• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Biomekanika dalam Olahraga Tenis Lapangan

Biomekanika adalah ilmu tentang gaya gerak tubuh, Rudiger. B, et al, (2000: 26) prinsip biomekanika meliputi pergerakan hukum mekanika yang diaplikasikan untuk tubuh manusia. Dengan menentukan pola pergerakan yang paling efektif dalam menghasilkan pukulan (stroke), seorang ahli biomekanik tenis dapat kemudian menganalisis efisiensi gerakan seorang pemain dan mencoba untuk menentukan apakah pemain itu dapat bergerak lebih efektif lagi. Teknik yang optimal dapat didefinisikan sebagai gerakan yang paling efektif sebagai kombinasi antara

tenaga dan kontrol baik di dalam pukulan (stroke) maupun teknik gerakan sehingga meminimalisasikan risiko cedera. Menurut Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 56) bahwa gerak tubuh (biomekanika) di dalam tenis lapangan dengan prinsip-prinsip utama dari biomekanik tenis dapat dengan mudah dihafal dengan singkatan BIOMEC; yang kepanjangannya adalah sebagai berikut: Balance (keseimbangan), Inersia (kelembaman), Opposite

force (daya berlawanan), Momentum (momentum), Elastic Energy (energi

elastis), Coordination Chain (rantai koordinasi).

1. Balance (Keseimbangan)

Keseimbangan adalah kemampuan untuk menjaga equilibrium (keadaan kesetimbangan) baik secara dinamis maupun statis. Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 56) menerangkan bahwa “sebagaimana tenis diketahui sebagai olahraga yang selalu gerak, maka dibutuhkan keseimbangan yang dinamis”. Sangat penting bagi pelatih untuk mengamati apakah pemain menjaga a straight line suatu garis lurus/vertical axis (poros vertikal) dari kepala sampai ke tanah yang memungkinkan perpindahan momentum linear ataupun angular. Ketika seorang pemain top meskipun pada situasi yang sulit sekalipun, menjaga agar kepala dan tubuh bagian atas stabil dengan maksud dapat memberi pukulan yang efektif.

Hukum dari kelembaman menyatakan “tubuh akan tetap diam atau bergerak sampai diberi tenaga yang menggerakkan dari luar”. Dengan kata lain inersia adalah ketahanan tubuh untuk bergerak atau untuk berhenti bergerak. Bagaimana seorang pemain tenis bergerak cepat dari posisi diam, memperlambat gerakan, dan kemudian mengubah arah gerak. Pada saat posisi siap, tubuh dan raket pasti tidak bergerak, oleh karenanya, mempunyai beberapa inersia yang diam. Saat petenis bereaksi terhadap pukulan lawan, harus mengubah inersia diam dengan menggunakan gaya gravitasi dan dengan gaya yang cukup menolak tanah untuk dapat bergerak melalui kontraksi otot yang ada di kaki (Miguel Crespo dan Dave Miley, 1998: 56). Saat petenis memukul dengan tekukan lengan sedikit saja maka lebih sedikit moment inersia yang dibutuhkan daripada memukul dengan lengan yang lurus.

3. Opposite force (daya berlawanan)

Teknik gerakan dan pukulan dari kaki yang bergerak menolak tanah. “Pada setiap aksi terdapat reaksi yang sama besar dan berlawanan”. Tanah kemudian memberi tolakan seimbang dengan tolakan yang dilakukan oleh pemain yang menolakkan kakinya. Reaksi tanah memberikan daya dorong untuk aksi pertama eksplosif. Sebagai contoh, sewaktu Becker memulai gerak servis, pertama kali menekan tanah (dengan menekukkan lututnya) dan aksi ini memberikan daya untuk servis yang penuh tenaga.

4. Momentum (momentum)

Momentum adalah gaya yang dihasilkan oleh tubuh, atau lebih tepatnya mass x Velocity. Ada dua tipe momentum yaitu: linear, sebagai contoh momentum di dalam garis lurus, dan angular, sebagai contoh momentum di dalam gerak sirkular (putar).

Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 56) menerangkan bahwa “Momentum linear secara simpel mentransfer berat tubuh ke depan menuju arah memukul (sebagai contoh backhand Graff), sementara momentum angular dihasilkan dari rotasi tubuh yang terjadi pada pinggul dan batang tubuh (sebagai contoh forehand Agassi)”.

Gambar: 12. Backhand graff dan forehand Agassi (http://www.fortunecity.com)

5. Elastic Energy (energi elastis)

Energi elastis adalah energi yang tersimpan di dalam otot dan tendon sebagai hasil dari otot yang merenggang. Pemain ketika mempersiapkan untuk memukul bola, akan mengarahkan lengan hampir tegak lurus ke bagian belakang badan. Ini dikenal sebagai backswing. Dengan demikian, otot-otot lengan pemain tenis akan meregangkan

mirip dengan karet gelang terentang. Pada tahap ini dalam teknik pemain, ada banyak elastis energi yang tersimpan dalam otot lengan (http.odec.ca).

