Memahami makna nilai Kristiani: Kesetiaan, kasih dan keadilan dalam kehidupan. 3.3 - Menjelaskan peran Roh Kudus dalam membaharui kehidupan orang beriman. 3.4 - Menjelaskan makna kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas. 4.1 - Menunjukkan ciri-ciri pribadi yang terus bertumbuh menjadi dewasa.
4.2 - Menerapkan nilai-nilai Kristiani: Kesetiaan, Kasih dan Keadilan dalam kehidupan. 4.3 - Memberikan kesaksian tentang peran Roh Kudus sebagai pembaharu.
4.4 - Mengkaji bagian Alkitab yang berbicara mengenai peran Roh Kudus dalam membarui kehidupan orang beriman dari kitab Kisah Rasul.
Kelas XI
1.1 - Mengakui peran Allah dalam kehidupan keluarga.
1.2 - Menghayati nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluargaagar siap menghadapi gaya hidup modern.
1.3 - Mengakui peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam