• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan guru bimbingan dan konseling (konselor)

Undang-undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, madiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Membentuk watak (karakter) merupakan salah satu fungsi pendidikan selain sebagai media untuk mengembangkan kemampuan. Oleh karena itu pendidikan watak (karakter) tidak bisa ditinggalkan dalam berfungsinya pendidikan dan menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan (Muhammad Nur Wangid, 2010: 175).

40

Pendidik merupakan pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menyebutkan: “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Guru bimbingan dan konseling (konselor sekolah) merupakan salah satu pendidik sehingga terlibat dalam usaha pendidikan. Oleh karena itu konselor juga berperan dalam menyampaikan pendidikan karakter.

Posisi konselor sekolah dalam pendidikan karakter menurut American School Counselor Association (ASCA) tahun 2011:

“Professional school counselors endorse and actively support character education programs and include them in the comprehensive school counseling program. The professional school counselor also promotes the infusion of character education in the school curriculum by encouraging the participation of the entire school community”.

Profesional konselor sekolah menyetujui dan mendukung secara aktif program pendidikan karakter serta melibatkannya dalam program konseling komprehensif. Profesional konselor sekolah juga turut mempromosikan tambahan karakter pendidikan dalam kurikulum sekolah dengan mendorong partisipasi seluruh komunitas sekolah.

Program Adiwiyata merupakan salah satu cara menciptakan karakter sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program Adiwiyata ini telah melekat dalam sistem pendidikan di SMP Negeri 2 Ciamis. Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling harus bisa menjadi pioner sekaligus koordinator program Adiwiyata.

41

Agus Akhmadi (2011: 8) menyebutkan pendidikan karakter menjadi tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, konselor sekolah harus merancang pelaksanaan pendidikan karakter peduli dan berbudaya lingkungan dalam program kegiatannya. Melalui program yang sudah dibuat dapat disusun berbagai macam kegiatan untuk menyampaikan pesan-pesan pengembangan karakter yang peduli dan berbudaya lingkungan.

Secara tidak langsung konselor sekolah dapat menyampaikan nilai-nilai pendidikan karakter peduli dan berbudaya lingkungan di manapun dan kapanpun melaksanakan tugasnya. Secara sadar konselor sekolah memiliki kewajiban untuk melaksanakan pendidikan karakter peduli dan berbudaya lingkungan dalam menunaikan tugasnya.

Untuk merancang karakter peduli dan berbudaya lingkungan dalam progam bimbingan dan konseling di sekolah harus mengandung empat komponen pelayanan, yaitu pelayanan dasar, pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Keempat komponen ini saling melengkapi satu sama lain sehingga pemberian pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat membantu peserta didik secara komprehensif.

Pelayanan dasar adalah layanan bimbingan melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur yang dilakukan secara klasikal. Tujuan pelayanan dasar yaitu untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik. Keterampilan-keterampilan ini diperlukan peserta didik dalam pengembangan kemampuan

42

memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya (Achmad Juntika Nurihsan, 2005: 46).

Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Bantuan ini segera diberikan agar tidak menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan (Achmad Juntika Nurihsan, 2005: 47).

Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada seluruh peserta didik agar mampu membantu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan sosial pribadinya. Selain itu peserta didik mampu melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya (Achmad Juntika Nurihsan, 2005: 48).

Pengertian dukungan sistem dalam “Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal” (2008: 212) yaitu:

“... merupakan komponen dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.”

Program pelayanan dasar, pelayanan responsif dan perencanaan individual membantu konseli (peserta didik) secara langsung, sedangkan dukungan sistem memberikan bantuan kepada konseli (peserta didik) secara tidak langsung. Dukungan sistem memberi dukungan kepada konselor dalam memperlancar penyelenggaraan pelayanan dasar, pelayanan responsif dan

43

perencanaan individual. Selain itu dukungan sistem memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah bagi personel pendidikan lainnya, sehingga memungkinkan konselor sekolah mengembangkan program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan tujuan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan sehingga dapat membantu seluruh warga sekolah.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam “Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal” (2008: 212-214) dukungan sistem meliputi empat aspek, yaitu pengembangan jaringan (networking), kegiatan manajemen, serta riset dan pengembangan.

a. Pengembangan jaringan (networking)

Pengembangan jaringan menyangkut kegiatan konselor yang meliputi konsultasi dengan guru-guru, menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah, dan bekerjasama dengan personel sekolah lainnya.

Tujuan dukungan sistem yaitu untuk memperoleh informasi dan umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikan, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain pengembangan jaringan berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan

unsur-44

unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan.

b. Kegiatan manajemen

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling. Kegiatan manajemen meliputi kegiatan-kegiatan pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya dan pengembangan penataan kebijakan. Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang jelas, sistematis, dan terarah.

c. Riset dan pengembangan

Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor yang berhubungan dengan pengembangan profesional secara berkelanjutan. Kegiatan ini meliputi:

1) Merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan profesionalitas konselor.

2) Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri konselor profesional sesuai dengan standar kompetensi konselor.

45

4) Berperan aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.

Melalui dukungan sistem memungkinkan guru pembimbing memahami program Adiwiyata secara lebih luas dan mendalam. Pemahaman guru pembimbing terhadap program Adiwiyata diperlukan untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling sesuai dengan tujuan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan sehingga dapat membantu kesulitan yang dihadapi siswa dan juga personil sekolah lainnya serta untuk meningkatkan profesionalisme guru bimbingan dan konseling untuk lebih sensitif terhadap isu-isu baru.

Menurut Muhammad Nur Wangid (2010: 180-184) beberapa pertimbangan bahwa konselor sekolah harus berperan dalam pendidikan karakter:

a. Konselor sekolah sebagai pendidik

Seperti dijelaskan sebelumnya di atas bahwa konselor adalah salah satu tenaga pendidikan sehingga konselor sekolah memiliki rasional yang kuat untuk menyampaikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter menjadi salah satu tugas yang harus dilaksanakan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan layanan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung maupun tak langsung. Secara langsung dalam program kegiatannya konselor sekolah merancang berbagai macam kegiatan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan karakter. Secara tidak langsung konselor sekolah menyampaikan pendidikan karakter dengan cara menyelipkan

46

(terintegrasi) nilai-nilai pandidikan karakter dalam setiap tugas yang dilakukannya kapan pun dan di mana pun.

b. Konselor sekolah sebagai manajer kegiatan pendidikan karakter Konselor sekolah harus mampu mengelola seluruh kegiatan yang telah diprogramkannya melalui keterlibatan berbagai pihak untuk pelaksanaan pendidikan karakter. Dalam pelaksanaan program baik program layanan dasar, perencanaan individual maupun pelayanan responsif konselor sekolah harus mempu melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

c. Konselor sekolah sebagai konselor

Setiap siswa sebagai makhluk pribadi dan sosial tidak lepas terhadap berbagai masalah kehidupan, mulai dari masalah penerimaan diri hingga masalah hubungan dengan orang lain. Pada hakikatnya masalah-masalah yang timbul tersebut merupakan berbagai masalah dalam perkembangan karakter siswa. Oleh karena itu bantuan yang diberikan konselor melalui kegiatan konseling untuk mengatasi berbagai masalah individu dan sosial siswa merupakan pelaksanaan pendidikan karakter.

d. Konselor sekolah sebagai konsultan

Pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua pihak di sekolah sehingga semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer. Oleh karena itu konselor sekolah sebagai pihak yang memberikan layanan psiko-pedagogis harus mampu memberikan layanan yang bersifat konsultatif. Sebagai konsultan konselor sekolah menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk membantu perkembangan siswa.

47

e. Konselor sekolah berperan sebagai panutan/contoh

Konselor merupakan salah satu figur sentral dan menjadi sorotan para siswa khususnya dalam contoh pelaksanaan pendidikan karakter kehidupan sehari-hari di sekolah. Oleh karena itu kualitas konselor sekolah dalam menjadikan dirinya sebagai teladan akan sangat banyak menentukan keberhasilan pendidikan karakter.

f. Konselor sekolah sebagai perancangan kegiatan

Konselor sekolah dapat membantu keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter dengan memprogramkan pendidikan karakter dalam program layanan bimbingan dan konseling. Informasi dan milai-nilai pendidikan karakter dapat diberikan secara langsung maupun terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.

g. Konselor sekolah sebagai healer/problem solver

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa layanan bimbingan dan konseling terkait dengan pendidikan karakter terutama melalui bimbingan pribadi dan sosial. Konselor sekolah membantu memecahkan berbagai masalah yang terkait dengan masalah pribadi atau masalah sosial. Selain itu ketika siswa menghadapi berbagai persoalan yang bersifat pilihan maka konselor sekolah untuk dapat membantu siswa menggunakan kegiatan perencanaan individual.

h. Konselor sekolah sebagai konsultan/mediator

Pendidikan karakter merupakan tugas dan tanggung jawab semua pendidik di sekolah sehingga konselor pun dapat berperan sebagai patner ataupun sebagai konsultan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah maupun di luar sekolah. Dimungkinkan juga konselor sekolah

48

bertindak sebagai mediator dalam rangka penyelesaian permasalahan yang dihadapi para siswa.

Konselor sekolah di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung berkewajiban menyelenggarakan program pelayanan bimbingan dan konseling yang bernuansa nilai-nilai pendidikan karakter.

D. Pentingnya Mendeskripsikan Peranan Warga Sekolah dalam

Dokumen terkait