Sebagai contoh, ketika petenis Edberg melangkahkan kaki setelah servis dan mendekat ke net menyimpan energi di kakinya sehingga ketika mendarat dapat menggunakan langkah pertama yang

eksplosif terhadap bola. Pemain modern juga menggunakan prinsip ini

untuk ‘mengisi’ (pra renggang) dalam tahap persiapan dari servis dan hentakan ke tanah yang membantu untuk menghasilkan tenaga yang lebih besar (Miguel Crespo dan Dave Miley, 1998: 57).

`6. Coordination Chain (rantai koordinasi)

Menurut Sukadiyanto (2002: 141) koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan cepat, agar dapat mencapai satu tugas fisik khusus. Koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak. Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat indikator utama, koordinasi adalah ketepatan dan gerak ekonomis. Dengan demikian koordinasi merupaka hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efisien. Di mana komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuscular. Koordinasi

neuromuscular adalah setiap gerak yang terjadi dalam urutan dan waktu

yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga. Sebab terjadinya gerak ditimbulkan oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf.

Menurut Sukadiyanto (2011: 230) koordinasi neuromuscular meliputi koordinasi intramuscular dan intermusculer. Pada koordinasi intramuscular adalah kinerja dari seluruh serabut syaraf dan otot dalam setiap kerja otot yang berkontraksi secara maksimum. Kinerja otot tergantung dari interaksi serabut syaraf dan serabut otot di dalam otot itu sendiri. Ciri orang yang memiliki koordinasi intramuscular baik, dalam melakukan gerak akan serasi, tepat, ekonomis, dan efektif.

Lebih lanjut Sukadiyanto (2002: 141) menyatakan bahwa koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam menghasilkan satu gerak. Di mana komponen-komponen gerak terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang, dan persendian. Oleh karena itu koordinasi dalam permainan tenis merupakan koordinasi neuro muscular. Koordinasi neuro muscular adalah setiap gerak yang terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga. Oleh karena terjadinya gerak disebabkan oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf.

Menurut Sukadiyanto (2002: 139) koordinasi diperlukan dalam permainan tenis, sebab unsur-unsur dasar teknik pukulan dalam permainan tenis melibatkan sinkronisasi dari beberapa kemampuan, yaitu: (1) melibatkan jalan (lintasan bola), (2) cara mengatur kerja kaki, (3) mengatur jarak posisi berdiri dengan tempat pantulan bola, (4) gerakan lengan dengan raket, (5) memindahkan berat badan saat memukul. Jadi beberapa kemampuan tersebut menjadi serangkaian gerak yang selaras, serasi, dan simultan, sehingga gerak yang dilakukan nampak luwes dan mudah. Dengan demikian sasaran untuk latihan koordinasi adalah untuk meningkatkan kemampuan penguasaan gerak terhadap bola, baik bola yang akan dipukul maupun yang datang di seluruh daerah permainan. Oleh karena itu koordinasi selalu terkait dengan biomotor yang lain, terutama kelincahan dan ketangkasan (Borneman, et.al, 2000: 117).

Kata-kata seperti timing (presisi waktu) dan rhythm (irama) sering digunakan para pelatih namun sebenarnya, dan bagaimana dapat melatih pemain untuk meningkatkan kualitas fundamental dari mekanika pukulan? Jawaban terhadap ini terletak pada prinsip pada koordinasi tubuh. Koordinasi sering melibatkan bagian-bagian dari tubuh yang bertindak sebagai suatu satu sistem rangkaian rantai di mana daya yang dihasilkan oleh satu rangkaian, atau bagian tubuh, diteruskan runtut ke rangkaian-rangkain yang lainnya. Koordinasi optimal (timing) dari bagian-bagian tubuh akan membuat transfer efisien percepatan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Pertama, adalah penting untuk memahami bahwa

tubuh harus disederhanakan untuk memahami kompleksitas gerakan selama tenis stroke. Satu harus berpikir tentang tubuh sebagai serangkaian hubungan terhubung satu sama lain dan mempengaruhi satu sama lain dalam urutan tertentu. Misalnya, kaki adalah link, yang dihubungkan ke kaki oleh sendi pergelangan kaki, yang pada gilirannya terhubung ke paha oleh sendi lutut dan sebagainya (midwest.usta.com).

Bagian tubuh Biomekanik

Kaki Lutut

Pinggul Rotasi pinggul

Batang tubuh Rotasi batang tubuh

Lengan/bahu Rotasi dengan sekitar bahu

Siku Perluasan siku-perubahan lengan depan

Pergelangan Tangan kelentukan pergelangan tangan

Gambar: 13. Urutan bagian-bagian tubuh.

Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 58)

Kecepatan dari bagian tubuh sebelumnya ditambahkan ke bagian tubuh yang berikutnya yang sudah juga mempunyai kecepatan sendiri sehingga diperoleh kecepatan komulatif, ini berlanjut sampai pada saat raket terayun ke bola merupakan wujud jumlah kecepatan semua bagian-bagian tubuh.

