• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Pendidikan Entrepreneur Pondok Pesantren Sunan Drajat

2. Peran Pondok Pesantren Sunan Drajat dalam Mendidik Kemampuan Entrepreneur Santri

Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat nilai-nilai sosial yang membentuk kearifan lokal (local wisdom) dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Misalnya, gotong royong, keke- luargaan, musyawarah untuk mufakat, dan tepa selira (toleransi). Hadirnya kearifan lokal ini tak bisa dilepaskan dari nilai-nilai religi yang dianut masyarakat Indonesia sehingga nilai-nilai kearifan lokal ini makin melekat pada diri mereka. Tak mengherankan, nilai-nilai kearifan lokal ini dijalankan tak semata-mata untuk menjaga keharmonisan hubungan antarmanusia, tetapi juga menjadi bentuk pengabdian manusia kepada Sang Pencipta.

Kearifan lokal inilah yang mendorong manusia berkelompok dan membentuk entitas. Bagi Francis Fukuyama, penulis buku Trust the Social Virtues and the Creation of Prosperity, kearifan lokal merupakan modal sosial yang dipandang sebagai bumbu vital bagi perkembangan pember- dayaan ekonomi masyarakat. Fukuyama menunjukkan hasil studi di berbagai negara bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi karena adanya tingkat rasa

percaya yang tinggi, dan kerekatan hubungan dalam jaringan yang lebih luas tumbuh di antara sesama pelaku ekonomi.29

Adapun usaha yang diterapkan oleh pengurus PPSD dalam mendidikan kemampuan entrepreneur santri yaitu dengan dua cara yakni pelatihan dan praktik di lapangan.

a. Sistem pelatihan

Semangat entrepreneur yang digagas oleh KH. Abdul Ghofur selaku pendiri sekaligus ketua Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat memang perlu ditularkan kepada para santri. Hal ini disebabkan para santri dipandang perlu mempunyai keterampilan lain disamping keterampilan dalam bidang agama yang nantinya bisa berguna di masyarakat. Keterampilan tambahan yang dijadikan program adalah keterampilan Entrepreneur atau wirausaha. Pembekalan keterampilan berwirausaha diberikan kepada santri salah satunya dengan melalui pelatihan atau seminar yang diadakan oleh pengurus Yasayan dan Pondok Pesantren sunan Drajat.

Pelatihan yang diberikan kepada santri bertujuan untuk merangsang dan menumbuhkan kemampuan entrepreneur santri. Pada dasarnya pondok pesantren menggunakan dua cara dalam mendidik kemamuan entrepreneur santri yakni dengan pendidikan dan dengan praktik langsung.

29 Modul ISSN (Islamic School Support Network), h.1.

“Kalau peran pondok pesantren Sunan Drajat dalam mendidik kemampuan entrepreneur santri ada dua yakni lewat pendidikan, ada yang lewat praktik.”30

Adapun mendidik kemampuan entrepreneur santri dilakukan dengan jalur pendidikan, baik pendidikan formal dan non formal. Dalam pendidikan formal, cara yang digunakan adalah materi entrepreneur atau wirausaha diintegralisasikan kedalam kurikulum pendidikan. Pondok pesantren Sunan Drajat Memiliki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mana sekolah SMK ini bisa diterapkan kurikulum berbasis entrepreneur kedalamnya. Misalnya terdapat jurusan akuntansi yang ada pada SMK tersebut. Disamping itu, pondok pesantren Sunan drajat juga memiliki Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Drajat (STAIRA). Integrasi kurikulum berbasis entrepreneur bisa dilihat dari adanya jurusan ekonomi syari’ah yang ada didalamnya.

Dalam mendidik kemampuan entrepreneur santri, tidak cukup dengan menggunakan integralisasi kurikulum entrepreneur ke dalam sekolah karena tidak bisa menjangkau semua santri. Karena yang mendapatkan materi tentang entrepreneur hanya santri yang sekolah di SMK dan STAIRA saja. Oleh karenanya, disamping menggunakan pendidikan formal sebagai media mendidik kemampuan entrepreneur

30 Wawancara dengan Hj. Biyati Ahwarumi, SE / Neng Beti pada 12 Desember 2013

santri, pendidikan entrepreneur santri juga dilakukan dengan cara mengadakan seminar entrepreneur.

