• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN DOKTER GIGI KELUARGA DALAM MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Upaya kesehatan gigi di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih dirasa kurang.3 SKRT 2001 menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif (belum ditangani/untreated) pada penduduk umur 10 tahun ke atas adalah 52,3% dan penduduk yang pernah mengalami karies pada usia ini sebesar 71,20%. Indeks DMF-T mencapai rata-rata 5,26, yang berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorang adalah lebih dari lima gigi. Persentase karang gigi dijumpai pada 46,2% penduduk. Performance Treatment Index atau motivasi untuk menumpat gigi yang mengalami karies pada umur 12-18 tahun sangat rendah sekitar 4-5%, sedangkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan/pencabutan (Required Treatment Index) pada usia ini sebesar 72,²%-82,5%..3,15

Data tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan gigi baru ditangani pada kondisi penyakit yang sudah lanjut. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi, ketidaktahuan (ignorance), mahalnya biaya, perilaku dokter gigi yang masih bersifat pasif dan cenderung memberikan pelayanan kuratif.3,15

Alasan berobat karena keluhan sakit gigi merupakan pendekatan yang tidak tepat menurunkan angka penyakit dan kelainan gigi dan mulut masyarakat. Sifat dan

prilaku pasien yang berobat karena alasan sakit gigi tersebut harus diubah menjadi memelihara kesehatan gigi dan mulut yang direalisasikan dalam kerangka pelayanan kedokteran gigi keluarga. Dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga, keluarga diberdayakan dan tidak hanya berperan sebagai objek eliminasi penyakit dan kecacatan, tetapi juga sebagai subyek menuju kesehatan gigi dan mulut yang optimal sehingga mutu pelayanan akan lebih terjamin.3

Kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut keluarga dapat diidentifikasi melalui masalah kesehatan yang paling sering terjadi pada suatu keluarga. Berdasarkan hal ini, maka kompetensi dokter gigi keluarga dapat digambarkan seperti pada Tabel 1.3

Dokter gigi keluarga mengarah kepada the five star doctor yaitu sebagai care provider (pemberi pelayanan kesehatan gigi dan mulut), decision maker (mitra yang beretika bagi pasiennya dalam mengambil keputusan medis dengan memilih dan menggunakan teknologi kedokteran gigi secara rasional berdasarkan evidence based dentistry), communicator (ujung tombak dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dan berhadapan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat pertama), community leader (penggalang peran serta masyarakat) dan manager (koordinator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien dan keluarganya dengan bekerja sama dengan setiap individu dan institusi).3

Dengan adanya pelayanan kedokteran gigi keluarga, maka berbagai kebutuhan dan tuntutan layanan kesehatan gigi akan terpenuhi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi akan mudah dilakukan karena dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga tersedia semua jenis pelayanan kedokteran gigi. Selain itu, biaya kesehatan

Tabel 1. Kompetensi dokter gigi keluarga berdasarkan bidang garapan (menurut fase tumbuh kembang keluarga dan masalahnya)3

Bidang garapan (menurut fase tumbuh kembang kelurga dan masalahnya)

Kompetensi yang diperlukan Fase janin:

- tumbuh kembang - gizi dan diet Ibu:

- gangguan hormonal - penyakit gigi dan mulut

- oral hygiene

- prilaku dan motivasi calon ibu Anak-anak:

- masalah klinis pedodonsia - kebiasaan buruk anak - awal masalah oklusi

Bapak:

- penyakit sistemik - penyakit gigi dan mulut - merokok dan stres

- pembiayaan kesehatan keluarga - pengambilan keputusan keluarga Hubungan dokter pasien:

- rasa takut dan cemas - ketidakpuasan - ketidakpercayaan - persepsi biaya mahal Manajemen:

- data kepenyakitan - pembiayaan - data SDM

- data fasilitas dan logistik - pengolahan limbah

Etika dan hukum dalam kedokteran gigi keluarga:

- pelanggaran etik - malpraktik

- pelanggaran perjanjian oleh pihak ke-3

- pelanggaran hukum

- analisis gizi dan diet

- identifikasi faktor-faktor risiko - modifikasi prilaku dan kebiasaan

- perubahan prilaku

- penatalaksanaan pasien anak

- diagnosis dini dan perawatan yang tepat

- identifikasi faktor-faktor risiko - ortodonti untuk diagnosis dini dan

perawatan segera

- intervensi klinik pasien dewasa - kontrol terhadap perokok - manajemen stres

- manajemen faktor risiko

- pengaturan dana kesehatan keluarga - manajemen ketakutan dan cemas - komunikasi dan edukasi

- penataan klinik yang nyaman

- perawatan sesuai standar operasi perawatan

- diagnosis dan perawatan klinik - manajemen data epidemiologis klinis - pembiayaan