Pada diagram, kecepatan semua bagian tubuh bersama-sama untuk membantu pengembangan kecepatan raket. Koordinasi, sering disebut sebagai sistem keterkaitan (link system), merupakan pijakan awal untuk membuat teknik yang optimal sebagaimana jika hal itu dilakukan untuk: memaksimalkan kekuatan, meningkatkan control, menunda kelelahan, mencegah cedera. Lengan bawah Lengan atas Batang tubuh Pinggul Kaki

Gambar: 14. Rantai Koordinasi Bagian Tubuh.

Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 58)

Di dalam menganalisis penggunaan efisien rantai koordinasi, pelatih harus waspada beberapa hal yaitu: gerakan dimulai dari tolakan tanah, gerakan harus dimulai dari bagian tubuh yang besar menuju bagian tubuh yang kecil, dan gerakan harus diukur dan progresif. Ada empat alasan sebuah pukulan tidak menghasilkan tenaga yang cukup, kurang kontrol atau menyebabkan seorang pemain mendapatkan cedera berkait dengan koordinasi. Empat alasan tersebut adalah sebagai berikut: (a) satu bagian tubuh yang diabaikan, (b) masalah ketepatan waktu, (c)

ketidakefisien penggunaan bagian-bagian tubuh, (d) penggunaan satu bagian tubuh yang diabaikan.

a. Satu Bagian Tubuh Diabaikan

Jika satu bagian tubuh diabaikan, daya yang dihasilkan untuk memukul akan berkurang dan kemungkinan cedera akan meningkat. Bagan di bawah menunjukkan pinggul yang diabaikan ketika melakukan pukulan.

Lengan bawah

Lengan atas

Batang tubuh

Kaki

Gambar: 15. Satu bagian tubuh yang terabaikan.

Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 58) b. Masalah Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu bagian tubuh memutus ke urutan lebih lanjut dari gerakan. Bisa terjadi karena terlalu terburu-buru atau terlalu lambat di dalam melakukan urut gerakan. Hasilnya adalah hilangnya tenaga dan kontrol dan meningkatnya kemungkinan cedera.

Lengan bawah

Batang tubuh

Pinggul

Kaki

Gambar: 16. Masalah ketepatan waktu.

Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 59)

c. Ketidakefisien Penggunaan Bagian-bagian Tubuh

Manakala semua bagian tubuh digunakan namun tidak secara efisien, hasilnya adalah kurangnya tenaga untuk memukul.

Lengan bawah

Lengan atas

Batang tubuh

Pinggul

Kaki

Gambar: 17. Ketidakefisien penggunaan bagian-bagian tubuh. Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 59).

Penggunaan bagian tubuh yang tidak diperlukan kadang menghasilkan hilangnya control di dalam memukul. Pada kasus ini contohnya pada voli forehand, dapat melihat bagaimana pergelangan tangan telah digunakan pada saat akhir gerakan.

Pergelangan tangan Lengan bawah Lengan atas Batang tubuh Pinggul Kaki

Gambar:18. Penggunaan satu bagian tubuh yang diabaikan. Miguel Crespo dan Dave Miley (1998: 59). E. Atlet Yunior

Menurut Sukadiyanto (2004: 26) pemula berdasarkan usia pada umumnya adalah orang yang masih berusia muda. Demikian juga pada petenis pemula yang penggolongannya berdasarkan usia adalah petenis berusia muda. Dengan demikian kelompok petenis pemula berdasarkan usia adalah anak yang masih berusia muda dan yang baru belajar bermain tenis. Adapun usianya berkisar antara 6-9 tahun merupakan tahap belajar keterampilan gerak dasar dan usia 10-14 tahun merupakan tahap menuju spesialisasi. Maka berdasarkan uraian di atas petenis yunior pemula yang

digunakan dalam penelitian ini diutamakan menggunakan pengelompokkan atas dasar usia.

Tabel 4. Tahap-tahap mulai belajar, spesialisasi, dan usia puncak berprestasi

Cabang Olahraga Usia mulai belajar

Usia spesialisasi Usia Puncak berprestasi Pentathlon modern 11-13 14-16 21-25 Mendayung 11-14 16-18 22-25 Rugby 13-14 16-17 22-26 Berlayar 10-12 14-16 22-30 Menembak 12-15 17-18 24-30 Ski Alpine Nordic Lebih 30K Melompat 12-15 12-14 - 10-12 17-18 16-18 17-19 14-15 24-30 23-28 24-28 22-26 Speed skating 10-12 15-16 22-26 Sepakbola 10-12 14-16 22-26

Squash & bola tangan 10-12 15-17 23-27 Renang Putri Putra 7-9 7-8 11-13 13-15 18-22 20-24 Sinkronisasi renang 6-8 12-14 19-23 Tenis meja 8-9 13-14 22-25 Tenis Putri Putra 7-8 7-8 11-13 12-14 20-25 22-27 Bola voli 10-12 15-16 22-26 Polo air 10-12 16-17 23-26 Angkat besi 14-15 17-18 23-27 Gulat 11-13 17-19 24-27 Bompa (1999:36)

Dengan demikian yang dimaksud petenis yunior dalam penelitian ini adalah atlet tenis putra dan putri yang berumur maksimal 18 tahun.

Dokumen terkait