Pendidikan entrepreneur santri dengan cara mengadakan seminar entrepreneur santri diselenggarakan oleh pihak pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat. Berbeda dengan dengan cara sebelumnya yang menggunakan cara integralisasi kurikulum entrepreneur yang hanya bisa menjangkau sebagian santri, dengan seminar entrepreneur jumlah santri yang bisa dijangkau lebih banyak. Hal ini dikarenakan program seminar entrepreneur diberikan kepada seluruh santri.

Disamping kedua cara yang telah disebutkan, pendidikan entrepreneur bagi santri juga dilakukan langsung oleh KH. Abdul Ghofur selaku ketua yayasan sekaligus pendiri Pondok Pesantren Sunan Drajat. Cara yang dilakukan beliau dalam mendidik kemampuan santri dalam hal entrepreneur adalah degan cara menyisipkan materi entrepreneur atau wirausaha kedalam pengajian beliau. Materi entrepreneur beliau sisipkan kedalam pengajian beliau dan materi tersebut terkadangdikemas kedalam cerita yang bisa memotivasi beliau. Tidak sulit bagi beliau untuk mencari perumpamaan karena pengalaman beliau dalam bidang entrepreneur bisa diceritakan kepada santrinya untuk memotivasi dan menumbuhkan jiwa entrepreneur santri.

Jadi dalam mendidik kemampuan entrepreneur santri tidak hanya dengan jalan integrasi kurikulum entrepreneur kedalam sekolah dan menyelenggarakan seminar akan tetapi juga dengan motivasi dari KH. Abdul Ghofur selaku ketua yayasan Pondok Pesanren Sunan Drajat. Pendidikan entrepreneur dengan cara ini disisipkan beliau diwaktu beliau ngaji dengan santri.

Pada dasarnya cara-cara tersebut diterapkan untuk mendidik kemampuan entrepreneur santri. Dengan cara tesbut diharakan kemampuan santri dalam bidang entrepreneur bisa timbuh dan berkembang yang kemudian bisa diterpakan dalam tataran praktik entrepreneur atau wirausaha.

Kemampuan atau dalam bahasa inggris disebut abilty mempunyai definisi tersendiri. Kemampuan adalah perpaduan antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk peningkatan kemampuan menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.31

Sedangkan menurut Gibson, kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya. Adapun apa yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi pekerjaannya menurut Mitzberg seperti yang dikutip

31 Siagian, Birokrasi Pemerintahan Orde Baru Perspektif Kultur Dan Struktur, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993) h. 15.

Gibson, ada empat kemampuan (kualitas atau skills) yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut :32

1) Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus.

2) Keterampilan manusia, adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.

3) Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta kegiatan organisasi.

4) Keterampilan manajemen, adalah seluruh kemampuan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan pengawasan, termasuk didalamnya kemampuan mengikuti kebijaksanaan, melaksanakan program dengan anggaran terbatas.

Materi tentang keterampilan tersebut diberikan kepada santri karena harus disadari bahwa dalam persaingan kerja keterampilan-keterampilan tersebut harus dimiliki. Walaupun pendidikan entrepreneur tersebut diberikan kepada santri yang pada umunya

32 Organisasi Dan Manajemen, Erlangga, Terjemahan, Jakarta. Gibson, J.L. et. al. 1996) h. 126.

masih sekolah bukan berarti kemudian bisa mengkesampingkan kualitas materi entrepreneur yang diberikan dengan cara-cara yang telah disebutkan.

“ada kualifikasi bagi santri yang ingin berpartisipasi dalam usaha pondok. Kalau santri tersebut tidak mempunyai semangat kerja, ya bisa diganti dengan santri lainnya”33

Hal ini menunjukkan skill atau kemampuan santri dalam hal entrepreneur terus didik dan dibenahi yang kemudian skill tersebut bisa digunakan dalam praktik yang sebenarnya.

b. Sistem praktik lapangan

Praktik Lapangan merupakan kesempatan bagi peserta didik ataupun santri dalam mengaplikasikan secara nyata di lapangan teori mengenai wirausaha yang didapat dalam pelatihan. Dalam hal ini tentunya sarana prasarana yang disediakan oleh yayasan pondok pesantren sangat berpengaruh terhadap hasil keterampilan yang didapat oleh santri. Semakin lengkap dan berkualitas sarana prsarana maka semakin baik keterampilan yang didapat oleh santri.

“santri diikut sertakan dalam usaha yang dikelola pondok pesantren”34

33 Wawancara dengan iwan Zunaikh pada tanggal 10 November 2013. 34 Wawancara dengan ustadz Hasan pada 10 November 2013

Hal ini dikarenakan teori yang diapat santri dari pendidikan entrepreneneur dengan cara seminar, pengajian harus diimplementasikan secara nyata dalam bentuk praktik. Oleh karena hal itu, pondok pesantren Sunan Drajat memberikan fasilitas kepada santri berupa peralatan yang memadahi untuk menunjang perkembangan kemampuan entrepreneur santri.