- manajemen SDM - manajemen logistik - manajemen limbah

- prinsip dasar etika - hukum kedokteran

- kaitannya dengan undang-undang kedokteran dan lain-lain

akan lebih terkendali sebab pelayanannya diselenggarakan secara terpadu sehingga kemungkinan terjadinya tumpang tindih pelayanan kedokteran gigi sangat sedikit. Mutu pelayanan juga akan lebih meningkat karena perhatian utama pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah pada klien sebagai manusia seutuhnya dengan pendekatan yang bersifat holistik sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah kesehatan yang ditemukan. Dengan demikian, diharapkan derajat kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia akan meningkat.6

Kecenderungan ke depan, peranan dokter gigi keluarga dapat mendorong kemitraan unsur terkait, termasuk masyarakat dan badan usaha di bidang kesehatan gigi dan mulut. Di samping itu akan memacu pelayanan holistik, komprehensif, pendidikan dan riset, termasuk penyediaan alat kesehatan gigi dan mulut, obat dan komoditas yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.3

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu pendekatan baru dalam upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui pelayanan kesehatan primer yang dilaksanakan secara efisien, berkualitas dan cost effective yang memusatkan pelayanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan. Pelayanan kedokteran gigi keluarga dilaksanakan dengan pola pelayanan berlapis melalui sistem rujukan berjenjang yaitu pelayanan darurat, pencegahan, medik gigi dasar dan medik gigi khusus.

Penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga dapat dilakukan dalam bentuk praktik perorangan maupun berkelompok. Untuk menyelenggarakan praktik dokter gigi keluarga, seorang dokter gigi harus memenuhi tata cara perizinan praktik pelayanan kedokteran gigi keluarga yaitu sertifikasi, registrasi dan lisensi.

Dengan adanya penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga maka berbagai kebutuhan dan tuntutan pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan terpenuhi, pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan mudah dilakukan, biaya kesehatan akan lebih terkendali dan mutu pelayanan akan lebih meningkat.

6.2 Saran

Agar penyelenggaraan pelayanan skedokteran gigi keluarga dapat terlaksana dengan baik, maka disarankan agar dokter gigi berperan serta dalam upaya sosialisasi

pelayanan kedokteran gigi keluarga sehingga dapat membangkitkan aspirasi pada upaya promotif dan preventif.

DAFTAR RUJUKAN

1. Susanto GW. Mempersiapkan dokter gigi keluarga. 2002. http://www.suara

merdeka.com/harian/0203/09/ragam4.htm (19 November 2003).

2. Anwar SA. Revitalisasi menuju Indonesia Sehat. 2005. http://www.suara

merdeka.com/harian/0511/12/x_opi.html (02 April 2007).

3. Departemen Kesehatan Indonesia. Kebijakan pelayanan kedokteran gigi keluarga, 2005

4. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sistem Kesehatan Nasional, 2005

5. Sampoerno D. Paradigma sehat dan promosi kesehatan di saat kritis. 1998.

2007).

6. Departemen Kesehatan Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelayanan kedokteran gigi keluarga, 2006

7. Friedman MM. Family nursing : theory and practice. Alih Bahasa. Ina Debora, Yoakin Asy. Jakarta : EGC, 1995 : 3-49.

8. Effendy N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. ed 2. Jakarta : EGC, 1998 : 32-44.

9. Alisjahbana A. Keluarga, kesehatan dan lingkungan keluarga Indonesia dalam transisi?. Dalam Buku : Setiono K, Mahsjur JS, Alisjahbana A. Manusia, kesehatan dan lingkungan. Bandung : Alumni, 1998: 148-73.

10.Hennen BK. Continuity of care and the family as the unit of care. In : Shires DB, Hennen BK, Rice DI. Family medicine:A guide book for practitioners of the art. New York : McGraw-Hill Book Company, 1987 : 3-23.

11.Fong B, Yuen N. Primary health care and family medicine:Coping with work, demand and expectations. In : Fry J, Yuen N. Principles and practice of primary care and family medicine : Asia-Pacific perspectives. Oxford and New York : Radcliffe Medical Press, 1994 : 92-119.

12.Kuswadji S. Penjaminan mutu praktek dokter keluarga. Jakarta : Widya Medika, 1996 : 1-4.

13.Debnath T. Ashok’s public health and preventive dentistry. 1st ed. New Delhi : AITBS Publishers and Distributors(Regd), 2002 : 1-3

14.Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. ed 1. Medan : Universitas Sumatera Utara Press, 1995 : 4-6.

15.Anonymous. Meneropong penyakit melalui gigi

Dokumen terkait