Keterampilan yang didapat oleh santri pada saat pelatihan harus benar-benar diaplikasikan dengan baik ketika sudah berada di lapangan. Sebuah usaha dapat dikatakan sebuah organisasi yang melibatkan beberapa orang. Keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan organisasi terbilang kompleks dan multi dimensi.

Adapun ciri-ciri kepribadian entrepreneur atau wirausaha mencakup hal-hal sebagai berikut :35

1) Mengetahui secara tepat cita-cita yang hendak dicapai, sekurang- kurangnya mengenai apa yang diinginkan atau dikehendaki dalam hidup dan kehidupan ini.

2) Mengetahui secara jelas apa yang harus dilakukan untuk mencapai cita-cita atau sekurang-kurangnya tahu menyibukkan diri untuk mewujudkan apa yang diinginkan dan atau dikehendaki setiap dan sepanjang hari.

35 Hadari Nawawi - Mimi Martini, Manusia Berkualitas, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1994), h. 105-107.

3) Bersedia bekerja keras secara disiplin, karena mengetahui waktu terus beredar dan tidak berulang, oleh karena itu berarti juga memiliki disiplin waktu dan disiplin kerja yang tinggi.

4) Percaya dan yakin bahwa nasib manusia ditentukan Tuhan Yang Maha Esa dan setiap manusia diberi kesempatan yang sama untuk mem- peroleh nasib yang terbaik, sesuai dengan cita-citanya.

5) Memiliki kemampuan bersaing dan bekerja sama dengan orang lain atas dasar memiliki kepercayaan pada diri sendiri, dapat dipercaya dan mampu meinpercayai orang lain. Sadar bahwa sukses hanya dapat dicapai jika mampu memperlakukan orang lain secara benar, baik sebagai saingan yang tidak diperlakukan sebagai musuh maupun dalam situasi lain diperlukan untuk mendukung usaha menuju sukses.

6) Mengetahui bahwa sukses adalah kesempatan yang menuntut per- juangan hidup yang keras, bukan hadiah.

7) Menggunakan otak untuk mendorong, melaksanakan, menciptakan dan menolong diri sendiri menuju sukses, dengan berpikir besar, maju, positif, realistis dan kreatif. Tidak mempergunakan otak untuk meng- hambat dan menghalangi menuju sukses, dengan berpikir mundur, kecil, pesimis dan negatif.

8) Membekali diri dengan pengetahuan dan ketrampilan yang selaras dengan kemajuan dan perkembangan jaman. Dengan kata lain

mampu mensyukuri pemberian Tuhan berupa alat kelengkapan tubuh dengan memeliharanya agar tetap utuh, sehat dan berfungsi. Mampu pula mempergunakannya secara baik, benar, tepat dan efisien sesuai sukses yang hendak dituju. Sebaliknya berusaha menghindari penggunaannya yang dapat merugikan, baik untuk kehidupan di dunia maupun kelak setelah kembali menghadapi Tuhan di akhirat.

9) Berani menciptakan dan merebut kesempatan dan mampu mewujud- kannya secara gigih, tekun, hati-hati dan cermat. Tidak mencari-cari kesalahan pada orang lain atau berdalih apabila mengalami kegagalan. Dengan kata lain untuk mencari kambing hitam dengan mempersalah- kan orang lain atau kondisi yang dihadapi, jika mengalami kegagalan. Terbuka pada kritik, saran dan pendapat orang lain, tetapi berusaha bangun dengan kekuatan sendiri.

10) Sadar bahwa kehidupan di dunia bersifat terbatas, segala sesuatu bersifat sementara. Oleh karena itu selalu siap dalam menghadapi akhir kehidupan di dunia, dengan menunaikan semua perintah dan meninggalkan semua larangan Tuhan, guna meraih kehidupan yang selamat, bahagia dan sejahtera di akherat.

Memperbaiki skil santri dalam tataran paraktik lapangan dibeai secara berkala. Karena kenyataannya dalam dunia bisnis dan

kerja kualitas pekerja memperoleh sorotan yang tajam. Hal ini dikarenakan pekerja merupakan salah satu faktor penentu kualitas barang yang diproduksi yang pada akhirnya dipaskan secara luas. Terlebih lagi di pondok pesantren Sunan Drajat, keikutsertaan santri dalam usaha pondok pesantren tidak hanya menjadi pekerja kasar melainkan juga sebagai administrator, distributor dan lain sebagainya.

“mulai dari produksi, administrasi, disribusi semuanya dilakukan oleh santri.”36

Pembinaan skill atau keterampilan santri dalam mempraktikan ilmu yang didapat melalui pendidikan teoritis terus dibenahi. Tidak bisa dipungkiri bahwa kesalahan dalam hal praktik di lapangan memang terjadi dan ini tidak membuat pihak pondok pesantren untuk mengganti santri dengan pekerja yang bukan santri.

“Pak kyai tidak eman dengan uang. Beliau memotivasi pengurus dan santri untuk menjalankan usaha secara mandiri. Bahkan modal dan lain sebagainya ditanggung beliau. Kalau usaha bangkrut dan tidak bisa bangkit, baru bilang pak kyai”37

Dorongan dari ketua yayasan, KH. Abdul Ghofur sangat mempengaruhi keberhasilan para santri dalam mempraktikan teori entrepreneur dilapangan. Beliau siap untuk memberi sokongan dana dan dorongan mental bagi perkembangan kemampuan pengurus pondok pesantren dan santri dalam mengembangkan usaha pondok

36 Wawancara dengan gus iwan zunaikh pada tanggal 10 November 2013. 37 Wawancara dengan ustadz Hasan pada tanggal 10 November 2013

pesantren. Sehingga ketika santri praktik dilapangan tidak takut jika membuat kesalahan karena kesalahan itu hal yang wajar untuk proses menuju perkembangan yang lebih baik.

Prinsip beliau adalah bisa menjadi manusia yang berguna bagi manusia yang lain. Beliau berpendapat, sumbangsih pada masa sekarang lebih terasa dalam bentuk materi bukan dalam bentuk jasa dan tenaga belaka.

KH. Abdul Ghofur menjelaskan prinsip menjadi manusia yang berguna dengan mengutip QS. At Taubah : 128.

ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ٌﺺﻳِﺮَﺣ ْﻢﱡﺘِﻨَﻋ ﺎَﻣ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ٌﺰﻳِﺰَﻋ ْﻢُﻜِﺴُﻔْـﻧَأ ْﻦِﻣ ٌلﻮُﺳَر ْﻢُﻛَءﺎَﺟ ْﺪَﻘَﻟ

َﲔِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺎِﺑ

ٌﻢﻴِﺣَر ٌفوُءَر



sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Qs. At Taubah : 28)

Menurut beliau, lafadz 

ٌﻢﻴِﺣَر ٌفوُءَر َﲔِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺎِﺑ

memberikan

isyarah bagi manusia untuk hidup rukun, saling mengasihi dan memberi terhadap sesama.

Pembekalan kemampuan entrepreneur tidak hanya untuk menjadi pekerja siap pakai melainkan juga memberi wawasan stari bagaimana caranya untuk jeli melihat peluang pasar.

“Kita dianugerahi akal fikiran oleh Allah untuk digunakan sebaik-baiknya, untuk berkreasi dan mandiri. oleh karenanya, dalam Al-Qur’an banyak ditemukan lafadz Afala ta’qiluun”38

Oleh karenanya pendidikan entrepreneur jangan dianggap sebagai pendidikan untuk mencetak buruh belaka. Karena pada hakikatnya entrepreneur mencakup semua tingkatan posisi yang terdapat pada bisnis. Mulai dari posisi manajer hingga karyawan atau buruh.

Pondok pesantren Sunan Drajat sebagai lembaga pendidikan islam memang terkenal dengan program entrepreneur yang dikembangkan sejak berdirinya pondok ini. Akan tetapi tugas utama lembaga pendidikan islam adalah mendidik santri, peserta didik, murid untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia sesuai tujuan pendidikan agama islam dan tujuan pendidikan nasional.

Akan terjadi suatu ketimpangan apabila lembaga pendidikan islam terlebih pondok pesantren mengesampingkan pendidikan agama santrinya. Atau bahkan dikarenakan program entrepreneur yang diterapkan pondok pesatren yang melibatkan santri dalam proses produk suatu usaha malah membuat santri tidak semangat untuk

38Wawancara dengan KH. Abdul Ghofur tanggal 11 November 2013

belajar agama dan lebih memilih bekerja. Hal tersebut perlu diperhatikan dan ditangani secara serius.

“memang ada beberapa santri yang sempat berhenti sekolah karena ikut dalam usaha pondok. Akan tetapi kami berusaha untuk mengetasi masalah tersebut dengan cara memberikan bimbingan dan pengajian rutin setelah usai bekerja”39

Oleh karenanya, para pengurus pondok pesantren Sunan Drajat membuat program khusus bagi santri yang berpartisipasi kedalam usaha pondok pesantren. Kebijakan tersebut dibuat guna mengatasi masalah jika terdapat santri yang tidak memperhatikan pendidikan agamanya di pondok pesantren.

Kebijakan tersebut berupa pendampingan yang dikemas dalam bentuk majlis ta’lim atau pengajian. Penyelenggaraannya pun tidak secara formal seperti pengajian terprogram dari pondok pesantren melainkan lebih kepada fleksibelitas masing-masing unit usaha pondok pesantren. Jadi bimbingan berupa pengajian dilakukan oleh masing-masing unit usaha dan biasanya dilakukan seusai bekerja.

Untuk mengetahui apakah program tersebut mengganggu aktifitas wajib santri dalam pesantren seperti mengaji, sekolah dan lain sebagaigainya maka perlu mengetahui jadwal kegiatan santri Pondok Pesantren Sunan Drajat.

39 Wawancara dengan Gus Iwan Zunaikh pada tanggal 10 November 2013

No Jadwal kegiatan Pukul

1 Sholat malam 03.00

2 Sholat Subuh 04.00

3 LPBA (lembaga Pengembangan Bahasa Asing)

05.00-06.00

4 Sekolah 06.45-13.00

5 Istirahat 13.00-14.30

6 Sholat ashar 15.00-15.30

7 Pengajian kitab Kuning 15.30-17.00

8 istirahat 17.00-17.30 9 Sholat maghrib 17.45 10 Muthola’ah Al Qur’an 18.00-18.45 11 Sholat Isya 18.45-19.00 12 Sekolah Diniyah 19.00-21.00 13 Taqror 21.00-22.00

Pekerja yang bekerja di unit usaha-usaha pondok pesantren ada dua macam, yakni pekerja full time dan part time. Pekerja full time tidak harus dari santri, terkadang ada masyarakat sekitar pondok yang bekerja di unit-unit usaha milik pondok pesantren. Pekerja full time mempunyai waktu kerja mulai pukul 08.00-18.00 WIB. Santri yang menjadi pekerja full time adalah santri yang hanya mondok dan

tidak tercatat sebagai pelajar di sekolah formal. Sedangkan pekerja part time mayoritas adalah santri yang juga tercatat sebagai pelajar. Pekerja part time dimulai pukul 08.00-13.00 WIB dan 13.00-18.00 WIB. Adanya part time membuat santri yang ingin berpartisipasi dalam unit usaha lebih mudah mngatur waktu antara waktu sekolah, ngaji dan praktik bekerja.

Disamping itu, Pondok pesantren Sunan Drajat mengalami beberapa kendala dalam mendidikan kemampuan entrepreneur santri. Kendala tersebut antara lain : pertama, kesadaran santri mengenai entrepreneur yang masih kurang. Ada sebagaian santri yang menganggap tujuan belajar di pondok pesantren hanyalah belajar ilmu agama saja sedangkan belajar berwirausaha adalah tidak perlu. Pola pikir yang seperti itu perlu dirubah. Oleh karenanya dari pihak pengurus pondok pesantren Sunan Drajat tidak henti-hentinya untuk memberi penyadaran terhadap santri. Disamping itu, K.H Abdul Ghofur juga tidak lelah dalam memberi motivasi kepada santri. Kedua, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM). Minimnya SDM menjadi yakni Kurangnya tenaga profesional merupakan salah satu faktor yang menjadi masalah dalam proses mendidik kemampuan entrepreneur santri. Hal ini bisa diantisipasi dengan mengdakan pelatihan berkala, mengirimkan tenaga pelatih dari dalam pondok pesantren untuk mengikuti pelatihan di luar dan mendatangkan trainer

dari luar untuk memberi materi pelatihan di pondok pesantren. Ketiga, sarana prasarana yang belum memadai. Sarana prasarana yang digunakan santri untuk praktik secara langsung sebenarnya sudah lengkap dan sangat layak. Hanya saja jumlahnya belum sebanding dengan jumlah santri sehingga dalam praktik lapangan santri harus bergantian. Pihak pengurus pondok pesantren terus berupaya untuk menangani masalah-masalah tersebut.

Dokumen terkait